6 Budaya Kerja Jepang yang Bikin Geleng-geleng Kepala

6 Budaya Kerja Jepang yang Bikin Geleng-geleng Kepala Terminal Mojok

6 Budaya Kerja Jepang yang Bikin Geleng-geleng Kepala (Unsplash.com)

Pulang kerja tepat waktu di Jepang? Jangan ngimpi!

Ada banyak sekali budaya dan aturan kerja di Jepang yang nggak tertulis. Kalau nggak dilakukan, biasanya akan membuat seseorang merasa tersisihkan dan malah jadi nggak betah kerja. Terlebih orang asing yang bekerja di Jepang. Bisa-bisa malah kena diskriminasi lantaran nggak mengikuti budaya kerja di Jepang.

Lingkungan kerja di Jepang yang kaku dan kurang fleksibel menjadi penyebab lahirnya beberapa budaya kerja berikut. Sebagai orang Indonesia, mungkin kita akan geleng-geleng kepala melihatnya. Apa saja ya budaya kerja Jepang yang dimaksud?

#1 Nggak ada istilah “tenggo”

Di Jepang, nggak ada tuh yang namanya “tenggo” alias begitu teng jam pulang kantor langsung go. Di Indonesia, biasanya beberapa menit sebelum jam pulang kantor berakhir, kita akan menjumpai karyawan yang sudah antre di depan mesin presensi untuk bersiap pulang. Atau, kalaupun harus pulang kantor telat, biasanya maksimal molor sampai sekitar 30 menit karena harus mengerjakan tugas yang belum beres atau menunggu rush hour sambil ngobrol bareng rekan kerja. Di Jepang, boro-boro bakal menemukan fenomena serupa.

Menurut kalian, jam kerja kantoran orang Jepang yang mulai pukul 9 pagi dan berakhir pukul 5 sore itu bakal membuat orang Jepang pulang jam berapa? 6? 7? Salah, Gaes. Faktanya, orang Jepang baru bakal pulang kerja sekitar pukul 8 atau 9 malam. Belum lagi kalau mereka diajak minum-minum dulu, wah, bakal makin malam pulangnya.

#2 Acara minum-minum kantoran (nomikai)

Seperti halnya di Korea Selatan, di Jepang ada budaya minum-minum bersama rekan kantor setelah pulang kerja. Ada juga budaya minum-minum bersama rekan bisnis. Katanya sih untuk menjaga relasi.

Acara minum-minum (nomikai) ini memang nggak dilakukan setiap hari, minimal seminggu sekali. Kadang, nggak cuma minum, ada juga yang setelah minum-minum lanjut karaokean. Nggak heran kalau para salaryman dan office lady di Jepang bisa pulang larut malam setiap harinya.

Kebiasaan minum-minum bareng rekan kerja atau rekan bisnis ini nggak dihitung lembur, lho. Biaya makan dan minum barengnya saja biasanya ditanggung bersama alias patungan, meski sesekali dibayari bos, sih. Boros juga kan jadinya? Sebenarnya nomikai ini nggak wajib diikuti, tapi kalau nggak ikut biasanya ada rasa nggak enak sama bos sendiri. Serba salah, ya?

#3 Bawa oleh-oleh setelah bepergian

Di Jepang, ada satu kebiasaan yang hampir mirip dengan yang dilakukan orang Indonesia, yakni bawa oleh-oleh setelah bepergian. Entah pergi untuk melakukan perjalanan dinas dari kantor atau bepergian ke suatu tempat seperti pulang kampung, wajib hukumnya membawa oleh-oleh ke kantor.

Biasanya, karyawan yang bepergian ini akan membawa oleh-oleh untuk dibagikan ke rekan-rekannya di kantor. Biasanya uang untuk membeli oleh-oleh ini bersumber dari dompet sendiri. Tapi, kalau dapat uang transportasi dan uang makan untuk perjalanan dinas sih tinggal pintar-pintar saja mengatur uangnya biar bisa dipakai membeli oleh-oleh.

#4 Nggak ada seragam kantor dan pakai pakaian kalem

Umumnya kantor-kantor di Jepang nggak punya seragam khusus buat karyawannya. Bahkan, PNS di Jepang saja nggak punya baju dinas. Biasanya untuk bekerja sehari-hari, para pekerja di Jepang memakai celana/rok dan kemeja formal plus jas atau blazer. Pakaian mereka ini cenderung polos, kalaupun bermotif, biasanya bukan motif yang aneh. Warna pakaian kerja mereka pun nggak mencolok.

Warna pakaian yang paling sering dipakai orang Jepang untuk bekerja kalau nggak hitam, ya warna abu-abu, putih, krem, atau warna-warna lain dengan tone kalem. Agak berbeda dengan pakaian kantor orang Korea yang lebih berwarna-warni, ya

#5 Hubungan senior junior yang kaku

Budaya lain di lingkungan kerja Jepang adalah junior yang harus mau “disuruh-disuruh” oleh senior dan atasannya. “Disuruh-suruh” ini maksudnya dalam hal kebaikan demi keuntungan perusahaan, ya. Bahkan ada juga kebiasaan menyuruh karyawati junior untuk menghidangkan minuman kalau ada tamu yang datang ke kantor.

Seorang karyawan baru di sebuah perusahaan di Jepang juga biasanya akan digembleng oleh seniornya agar bisa segera beradaptasi dengan pekerjaan barunya. Dulu, butuh waktu bertahun-tahun bagi seseorang untuk melakukan satu pekerjaan monoton sebelum berganti ke pekerjaan lain.

Keuntungan dari hubungan senior-junior yang kaku ini, jika ada kesalahan terkait pekerjaan, biasanya karyawan senior lah yang harus bertanggung jawab. Pokoknya hubungan antara senior dan junior di Jepang masih sangat kaku, deh.

#6 Wajib siap 5 menit sebelum bekerja

Di Jepang ada istilah “go-fun mae no seishin” yang artinya “sikap mental bersiap 5 menit sebelumnya”. Konon, istilah ini berasal dari tradisi angkatan laut Kekaisaran Jepang dan terus digunakan sampai sekarang. Orang Jepang diharapkan sudah bersiap-siap 5 menit sebelum waktu yang ditentukan sehingga saat waktunya tiba segala sesuatu bisa dimulai tepat waktu. Jadi, bagi orang Jepang, tepat waktu saja itu sudah dianggap terlambat, lho.

Gara-gara kebiasaan ini, biasanya orang Jepang akan hadir di kantor 5-15 menit sebelum jam mulai kantor. Mereka akan menyalakan komputer, printer, dll. terlebih dulu sebagai persiapan. Begitu jam kantor dimulai, mereka pun bisa langsung bekerja.

Begitulah sedikit gambaran mengenai budaya kerja orang Jepang. Gimana menurut kalian? Mungkin ada beberapa hal yang sama dilakukan di Indonesia juga, sih, sisanya bikin terheran-heran.

Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Orang Jepang dan Kepercayaan Golongan Darah Menentukan Kepribadian Seseorang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version