Apa yang bisa diketahui dari Kabupaten Banjarnegara dengan motto Gilar-Gilar? Tentu saja ada banyak hal yang perlu diketahui, mulai dari wisata, kuliner, bahasa dan lain sebagainya.
Salah satu kota yang masuk dalam karesidenan “MasPurBanCi” (Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara Cilacap) ini sempat naik daun dengan viralnya foto slip Gaji Bupatinya yang masih menjabat. Bayangkan saja Bupati Wing Chin diketahui menerima gaji sebesar Rp6.144.000, dengan penerimaan bersih sebanyak Rp5.961.200.
Selain gaji yang viral, kabupaten ini juga memiliki berita yang sempat heboh, yakni kasus pengaturan skor Persibara. Atas viralnya kasus ini lantas Bupati Wing Chin dan Eks Manajer Persibara, Lasmi Indriyani, diundang pada acara Mata Najwa.
Tentu masih ada fakta-fakta lain yang perlu diketahui tentang Kabupaten Banjarnegara, selain kedua berita viral tersebut.
#1 Kabupaten dengan UMK terendah di Jawa Tengah
Pada tahun 2020, UMK Banjarnegara tercatat berada pada nominal Rp1.748.000. Angka tersebut tentu saja membuat Kabupaten Banjarnegara masuk ke dalam zona degradasi klasemen Upah Minimum Kabupaten di Jawa Tengah.
#2 Kaya akan wisata alam
Bisa dibilang Kabupaten Banjarnegara adalah rival dari Kabupaten Wonosobo dalam urusan wisata alam. Di mana keduanya terus menunjukkan geliat eksistensinya di media sosial khususnya Instagram.
Salah satunya adalah kebun teh Kalibening yang belum banyak terekspos. Saat pagi dan sore hari destinasi tersebut menawarkan pemandangan yang sangat Instagram-able. Selain itu, bagi pengabdi kesunyian tempat ini sangat cocok sebagai area berkontemplasi sembari menghirup aroma daun teh yang belum dipetik.
Selain menawarkan destinasi keheningan, Kabupaten Banjarnegara juga menawarkan destinasi gemericik air dengan banyaknya air terjun atau curug, salah satu curug yang masih alami di Banjarnegara adalah Curug Pundung Sewu yang terletak di desa Petir, Kecamatan Purwanegara. Selain itu, masih ada curug yang lainnya seperti Curug Mrawu di Pejawaran, Curug Sikopel di Pagetan, dan masih banyak curug lainnya yang bisa dijadikan tempat untuk memanjakan mata.
#3 Tempat transisi logat ngapak yang lebih halus
Sebagai bagian dari Plat R, Kabupaten Banjarnegara masih menggunakan dialek Ngapak yang cukup kental. Hanya saja masyarakat di Banjarnegara memiliki bahasa tutur yang cenderung lebih halus daripada wilayah yang lain seperti Banyumas, Cilacap, dan sekitarnya.
Ngapak garis halus ini dimulai dari kecamatan Bawang lalu ke arah timur sampai Wonosobo, bahkan di wilayah Sigaluh yang berbatasan langsung dengan Wonosobo, sebagian masyarakat justru menggunakan bahasa tutur layaknya orang Wonosobo. Sedangkan untuk wilayah Banjarnegara bagian utara seperti Batur, mereka kerap menuturkan huruf Y dengan Z, contohnya uyah menjadi uzah, mayo menjadi mazo.
#4 Dawet ayu Banjarnegara
Meski dinamai dawet ayu, tapi kebanyakan penjual dawet ayu adalah kalangan bapak-bapak. Ada juga sebagian anak muda yang menjual dawet dengan tambahan pugas kekinian macam oreo atau parutan keju.
Sedangkan dawet ayu sendiri memiliki pakem di mana cendol yang disajikan terbuat dari tepung beras dan tepung beras ketan. Agar lebih manis, sajian dawet ayu kerap ditambahkan sirup gula merah dan pugas berupa potongan nangka.
#5 Tempat kelahiran Chris John
Selain dawet ayu Banjarnegara, Chris John merupakan salah satu tokoh yang cukup dibanggakan khususnya oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Rakit. Ketika Chris John bertanding, maka masyarakat Rakit akan menggelar nonton bareng dengan segala gemuruh dan teriakan “gebug ndase” yang artinya pukul kepalanya.
Saya sendiri memiliki tetangga yang merupakan teman sebaya dari Chris John saat SMP. Tetangga saya itu pun bercerita, konon Chris John kerap menggelar sayembara secara umum kepada siapa saja yang ingin melawannya. Namun, hingga Chris John menjadi petinju Profesional, belum ada satu pun masyarakat di Kecamatan Rakit dan sekitarnya yang mampu mengalahkan Chris John.
#6 Banyak anak muda yang menjadikan merantau sebagai jalan ninja-nya
Merantau atau yang dikenal juga sebagai migrasi adalah salah satu langkah yang ditempuh oleh masyarakat Kabupaten Banjarnegara khususnya anak mudanya. Mereka merantau karena merasa tidak menemukan apa yang diinginkan di kota kelahirannya seperti karier maupun pendidikan.
Faktor yang menyebabkan masyarakat Banjarnegara memilih merantau tentu ada banyak macam, misalnya ingin melanjutkan studi karena di kota ini hanya ada dua perguruan tinggi swasta. Sebagian besar anak muda di sini menjadikan Jogja sebagai tujuan utama untuk menempuh studi dan menjadikan Purwokerto sebagai tujuan kedua.
Selain itu, alasan ekonomi seperti rendahnya UMK juga menjadi faktor pendorong bagi warga Banjarnegara untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi di perantauan. Umumnya masyarakat Kabupaten Banjarnegara menjadikan Cikarang dan Jabodetabek sebagai tujuan perantauan.
Saya pernah bertanya kepada salah satu teman saya, berapa banyak teman sekelasnya yang merantau, dia menjawab dari 28 siswa di kelasnya ada 20 siswa yang merantau ke luar kota. Sangat banyak, bukan?
BACA JUGA Bahasa Wonosobo yang Perlu Dipelajari untuk Memperkaya Khazanah Bahasamu atau tulisan Dhimas Raditya Lustiono lainnya.