Dalam buku Purcell—buku wajib mahasiswa pegangan mata kuliah Kalkulus, disebutkan kalkulus ditemukan oleh Leibniz dan Newton. Kita pun mengenal nama-nama lainnya seperti Phytagoras, Archimedes, Gauss, Lagrange, Pascal, Euler, Fibbonaci, dan lain sebagainya yang saat ini bertransformasi menjadi nama rumus.
Jauh sebelum itu sebenarnya matematika disebutkan telah ada di zaman purba. Entah siapa yang persis menemukan matematika pertama kali. Terlepas dari kapan, di mana, dan siapa yang menemukan matematika, ilmu yang identik dengan hitung-hitungan ini terus berkembang memunculkan ilmu-ilmu baru.
Maka tak heran matematika menjadi mata pelajaran wajib bahkan sejak taman kanak-kanak. Di dunia perkuliahan, matematika bertransformasi menjadi beberapa mata kuliah yang terpisah seperti kalkulus yang biasanya menjadi mata kuliah wajib mahasiswa semester awal Saintek dan Statistika yang wajib untuk mahasiswa Saintek maupun Soshum.
Berikut merupakan daftar aplikasi yang biasa saya gunakan untuk membantu pekerjaan matematika saya (membantu menyamakan hasil akhir) sejak SD sampai kuliah. Daftar berikut tidak diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk karena masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing
Satu: Kalkulator (6/10)
Siapa yang tidak mengenal aplikasi yang satu ini? Ini aplikasi yang biasa kita semua gunakan dari anak SD sampai orang dewasa sekalipun. Mak saya pun masih menggunakan kalkulator ketika menghitung ulang barang belanjaannya (seolah tidak percaya dengan komputer kasir).
Sebuah kalkulator saat ini dengan sangat mudah ditemukan. Pada ponsel masing-masing, ponsel jadul sekelas Nokia layar gepuk sekalipun. Pada komputer dan laptop Anda sudah dipastikan ada malah dengan fitur yang lebih scientific disertai konversi satuan ukur tertentu.
Adapun kelebihan dan kelemahan kalkulator dibandingkan alat lainnya. Kelebihan kalkulator adalah harganya yang murah, sederhana dalam tampilan, dan user friendly. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa menghitung operasi rumit. Walau begitu kalkulator tetap dipilih karena lebih efisien dibanding menghitung dengan lidi atau abakus—sebuah alat yang populer di kalangan akademisi taman kanak-kanak.
Saya sendiri lebih sering menggunakan kalkulator scientific merek Casio seri fx-991 IDE PLUS (warnanya putih biru, yang ini device ya bukan aplikasi). Keunggulannya tentu kalkulator ini dapat dipegang dan dibawa ke mana-mana serta memiliki fungsi yang lebih banyak dari kalkulator HP. Kalkulator ini bisa menggunakan cahaya matahari dan biasa dipakai anak Statistika ataupun mahasiswa Saintek lainnya. Eh, kok, saya jadi promosi.
Dua: Photomath (6/10)
Yang kedua ini pasti tidak asing di kalangan anak SMP dan SMA. Aplikasi ini berhasil mempermalukan matematika dalam sekali jepretan foto. Ya, nama aplikasinya Photomath, kalau dideskripsikan Photomath ini memiliki ikon identik dengan warna merah.
Cara kerjanya adalah dengan memfoto sebuah soal, lalu Photomath akan mengerjakan soal tersebut. Benar-benar aplikasi yang mencerdaskan kehidupan ponsel pintar kita, bukan? Aplikasi ini dengan sangat mudah dapat diunduh di Playstore.
Adapun kelemahan aplikasi ini adalah sering kali salah membaca hasil foto atau malah tidak terbaca sama sekali. Hal tersebut biasanya dikarenakan tulisan yang kurang jelas atau fungsi yang terlalu rumit ditulis.
Tiga: MalMath (7/10)
Jika Photomath bernuansa merah, MalMath ini bernuansa biru muda. Jika Photomath berbasis kamera, Malmath ini agaknya lebih powerful karena kita bisa mengetikkan fungsi yang kita inginkan sendiri. Yang jelas saya sendiri lebih menyukai MalMath dibandingkan Photomath.
Selain itu, kelebihan aplikasi ini adalah bisa juga menggambar grafik dari fungsi yang kita masukkan. Oiya di dalam aplikasi ini juga terdapat “problem generator”, semacam soal tantangan random yang bisa kita kerjakan untuk menambah latihan soal, loh.
