6 Dosa Penjual Tempe Goreng yang Sering Dilakukan

6 Dosa Penjual Tempe Goreng yang Sering Dilakukan Terminal Mojok comfort food orang desa

6 Dosa Penjual Tempe Goreng yang Sering Dilakukan (Unsplash.com)

Makanan, apa pun lauknya, entah kenapa terasa kurang afdal kalau nggak ada gorengan. Termasuk kalau ada acara kumpul-kumpul. Meskipun ada camilan lain, yang paling laris diserbu pasti gorengan. Gorengan pula yang acap kali diselipkan untuk dibawa pulang oleh ibu-ibu PKK selepas acara selesai. Buat lauk di rumah, begitu dalih mereka. Memang ya kita-kita ini sejatinya adalah ABG, alias Awan Bengi Gorengan.

Dari sekian banyak jenis gorengan yang beredar di pasaran, yang paling gampang untuk kita temukan adalah tempe goreng. Kita mungkin perlu muter-muter dulu untuk mencari bakul yang menjual pisang goreng ataupun risol, tapi tidak untuk mencari tempe goreng. Maklum, hampir semua gerobak penjual gorengan, pasti ada tempe gorengnya. Ya, gimana? Wong tempe goreng ini memang rajanya gorengan, kok.

Namun, tahukah kalian bahwa penjual tempe goreng punya 6 dosa yang sering mereka lakukan? Berikut daftarnya.

#1 Terlalu garing

Ini soal tempe tepung. Mari kita luruskan bersama. Tempe ketika dibaluri tepung akan berubah nama menjadi: tempe tepung, tempe mendoan, dan keripik tempe tergantung konsistensi si tepung dan durasi menggoreng.

Ketika tempe diiris antara sedang ke tipis, dibalur tepung, lalu digoreng hingga agak kecokelatan, itu namanya tempe tepung. Sementara kalau diiris tipis dengan tepung yang tebal dan digoreng setengah matang, itu namanya tempe mendoan. Beda cerita kalau tempe diiris sangat tipis dengan tepung yang minimalis (bahkan kadang tidak menggunakan tepung) dan digoreng sampai kering, itu namanya keripik tempe.

Nah, sialnya, ada saja bakul gorengan yang keluar dari track. Di gerobak tertulis “Tempe Mendoan”, ehhh, setelah disamperin tempenya kering kayak tanaman nggak pernah disiram. Duh. Yang begini ini nih yang mengancam eksistensi mendoan yang sesungguhnya. Mendoan kok garing?

#2 Pakai minyak bekas

Sebagaimana kalian, saya juga pernah merasa dilema saat berhenti di depan gerobak penjual gorengan. Di satu sisi, perut lapar tak terkendali. Di sisi lain, hati ini gentar melihat betapa gelap minyak yang ada di penggorengan si bakul.

Aduh, Pak, Bu, saya juga tahu kalau harga minyak masih mahal, tapi kalau minyaknya sudah hitam begitu, mbok diganti. Risiko kesehatannya itu nggak main-main, lho. Menurut para ahli, minyak goreng yang dipakai berkali-kali bisa membentuk polisiklik hidroaksi karbon yang berisiko menyebabkan kanker usus besar. Selain itu, kalorinya juga akan semakin tinggi yang berarti semakin tinggi pula kolesterol dan asam lemak transnya. Hiii…

#3 Lupa kasih cabai

Nah, salah satu dosa bakul tempe goreng yang sulit sekali untuk dimaafkan adalah lupa memberi cabai. Kalau pas beli tempe goreng diniatkan untuk lauk, dosa ini masih bisa kita maafkan. Tapi, lain cerita kalau si tempe goreng mau kita bikin untuk camilan. Ketiadaan cabai ini sungguh sesuatu yang menguras emosi. Apalagi kalau ndilalah bakul gorengannya jauh dari rumah, dan stok cabai di rumah juga kosong. Duh. Monanges. Oh ya, bukan hanya lupa memberi cabai, ya, ngasih cabai tapi cuma seuprit juga sama ngeselinnya.

#4 Terlalu tipis

Ini soal tempe goreng tanpa tepung atau yang di Tegal biasa disebut sebagai tempe wuda. Tempe wuda atau tempe goreng polos ini tentu akan terasa lebih mantul ketika potongannya mantap di genggam alias nggak terlalu tipis. Sayangnya, ada saja bakul gorengan yang menjual tempe wuda ini dalam potongan yang terlalu tipis, kecil-kecil pula. Hmmm, istighfar aja udah.

#5 Pakai kantong kresek

Dosa penjual tempe goreng berikutnya adalah langsung menggunakan kantong kresek sebagai wadah gorengan. Atau, biasanya di dalam kantong kresek tersebut dialasi koran yang ukurannya cuma seupil. Padahal kita sama-sama tahu kantong kresek nggak boleh digunakan secara langsung untuk membungkus makanan yang masih panas, kan? Semestinya kalau mau menggunakan kantong kresek, mbok itu gorengannya dibungkus kertas minyak atau daun dulu, dong~

#6 Tidak pakai penjepit

Terakhir, dosa penjual tempe goreng yang sering dilakukan adalah nggak mengunakan penjepit makanan. Gaes, serius, kalian merasa ngeri-ngeri sedap nggak sih kalau lihat ada pedagang mencomot langsung gorengan menggunakan tangan mereka? Masalahnya, kita kan nggak pernah tahu tangan mereka habis ngapain atau menyentuh apa.

Padahal tangan adalah pintu masuk dan tempat ternyaman bagi kuman dan virus. Bahkan, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Amerika (CDC), lebih dari 80% penyakit infeksi ditularkan melalui tangan. Gimana nggak, lha wong diperkirakan setiap 1 cm persegi kulit tangan ada 1.500 bakteri, kok. Ngeri banget nggak, tuh?

Itulah 6 dosa penjual tempe goreng yang sayangnya masih sering kita temukan. Cuma, ya mau gimana lagi? Untuk soal dosa para penjual gorengan ini, hati kita memang seluas samudera hingga selalu membukakan pintu maaf.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Menyebut Tempe Goreng Tepung sebagai Tempe Mendoan, Seburuk-buruknya Penghinaan!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version