Saya dan istri kerap membicarakan berbagai hal sebelum tidur, mulai dari kegiatan sehari-hari sampai cerita zaman kuliah dulu. Kalau istilah zaman sekarang, namanya pillow talk. Konon, pillow talk dapat membuat hubungan lebih harmonis.
Salah satu pembahasan yang pernah kami bicarakan saat pillow talk adalah dapur bersama di kos. Istri saya menceritakan berbagai hal mengenai dapur bersama di kosnya dulu. Sementara saya cuma bisa mendengarkan. Soalnya saya nggak pernah punya pengalaman terkait fasilitas tersebut waktu ngekos dulu. Maklum, waktu kuliah dulu, saya ngekos di tempat yang alakadarnya.
Dari cerita istri, saya jadi tahu berbagai hal nggak enaknya punya fasilitas dapur bersama di kos, sekalipun itu kos putri. Apa saja?
Daftar Isi
#1 Selesai masak, peralatan dibiarkan saja
Memasak nggak selalu mudah dan nggak selalu menyenangkan. Minimal nggak semenyenangkan apa yang digambarkan di layar kaca oleh Rudy Choirudin atau Farah Quinn yang selalu tampil ceria itu.
Terkadang, memasak itu kegiatan yang membosankan, bahkan bisa jadi sangat melelahkan. Makanya ketika seseorang baru selesai memasak, kadang ia nggak langsung membereskan peralatan masaknya. Selain karena lelah, orang yang baru selesai masak mungkin merasa lapar atau nggak sabar pengin buru-buru mencicipi hasil masakannya. Makanya dia nggak langsung merapikan seluruh peralatan masak yang sudah dia pakai.
Kalau situasinya kayak begini terjadi di dapur pribadi sih nggak masalah. Lha, kalau terjadi di dapur umum seperti dapur bersama kos ya bakal jadi masalah. Minimal bisa bikin dongkol orang yang masak sebelumnya. Soalnya orang yang selanjutnya akan masak bakal triple capeknya. Capek karena masak dan capek karena harus membersihkan peralatan masak sebanyak dua kali.
#2 Jarang ada yang mau bersihin kompor
Anak kos yang mau membersihkan peralatan masak setelah memasak di dapur sudah dapat dikategorikan rajin. Padahal setelah selesai memasak, bukan cuma peralatan masak yang perlu dibersihkan, kompor pun perlu sedikit dilap supaya nggak berminyak atau ada noda yang menempel.
Jangankan kepikiran membersihkan kompor, membersihkan peralatan masak setelah memasak aja mayoritas anak kos pada males. Makanya nggak usah heran kalau melihat kompor di dapur bersama kos-kosan terlihat sangat kotor sekalipun itu kos putri.
#3 Males ngurusin gas habis
Ketika gas habis di dapur bersama kos, umumnya semua lari dari tanggung jawab. Tiba-tiba penghuni satu kos jadi malas masak dan nggak ada yang mau ngurusin gas yang habis. Entah itu orang yang terakhir kali memakai kompor maupun orang yang baru akan memasak.
Saya cukup memahami situasi tersebut jika itu terjadi di kos putri. Membeli gas dan memasang regulator ke tabung gas bukan suatu keahlian yang mudah. Saya nggak bermaksud untuk berkomentar seksis, ya. Ada juga kok perempuan yang bisa memasang regulator tabung gas secara mandiri. Tapi, nggak sedikit juga perempuan yang butuh bantuan laki-laki untuk melakukan pekerjaan ini.
#4 Penghuni kos yang jarang masak merasa dirugikan
Pada dapur bersama di kos, alat masak, tabung gas, kompor, dan regulator biasanya punya pemilik kos. Penghuni kos umumnya tinggal patungan gas dan bumbu untuk keperluan memasak. Biasanya gas dan bumbu masak ini patungan dari uang kas seluruh penghuni kos.
Lantaran patungan, penghuni kos yang rajin masak merasa diuntungkan. Sedangkan penghuni kos yang jarang masak kerap merasa dirugikan, sebab dia nggak memaksimalkan fasilitas yang ada. Anggapan merasa dirugikan ini kerap dilontarkan di grup kos atau secara langsung disampaikan ke penghuni kos yang lain.
Perasaan dirugikan dari salah satu penghuni kos yang disampaikan kepada penghuni lain dapat menimbulkan perasaan nggak enak. Bukan cuma dari orang yang merasa dirugikan. Tapi, perasaan nggak enak juga dapat muncul di hati pihak yang merasa sering masak. Soalnya pihak yang merasa sering masak beranggapan bahwa dia yang dituduh kerap menghabiskan isi gas.
#5 Bumbu masak pribadi berkurang drastis
Di kos istri saya dulu, para penghuninya biasanya cuma patungan biaya gas. Untuk bumbu dapur, mereka membeli masing-masing sesuai kebutuhan. Maklum kos istri saya dulu penghuninya berasal dari berbagai tempat. Makanya lidah penghuninya punya selera masing-masing.
Nasib apes bakal terjadi ketika istri saya kelupaan membawa bumbu masak miliknya kembali ke kamarnya. Saat mau masak lagi, dia baru ingat bumbunya ketinggalan di dapur. Kalau sudah begini, biasanya kondisi bumbu masaknya tinggal sedikit. Entah siapa yang menggunakan bumbu tersebut. Istri saya biasanya nggak mau menuduh penghuni lain, dia hanya bisa mengikhlaskan, toh kesalahannya sendiri karena sudah teledor.
#6 Diam-diam aja ketika kompor rusak
Saat terjadi kerusakan pada kompor di dapur bersama kos, biasanya nggak ada yang mau mengaku sebagai pelaku. Tahu-tahu kompornya sudah rusak aja. Entah apinya nggak mau menyala atau gasnya bocor. Yang tahu kerusakan tersebut biasanya penghuni kos yang baru mau masak.
Mungkin pelaku yang merusak kompor nggak berani bilang. Sebab, khawatir dimintai pertanggungjawaban berupa biaya servis kompor oleh pemiliknya yang notabene adalah bapak/ibu kos.
Begitulah hal-hal nggak enak yang bisa terjadi saat punya dapur bersama di kosan. Ini berdasarkan pengalaman istri saya, ya. Mungkin saja kamu punya pengalaman yang berbeda. Yang lebih nggak enak maksudnya. Hehehe.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Tiada yang Lebih Buruk daripada Teman Kos yang Jorok.