7 Fakta Menarik tentang Harakiri, Ritual Bunuh Diri Samurai Jepang

7 Fakta Menarik tentang Harakiri, Ritual Bunuh Diri Samurai Jepang Terminal Mojok

7 Fakta Menarik tentang Harakiri, Ritual Bunuh Diri Samurai Jepang (Unsplash.com)

Pernahkah mendengar tentang seppuku atau yang biasa dikenal juga harakiri? Seppuku dan harakiri memiliki arti yang sama, yakni memotong perut. Bedanya, seppuku dalam bahasa Jepang ditulis 切腹, sedangkan harakiri ditulis 腹切り. Keduanya sama-sama berasal dari dua huruf 腹 (perut) dan 切る (memotong).

Ritual harakiri ini memiliki sejarah yang cukup panjang, mencengangkan, dan terasa mengerikan. Harakiri dilakukan sebagai bentuk rasa malu dan tanggung jawab samurai Jepang pada zaman dulu. Berikut tujuh fakta menarik mengenai harakiri atau ritual bunuh diri samurai Jepang ini. Jangan kaget, ya.

#1 Harakiri menjadi jalan kematian terhormat

Minamoto no Yorimasa adalah orang yang pertama kali melakukan harakiri saat Perang Uji (1180). Kalah dari klan Taira membuatnya melakukan harakiri di Kuil Byoudouin. Berita ini cepat sekali menyebar dan sejak itu harakiri dianggap sebagai salah satu bushido (jalan hidup samurai).

Harakiri hanya bisa dilakukan oleh para samurai yang menjaga harga diri dan kehormatannya. Harga diri bagi samurai adalah hal yang harus dipertahankan melebihi nyawanya sendiri. Kalau rakyat biasa melakukan harakiri, bisa dibilang nggak ada gunanya dan kematiannya tak bernilai apa-apa. Jadi, harakiri hanya dinilai terhormat saat dilakukan oleh samurai.

#2 Dilakukan sebagai bentuk ketaatan pada tuannya

Seperti yang sudah dijelaskan pada poin pertama, nggak semua orang berhak melakukan harakiri. Saat seorang samurai ingin melakukan ritual ini pun mereka harus minta izin kepada tuannya. Perlu diingat, samurai yang terhormat adalah samurai yang memiliki tuan, dan ia akan mengabdi sampai mati. Oleh karena itu, saat ingin mengakhiri hidupnya pun ia harus meminta izin.

Seorang samurai rela mati buat tuannya (Shutterstock.com)

Alasan tuan (daimyo) mengizinkan biasanya agar para samurai ini nggak disiksa kalau tertangkap musuh atau memang untuk menebus kesalahan. Dalam ajaran bushido, para samurai akan lebih memilih harakiri ketimbang harus kalah dan menjadi tahanan musuh.

Jadi, boleh dibilang harakiri merupakan bentuk ketaatan samurai Jepang kepada tuannya. Bagaimanapun menjadi samurai tak bertuan alias ronin dianggap seburuk-buruknya manusia. Maka, seorang samurai akan mempertaruhkan segalanya. Jangan dikira tuannya nggak sedih juga ya saat bawahannya harakiri, sebab para samurai ini sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Selain izin, samurai juga bisa melakukan harakiri jika tuannya sudah meninggal.

#3 Oibara dan jigai

Selain harakiri atau seppuku, ada juga istilah oibara atau tsuifuku, yakni harakiri yang dilakukan oleh samurai setelah kematian tuan mereka. Kemudian ada juga istilai jigai. Jigai adalah bunuh diri yang dilakukan oleh wanita yang merupakan istri samurai yang melakukan harakiri. Biasanya seorang istri samurai akan memotong lehernya agar bisa mati dengan cepat. Selain untuk menunjukkan kesetiaan pada suami, kehormatan sebagai seorang istri, juga untuk menghindari penangkapan dan tindakan asusila yang dilakukan oleh musuh. Kalau istri samurai ini hidup dan dijadikan tawanan, justru dianggap nggak terhormat, lho.

#4 Dilakukan demi kesepakatan damai

Selain harga diri samurai dan kesetiaan pada tuannya, harakiri biasanya juga dilakukan untuk membuat kesepakatan damai dengan musuh. Samurai di Jepang dianggap hebat karena berkat mereka, perdamaian dan keamanan wilayah yang bertikai dapat terwujud.