Kelemahan aplikasi ini adalah belum bisa mendukung aljabar linear—itu loh cabang matematika yang mempelajari matriks dan vektor. Selain itu aplikasi ini tidak diperuntukkan untuk pengolahan data statistika. Aplikasi ini dapat diunduh di Playstore.
Empat: Symbolab – Math Solver (8/10)
Kalau ini aplikasi tapi berbasis web. Kita semua dapat dengan mudah mengaksesnya di sini: symbolab.com/solver. Math Solver ini adalah aplikasi yang sering saya gunakan setelah Excel pada saat tingkat 1 dulu. Aplikasi ini sering saya gunakan untuk mengecek kembali hasil hitungan pada mata kuliah kalkulus maupun aljabar linear.
Sebenarnya aplikasi ini mirip-mirip dengan MalMath, kita hanya perlu menuliskan fungsinya lalu dengan sendiri aplikasi akan berjalan mengerjakan beserta langkah-langkahnya. Hanya saja Symbolab ini lebih powerful dibandingkan MalMath karena mendukung perhitungan matriks. Kelemahannya sama seperti MalMath yaitu tidak diperuntukkan untuk pengolahan data statistika.
Lima: Geogebra (4/10)
Aplikasi ini memiliki fitur minim, yaitu hanya bergerak di bidang geometri bidang dan geometri bidang saja. Aplikasi ini cukup membantu ketika saya memasuki Kalkulus 2—yang merupakan lanjutan Kalkulus 1.
Dalam Kalkulus 2, kita bakal belajar yang namanya kalkulus multivariat seperti integral yang berlipat-lipat. Jika fokus dalam Kalkulus 1 masih berupa gambar satu dimensi biasanya hanya berupa kurva, garis atau bidang arsiran tertentu, Kalkulus 2 lebih jauh membahas tentang bidang dimensi tiga dan dimensi empat serta berbagai macam koordinat seperti polar, tabung, dan bola.
Geogebra digunakan sebagai visualisasi grafik dari fungsi tertentu entah fungsi satu variabel f(x) yang akan menjadikan bangun datar atau fungsi dua variabel f(x,y) yang akan menjadikan bangun ruang. Aplikasi ini bisa diunduh di Playstore, atau dapat pula diakses secara daring di sini: geogebra.org.
Enam: Excel (9/10)
Siapa yang tidak mengenal Microsoft Office Excel? Perangkat lunak yang biasanya sudah satu paket dengan Word dan PowerPoint ini paling sering digunakan dalam membuat makalah, khususnya makalah kuantitatif. Excel adalah aplikasi matematika yang lebih dekat penggunaannya ke statistika dalam hal pengolahan data.
Daripada kalkulator yang harus mengetikkan satu-satu, Excel memiliki keunggulan yaitu hanya dengan memasukkan satu fungsi kita sudah bisa menghitung semua. Misalnya saja dalam menghitung jumlah semua data dalam kalkulator kita harus mengetikkan a + b + … dan seterusnya. Sedangkan dalam Excel, kita hanya perlu memasukkan fungsi =SUM.
Berbagai fungsi ada dalam Microsoft Excel ini dari penjumlahan, rata-rata, simpangan baku, nilai minimum, maksimum, logaritma, eksponensial, dan sebagainya. Excel juga bisa digunakan untuk visualisasi data seperti barplot, scatterplot, boxplot, dan lain sebagainya. Kelemahan Microsoft Excel ini adalah kita diharuskan tahu kata kunci rumus Excel suatu fungsi tertentu.
Excel sebetulnya cukup untuk melakukan pengolahan data, tapi jika data terlampau besar biasanya Excel tidak akan mampu melakukannya. Oleh karena itu, biasanya mahasiswa statistika tidak menggunakan Excel untuk pengolahan data. Mereka lebih memilih menggunakan SPSS (mirip-mirip Excel tetapi dengan lebih banyak tombol) dan R Studio (mirip SPSS tetapi minim tombol karena berbasis ngoding). Nanti kapan-kapan kita bahas yang ini, ya. Sekian~
BACA JUGA Menghitung Peluang Dapat Kartu Paling Sial dan Paling Beruntung Saat Main UNO dan tulisan Rezky Yayang Yakhamid lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.