Menjadi warga pegunungan adalah satu keistimewaan sendiri zaman sekarang. Selain bisa hilang-hiling gratis dengan pemandangan alamnya, kita juga diberkahi sumber makanan yang bisa pakai model prasmanan. Alias ambil sendiri semaunya di ladang atau hutan.
Tahu sendiri, kami wong nggunung ini jauh dari kota dan nggak mungkin pergi jauh-jauh mendaki-gunung-turuni-lembah hanya untuk membeli martabak manis, misalnya. Kalau kalian penasaran, berikut ini saya beberkan kudapan alami di pegunungan yang bisa didapatkan di belakang rumah kami masing-masing.
#1 Umbut kelapa
Kudapan ini lazim juga disebut pondoh di beberapa daerah. Umbut ini aslinya merupakan ujung batang pohon kelapa bagian atas yang jadi tempat tumbuhnya daun muda. Warnanya putih bersih dan rasanya sedikit manis serta renyah saat dikunyah. Umbut kelapa ini enak dimakan langsung atau diolah menjadi sayur.
Namun, sayangnya umbut kelapa tidak bisa didapatkan setiap saat, karena umumnya hanya diperoleh ketika ada pohon kelapa yang ditebang.
#2 Kentos kelapa
Memang nggak salah kalau kelapa disebut sebagai pohon yang bermanfaat from head to toe. Bahkan lebih bermanfaat dibanding wakil rakyat kamu yang kerjanya rebahan melulu. Hampir semua bagian pohon kelapa tidak ada yang mubazir. Salah satunya, kentos kelapa.
Kentos ini berwarna kuning dan berada di dalam buah kelapa yang sudah tua. Teksturnya empuk-empuk padat dan manis saat digigit. Kentos adalah bakal tunas pohon kelapa. Kentos paling enak dimakan langsung. Untuk menemukannya, kamu cuma perlu cari kelapa yang sudah tua. Jika tidak terdengar bunyi air kelapa saat kamu menggoncangkan buahnya, bisa jadi ada kentos di dalamnya.
#3 Gucen (arbei hutan)
Di pedesaan seperti daerah pegunungan, gucen atau arbei hutan tumbuh liar dan biasanya tidak banyak yang suka karena rasanya yang asam kayak omonganmu. Padahal menurut berbagai sumber di internet, buah ini menyimpan segunung manfaat bagi tubuh.
Beberapa orang kadang salah mengira bahwa warnanya yg merah identik dengan buah yang sudah matang dan rasanya manis. Padahal buah ini baru dibilang matang kalau warnanya sudah hitam.
#4 Ciplukan
Buah ini sempat ramai beberapa waktu lalu karena harganya di luar negeri yang mencapai jutaan. Padahal kalau di daerah gunung, buah ini tergolong tanaman liar dan biasanya terabaikan kayak perasaan.
Buahnya bulat dan berwarna kuning keemasan saat matang, makanya ada juga yang menyebutnya golden berry. Rasanya manis dan agak mirip tomat. Selain buahnya, daun ciplukan kadang direbus untuk teman lalapan sayur lodeh dan sambal.
#5 Ranti
Tentu saja bukan Ranti yang pernah menemani masa kecilmu di serial Heart, ya. Buah ranti ini bentuknya bulat kecil dan berwarna hitam mengkilap saat matang. Karena ukurannya yang kecil, buah ini lebih baik dimakan 5-10 biji sekaligus biar lebih berasa manisnya.
Bagi segerombolan anak-anak yang jalan kaki ketika pulang sekolah, buah ini sering jadi buronan. Maklum, di daerah pegunungan tidak begitu banyak toko yang menjual jajanan seperti di kota. Maka wajar saja kalau anak-anak pegunungan kadang seperti bolang yang suka nggrasak buah di hutan.
#6 Harendong bulu
Kalau ingin tahu bentuk buah yang satu ini, cobalah ketik dan cari di Google. Buah ini sepenglihatan saya, jarang ditemukan kecuali di wilayah pegunungan. Sekilas orang kadang mengira buah ini beracun karena bulu-bulu yang menyelimuti buahnya.
Harendong bulu punya nama sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menyebutnya senduduk bulu, ada juga yang menyebutnya boloto seperti saya. Buahnya sedikit manis dan warnanya hitam. Biasanya saya jarang bisa menemukan buah ini karena keduluan oleh burung liar di hutan. Maklum, makanan favorit.
Nah, kalau kamu kebetulan main ke gunung atau mendaki gunung, ada baiknya mencoba berbagai jenis kudapan unik tadi. Lumayan untuk memuaskan rasa lapar penasaran.
Penulis: Shopa Marwati
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Es Puter Cong Lik Semarang, Sensasi Menyantap Es Legendaris di Malam Hari