Saya agak yakin, tidak banyak kawula Mojok yang tahu betul tentang Tulungagung. Hal tersebut wajar dan tidak di saat yang bersamaan. Wajar, karena memang kabupaten ini bukan salah satu daerah dengan nama besar di Jawa Timur. Tapi, meski begitu, Kabupaten Tulungagung salah satu daerah yang dianggap cocok untuk menikmati masa tua dan slow living.
Tapi, jujur saja, sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di Kabupaten Tulungagung, saya harus mengatakan bahwa hal tersebut kurang tepat.
Pesan saya sebagai akamsi, justru sebaiknya kalian jangan menetap di Kabupaten Tulungagung, apalagi kalau kalian belum sisi gelap dari kabupaten indah yang satu ini. Nah, kalau kalian adalah salah satu yang kemakan marketing kota pensiun dan slow living ini, saya buatkan daftar-daftar hal tak menyenangkan yang ada di Tulungagung.
Percaya karepmu, ora karepmu, wis.
Tidak cocok untuk usaha kuliner
Kalau kalian pengin menikmati hidup santai dan beralih dari pekerja kantoran ke dagang kuliner, baiknya jauh-jauh dari Tulungagung. Beneran ini.
Kalau kalian niatnya dagang kuliner di Tulungagung, apalagi jualan makanan khas Jawa, jelas kalian sulit laku. Kenapa? Ya orang asli sini udah jago masak itu. Bisa jadi lebih enakan masakan mereka ketimbang jualanmu. Kalau gitu, mau laku gimana?
Tak hanya perkara kuliner, bisnis pakaian juga susah. Orang Tulungagung itu, kalau beli baju, kalau nggak offline, ya sekalian beli di luar kota sambil melancong. Kalau nggak ya, titip saudara di luar negeri.
Perlu diketahui, Kabupaten Tulungagung adalah salah satu daerah “penghasil” TKI terbesar di luar negeri.
Ya rezeki udah ada yang ngatur sih ya. Tapi, nggak ada salahnya juga memahami kultur biar bisnis kalian tidak hancur sebelum berkembang.
Kondisi ekonomi di Tulungagung tak seindah yang dibayangkan
Pesona alam di Kabupaten Tulungagung memang indah, namun tidak diikuti dengan kondisi di sektor ekonomi. Kondisi ekonomi di Kabupaten Tulungagung cuma gitu-gitu aja. Harga segala sesuatu murah itu bukan disebabkan stabilnya ekonomi di Tulungagung, melainkan gara-gara ekonominya sulit untuk maju dan berkembang.
Hal ini terbukti dari UMR yang ada di Kabupaten Tulungagung yang berbanding terbalik dengan potensi yang ada di sana. Potensi SDA yang dimiliki oleh Kabupaten Tulungagung, bisa dibilang belum dimaksimalkan secara konsisten dan berkelanjutan. Masih sering terjadi tumpang tindih kebijakan ekonomi yang tidak jelas. Nasib masyarakat yang bergerak di bidang-bidang pendukung perekonomian daerah pun dibuat tidak menentu dan tidak jelas.
Sering kali kebijakan-kebijakan yang dibuat justru tidak berdampak nyata dan justru banyak kerugian yang dialami oleh masyarakat. Itulah yang menjadi latar belakang dari banyaknya masyarakat yang memutuskan untuk merantau ke luar kota ataupun ke luar negeri.
Kenakalan remaja yang meresahkan?
Siapa bilang di Kabupaten Tulungagung itu damai. Justru, di sana bisa dibilang wilayah yang berbahaya. Di Tulungagung sering terjadi kasus-kasus tawuran yang kadang melibatkan pelajar antarsekolah ataupun antar anggota perguruan pencak silat. Hanya saja, tawuran-tawuran yang terjadi itu tidak begitu diangkat karena hanya terjadi di daerah-daerah pinggiran Kabupaten Tulungagung.
