Salah satu barang yang paling banyak dikonsumsi masyarakat selain makanan adalah sandang. Salah satu penyebabnya adalah tren pakaian yang senantiasa berganti setiap tahunnya. Bagi mereka yang melek fesyen, pastinya nggak mau ketinggalan mode terkini. Meskipun saat ini membeli pakaian secara online sudah menjadi hal yang lumrah, berbelanja langsung ke toko pakaian tetap memiliki keseruan sendiri. Selain dapat mencobanya guna menyesuaikan ukuran tubuh, konsumen pun dapat menilai kualitas produk secara langsung.
Akan tetapi, bukan berarti sembarang toko pakaian layak kita datangi. Beberapa gerai pakaian dengan karakteristik di bawah ini sebaiknya kita hindari. Kalau nekat, ada banyak risiko yang nantinya mungkin kita dapati. Misalnya, menyesal di kemudian hari atau malah merasakan sakit hati. Kira-kira ciri toko pakaian seperti apa yang sebaiknya nggak didatangi, ya?
#1 Lampu temaram
Syarat pertama toko pakaian yang bagus untuk dikunjungi adalah memiliki penerangan yang cukup. Pasalnya, konsumen membutuhkan pencahayaan yang jelas saat meneliti baju yang hendak dibelinya. Lampu yang temaram dan cenderung remang-remang akan menyusahkan calon pembeli dalam memeriksa baju incarannya.
Bukannya tanpa alasan. Memang benar bahwa pakaian yang terpajang di rak gantungan biasanya sudah melewati tahap quality control. Namun, faktor kesalahan yang nggak sengaja mungkin saja tetap terjadi, apalagi jika kegiatan menyeleksi baju yang hendak dijual tersebut dilakukan oleh tenaga manusia di mana masih memiliki peluang human error.
#2 Tidak tersedia ruang ganti yang layak
Faktor keberadaan fitting room juga menjadi salah satu penentu kelayakan toko pakaian yang patut dihampiri. Percuma saja kalau pembeli bisa melakukan inspeksi mandiri tapi nggak bisa mecoba baju yang hendak dibelinya di toko tersebut. Lalu, apa lebihnya dari membeli pakaian secara online?
Fitting room yang dimaksud pun tentu saja juga harus memiliki kondisi yang baik serta aman. Sebisa mungkin pilihlah toko pakaian yang menyediakan fitting room dengan kaca besar yang setidaknya seukuran tubuh manusia pada umumnya serta penerangan yang cukup supaya pembeli dapat menilai kecocokan baju yang dikenakannya secara keseluruhan.
Hal lain yang tak bisa dielakkan adalah fitting room dengan akses pintu yang dapat dikunci. Soalnya nggak sedikit gerai pakaian yang hanya mengadakan ruang ganti apa adanya, contohnya hanya dibatasi dengan tirai kain atau kelambu. Semisal ada orang yang tanpa sengaja menyibak, tentu orang yang tengah mencoba pakaian di dalam ruangan akan merasa malu bukan kepalang.
#3 Lahan parkir yang kurang memadai
Sebenarnya, syarat ketiga ini berlaku bagi hampir semua jenis toko, sih. Walau kedengarannya sepele, area parkir merupakan hal penting dalam menentukan kepantasan sebuah toko untuk didatangi. Mungkin faktor ini tak jadi masalah besar jika calon pembeli mengendarai sepeda motor. Namun, tentu akan lain cerita jika mereka datang menggunakan mobil.
Asal memarkir mobil bisa berakibat fatal. Selain diserempet oleh kendaraan yang lalu lalang, risiko mobil dibobol pun masih berpeluang terjadi. Selain itu, keterbatasan tempat parkir kadang membuat tukang parkir harus sering memindahkan motor atau mobil yang sudah terparkir agar kendaraan yang lain bisa muat. Nggak asyik juga dong kalau lagi asyik belanja, eh malah dipanggil tukang parkir buat memindahkan kendaraan yang terkunci.
