Tidak ada salahnya mengejar karier atau menempuh pendidikan jauh dari tempat tinggal. Siapa saja bebas menentukan jalan hidupnya. Salah satu usaha untuk melakukannya adalah dengan merantau dan menumpang di rumah sederhana milik saudara.
Hidup merantau memang tidak mudah. Salah satunya ketika, mau tidak mau, harus menumpang di rumah sederhana milik saudara. Mungkin sudah banyak pembaca yang pernah mengalaminya atau setidaknya tahu kegelisahan ini.
Saya sendiri, ketika merantau saat ini, menumpang di rumah saudara sejak semester satu hingga saat ini, semester akhir. Lantaran tidak keluar uang untuk tempat tinggal, banyak yang bilang kalau “tinggal sama saudara enak ya”. Kenyataannya: N!!
Beginilah kondisi sebenarnya:
#1 Rasa sungkan
Menumpang di rumah sederhana milik saudara, awalnya pasti disambut dengan baik dan ramah. Menjalani hari-hari seperti biasa dan menganggap rumah saudara seperti rumah sendiri. Kita bisa semakin dekat dengan saudara.
Namun, meskipun sudah dekat dan mengenal saudara sejak lama, tapi tetap saja ada rasa sungkan atau rasa nggak enak hati. Terutama saat kita ingin meminta bantuan kepada mereka. Seiring waktu jadi tidak nyaman ketika harus menumpang.
#2 Terkekang dengan aturan yang ada
Kondisi ini memang menyebalkan. Beda rumah, beda aturan. Bagi yang menumpang di rumah sederhana milik saudara, aturan yang ada wajib diikuti.
Terkadang bukan hal yang mudah untuk berinteraksi dengan keluarga dan aturan baru. Apalagi bagi seorang mahasiswa yang notabene banyak teman dan ingin hangout sama teman-teman tapi waktu mainnya selalu dibatasi. Pasti nggak enak banget lah ya.
#3 Tidak bebas untuk melakukan kegiatan di rumah
Menumpang di rumah sederhana milik saudara artinya tidak bisa bebas melakukan kegiatan di rumah. Jangan samakan seperti rumah sendiri.
Misalnya, ketika kita ingin mengajak teman untuk kerja kelompok di rumah. Pasti rasa sungkan itu muncuk karena pasti gaduh. Terjadi juga di hal-hal remeh seperti nonton televisi. Maunya nonton acara favorit, tapi kudu ngalah dengan pemilik rumah. Jadi, harus berkompromi dengan kondisi tersebut
#4 Perasaan tidak enak hati ketika tidak membantu pekerjaan rumah
Kuliah sepanjang hari pastinya sangat melelahkan. Sesampainya di rumah, rasanya ingin langsung beristirahat. Namun, kita tidak bisa dengan leluasa langsung melakukannya ketika menumpang di rumah sederhana milik saudara.
Sesampainya di rumah, ternyata banyak pekerjaan domestik yang menumpuk. Rasa tidak enak hati kalau tidak membantu pasti muncul. Alhasil, sambil menahan kantuk dan lelah, kita harus berkontribusi. Eh, tidak maksimal karena lelah. Lagi-lagi muncuk rasa tidak.
#5 Tidak enak hati ketika tuan rumah sedang marah-marah
Kehidupan rumah tangga itu tak selalu mulus. Selalu ada permasalahan, baik ringan maupun berat. Nah, rasa tidak enak hati bisa muncul ketika kita menumpang dii rumah sederhana milik saudara. Terutama ketika yang punya rumah marah karena rumahnya berntakan. Seakan-akan kontribusi kita jadi nggak ada.
Tiba-tiba saja kita merasa menjadi beban. Masalahnya, kalau mau kos atau mengontrak, tidak ada dana untuk mendukung keinginan itu.
#6 Sering dicuekin
Apakah kamu, yang sedang menumpang di rumah sederhana milik saudara pernah mengalaminya? Dicuekin itu nggak enak, lho. Apalagi ini dicuekin oleh saudara sendiri yang rumahnya sedang kita “repotin”.
Entah apa masalahnya dan siapa yang salah kita nggak tahu. Tiba-tiba sepulang dari bekerja atau kuliah, kita dicuekin dengan kondisi tubuh yang kelelahan . Nggak disapa dan nggak ditawarin makan, ditambah lagi mereka memasang raut wajah yang nggak enak dipandang. Duh, ngeri banget ya kalau begini.
#7 Akhirnya jadi tahu sifat asli
Sebelum menumpang, kita hanya tahu kalau saudara kita itu baik hati, penyayang, ramah, dan sopan. Ketika sudah tinggal bersama dalam waktu yang cukup lama, sifat asli mereka terbuka.
Setelah mengetahui sifat asli mereka, kita akan menjadi lebih tertekan. Meski berat, kita harus terus berjuang untuk tetap tinggal dengan saudara di parantauan.
Maka dari itu, saya hanya bisa mengirimkan semangat untuk kalian semua yang sedang merantau dan numpang si rumah sederhana milik saudara. Kamu tidak sendirian. Tetaplah berjuang untuk kedua orang tuamu dan masa depan yang lebih cerah.
Penulis: Marcelina Rina Wahyuni
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Sri Tanjung: Andalan Arek Jawa Timur yang Merantau di Jogja