Lalu angka putus sekolah terus meningkat seiring meningkatnya juga angka permohonan untuk melakukan pernikahan dini. Pernikahan dini ini dilakukan akibat banyaknya pelajar yang terjun dalam pergaulan bebas dan akhirnya hamil di luar nikah. Situasi dan kondisi yang ada di Tulungagung ini, memang betul-betul butuh perhatian.
Kalau sampai dibiarkan terus-menerus, akan sangat-sangat berakibat fatal dan justru menjadi penghambat kemajuan Tulungagung. Mediasi ataupun sosialisasi yang selama ini dilakukan pun, belum benar-benar mampu mengatasi permasalahan-permasalahan ini.
Boros anggaran pembangunan, tak ada manfaat yang dirasakan
Pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung terlalu membuat banyak program. Hal ini menyebabkan program-programnya belum bisa dimaksimalkan dari segi manfaat. Ada rasa gelo atau menyesal di hati masyarakat Tulungagung sendiri dengan pembangunan-pembangunan infrastruktur umum yang akhirnya kayak proyek gagal karena nggak ada manfaatnya untuk masyarakat.
Seakan-akan, pemerintah daerah sibuk membuat program-program hanya demi pemenuhan tugas administrasi, bukan untuk kepentingan yang benar-benar bermanfaat untuk masyarakat. Sungguh sangat disayangkan, karena hal ini justru semakin menenggelamkan Kabupaten Tulungagung di mata banyak orang. Infrastruktur-infrastruktur yang dibangun pun asal-asalan dan cepat sekali rusak.
Proyek-proyek infrastruktur yang terbengkalai meskipun sudah jadi ini, akan semakin memperburuk wajah Kabupaten Tulungagung. Hal ini semakin membuat masyarakat Tulungagung itu sendiri tidak kerasan dan memutuskan untuk merantau ke luar daerah.
Tulungagung yang “kotor”
Bisa dibilang, Tulungagung tetap stuck kondisinya juga karena banyaknya praktik-praktik kotor yang terjadi di sini. Nggak usah lah ya saya jelaskan apa itu praktik kotor, kek bocah aja.
Sedihnya, hal itu bukan rahasia umum lagi bagi masyarakat. Bukan masyarakat tidak mau melaporkan karena takut, melainkan lebih ke bosan dan lelah karena dari dulu hanya sekadar ditanggapi tanpa ditangani. Kalau sudah viral di tingkat nasional, baru ditangani. Gi nggak viral, halah, nggak usah berharap apa-apa.
Kalau kalian pernah menonton film mafia, kurang lebih seperti itu kondisi di Tulungagung yang selalu ada boneka, uang, dan kekuasaan. Miris karena hal-hal seperti itu seolah-olah sudah menjadi kebiasaan wajib dari kaum-kaum pemangku kekuasaan dan kepentingan. Rakyat seolah-olah dibungkam dan ditundukkan secara paksa. Sungguh kenyataan yang perih, tetapi masyarakat sudah terbiasa hidup pedih selama ini.
Banyak sampah dan gepeng (gelandangan dan pengemis)
kalau kalian mau cermati, Kabupaten Tulungagung adalah penghasil sampah yang amat besar. Saking besarnya, sampai-sampai membuat TPA Segawe hampir penuh. Yah, bagaimana lagi, kepedulian masyarakat Tulungagung terhadap kebersihan lingkungan sekitar masih tergolong rendah. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya sampah yang bisa kalian lihat sendiri di beberapa landmark.
Lalu, kabupaten Tulungagung juga banyak terdapat pengemis dan gelandangan. Bisa dibilang setiap tikungan jalan itu ada. Ada beberapa titik yang menjadi pemukiman kumuh yang benar-benar jauh dari kata layak. Ini menunjukkan bahwa Tulungagung tidak seindah yang dibayangkan juga.
Tulungagung memang diklaim sebagai kota slow living. Dan pada titik tertentu, sebenarnya saya agak setuju juga. Cuman, setelah melihat fakta-fakta ini, apakah kalian masih yakin, atau justru jadi kelewat ragu?
Yah, pilihan selalu ada di tangan Anda.
Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Keunikan Tulungagung yang Nggak Dimiliki Kabupaten Lain




