Baca halaman selanjutnya
#4 Jual barang KW
Mau pakai baju apa pun itu memang hak setiap orang. Namun, jika boleh memberikan saran, sebaiknya hindari toko pakaian yang menjual barang tiruan alias KW. Sudah bukan rahasia lagi kalau banyak outlet yang menjual berbagai barang fesyen dengan embel-embel reject pabrik. Padahal barang-barang tersebut tak ubahnya adalah barang palsu yang diberi label serupa dengan merek terkenal.
Trik ini menyebabkan toko bisa memperoleh keuntungan lebih karena mendompleng nama brand yang tersohor tersebut tetapi dijual hanya berselisih sedikit dibandingkan merek aslinya. Sayangnya, kualitas yang diberikan tentu saja nggak sebanding. Kalau sudah begini, konsumen hanya akan menghamburkan uang saja tanpa mendapat manfaat. Lebih baik membeli produk lokal dengan kualitas yang telah teruji.
#5 Pramuniaganya menyebalkan
Walaupun toko pakaian menjual barang, ada jasa yang menyertainya. Apalagi kalau bukan pelayanan asisten toko terkait. Sudah sering orang mendengar kalau nggak sedikit pramuniaga yang menilai calon pembeli sekilas saja dari cara mereka berpakaian. Calon pembeli yang dianggap mengenakan pakaian seadanya, biasanya akan mendapatkan pelayanan ketus.
Wah, kalau sudah begini artinya toko pakaian tersebut sudah red flag! Memang benar beberapa strategi marketing menerapkan pelayanan jutek untuk menggelitik ego konsumennya. Konsumen yang merasa direndahkan, kemudian akan bersedia mengeluarkan uang yang nggak sedikit jumlahnya demi “membungkam” mulut pedas penjaga toko. Ego terpenuhi, tapi sesungguhnya konsumenlah yang terjebak. Ketimbang buang-buang uang demi memenuhi kepuasan sesaat, lebih baik berbelanjalah di tempat yang nyaman dan memberikan pelayanan ramah.
#6 Tidak ada kebijakan pengembalian
Sejumlah brand terkenal sudah banyak yang menerapkan kebijakan pengembalian barang oleh konsumen bila produk yang dibeli nggak sesuai. Tentu saja keunggulan ini disertai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Misalnya, baju nggak boleh dicuci, label harga masih tergantung dengan sempurna, penyertaan struk berbelanja, serta toleransi jangka waktu pengembalian.
Kelebihan ini lama kelamaan menjadi standar umum bagi setiap toko pakaian. Konsumen akan merasa perlakuan tersebut adil bagi kedua belah pihak karena human error nggak cuma bisa terjadi saat proses seleksi sebelum dijual, tetapi bisa juga terjadi pada saat pelanggan memeriksa baju yang hendak dibelinya tersebut. Misalnya saja ada cacat minor atau salah ambil ukuran. Nah, kalau toko pakaian yang didatangi nggak memberikan kelonggaran tersebut, ada baiknya kita mengurungkan niat bertandang ke sana daripada kecewa nantinya.
#7 Tidak menerima pembayaran cashless
Pembayaran secara digital sudah menjadi sesuatu yang umum dilakukan dalam bertransaksi. Selain meminimalisir kecurangan yang mungkin terjadi dalam proses jual beli, pembayaran cashless juga lebih memudahkan konsumen ketimbang harus membawa segepok uang manakala hendak berbelanja.
Oleh sebab itu, pilihlah toko pakaian yang menyediakan pembayaran non-tunai. Baik menggunakan QRIS ataupun kartu debit. Di samping kepraktisannya, pembayaran cashless ini akan tercatat dalam mutasi rekening pemberi dan penerima dana. Jika suatu saat terjadi suatu hal yang memerlukan bukti pembayaran—misalnya proses refund atau retur—dengan mudah kedua pihak dapat melacaknya dari status transaksi tersebut.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Toko Baju Andalan Para Mahasiswi di Jogja.