Samurai Jepang di Kuil Itsukushima (Shutterstock.com)

Seorang tuan akan memanggil samurai yang diinginkan musuh dan menyuruhnya melakukan harakiri. Biasanya pihak musuh yang meminta. Setelah samurai melakukan harakiri, barulah perjanjian damai dibuat. Ada juga perjanjian damai yang dibuat dengan cara pihak menang menyuruh lawannya yang kalah untuk melakukan harakiri. Yang paling terkenal dari versi ini adalah Toyotomi Hideyoshi yang menyuruh Houjou Ujimasa melakukan harakiri setelah klan Houjou kalah dalam peperangan Odawara (1590).

#5 Prosesnya sangat menyakitkan

Seorang samurai yang akan melakukan harakiri harus menjalani beberapa tahapan berikut. Pertama, samurai harus mandi dan mengenakan pakaian serba putih. Setelah itu, ia akan disuruh menyantap makanan terakhir yang sudah disiapkan. Di samping makanan, ada sebilah pedang untuk memotong perutnya. Ada juga lho samurai Jepang yang membuat surat wasiat atau puisi kematian sebelum harakiri.

Saat seorang samurai melakukan harakiri, akan ada saksi dan samurai lain di belakangnya yang siap dengan pedang mereka. Samurai yang melakukan harakiri akan menusuk perutnya beberapa kali hingga terlihat kesakitan. Saat samurai Jepang ini merasa kesakitan, mereka dianggap sangat berani dan rela mengorbankan nyawa demi tuannya atau demi kehormatan dirinya sendiri.

Ada banyak versi cara memotong perut samura. Ada ichimonji (dari kiri ke kanan sehingga membentuk huruf kanji 一 = 1), juumonji (dari atas ke bawah dan kiri ke kanan sehingga membentuk 十 = 10), dll. Setelah perut terbelah, samurai akan menegakkan kepalanya. Samurai lain di belakangnya akan memenggal kepala samurai tersebut agar rasa sakitnya segera hilang. Hiii…

#6 Film tentang samurai dan harakiri

Ada banyak film yang membahas tentang samurai dan harakiri di Jepang, di antaranya Seven Samurai (1954), Seppuku (1962), Samurai Rebellion (1967), 13 Assassins (2010), Harakiri: Death of A Samurai (2011), 47 Ronin (2013), dll.

Saya pernah nonton film 13 Assassins dan cukup tergambarkan bagaimana samurai harus hidup di zaman feodal dulu. Samurai yang memiliki tuan memang dianggap sebagai kasta tinggi dalam tatanan masyarakat saat itu. Mereka juga dianggap pahlawan karena membantu rakyat kecil, termasuk dalam film ini yang mereka diminta tolong untuk melawan penguasa yang zalim.

#7 47 Ronin

Salah satu kisah yang paling menarik tentang samurai Jepang dan harakiri adalah 47 Ronin. Kisah aslinya ini berbeda dengan versi filmnya di tahun 2013, lho.

Seorang tuan (daimyo) dibohongi oleh pensiunan pejabat tentang pakaian yang harus dipakai saat menghadap shogun di istana. Ia merasa dipermalukan. Saking marahnya, ia menarik pedangnya dan mencoba membunuh si pensiunan pejabat yang membohonginya. Si pensiunan pejabat tadi berhasil melarikan diri. Akan tetapi, lantaran perbuatannya menarik pedang di istana, daimyo pun dijatuhi hukuman mati dengan harus melakukan harakiri.

Makam 47 Ronin di Kuil Sengakuji Jepang (Shutterstock.com)

Setelah si tuan ini melakukan harakiri, ke-47 samurai bawahannya menjadi tak bertuan, atau yang disebut ronin. Mereka pun berencana membalaskan dendam tuannya. Saat musim dingin, para samurai berhasil menyerbu kediaman musuhnya tersebut. Setelah berhasil, para ronin akhirnya melakukan harakiri menyusul tuannya.

Begitulah kira-kira fakta unik tentang harakiri di Jepang. Yang masih diwarisi dari para samurai oleh orang Jepang sekarang adalah sifat malu saat bersalah dan bertanggung jawab sampai akhir. Ada banyak kisah tokoh publik Jepang melakukan bunuh diri (jisatsu) karena rasa malu saat tak bisa menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Meski agak mengerikan, bisa dipahami ya kenapa harakiri dianggap sebagai jalan kematian terhormat.

Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version