6 Alasan Orang dengan Kepribadian INFJ Sulit Didekati

6 Alasan Orang dengan Kepribadian INFJ Sulit Didekati Terminal Mojok

6 Alasan Orang dengan Kepribadian INFJ Sulit Didekati (Unsplash.com0

Mengidentifikasi karakter manusia menjadi hal yang menarik dan mengundang penasaran. Banyak metode yang bisa digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang. Di awal 2000-an dulu ada astrologi (zodiak dan shio) yang hampir selalu muncul di kolom surat kabar maupun majalah. Tahun 2010 ke atas sempat populer penggolongan kepribadian berdasarkan golongan darah, bahkan sempat dibikinkan webtoon berjudul A Simple Thinking About Bloodtype (2015-2016).

Selain astrologi dan golongan darah, ada juga tes kepribadian berbasis psikologi yang umum dipakai untuk seleksi kerja, misalnya saja metode MBTI, DISC, RMIB, WAIS, Big Five Personality, dan sebagainya. Khusus MBTI, belakangan ini cukup sering diperbincangkan di jagat maya.

MBTI merupakan psikotes yang dikembangkan oleh ibu dan anak Briggs Myers pada tahun 1940-an. Terdapat 16 tipe kepribadian berdasarkan tes MBTI, salah satunya adalah INFJ (Introverted, Intuitive, Feeling, and Judging). Kepribadian INFJ adalah yang paling langka, hanya mencakup 2% populasi dunia.

Orang-orang dengan kepribadian INFJ cenderung memiliki rasa kemanusiaan yang cukup tinggi. Makanya kepribadian ini juga dijuluki Sang Penasihat (The Advocate) karena kebijaksanaan dan ketulusannya menolong sesama. Beberapa tokoh populer yang memiliki kepribadian ini di antaranya Nelson Mandela, Bunda Theresa, dan Marthin Luther King. Sayangnya, orang dengan kepribadian INFJ sering dianggap sombong, freak, dan sulit didekati. Berikut penyebabnya:

#1 Suka menyendiri

Sebagaimana kepribadian introvert pada umumnya, orang-orang berkepribadian INFJ juga sangat suka menyendiri. Bukan berarti mereka nggak punya kehidupan sosial, ya, melainkan mereka akan menyendiri ketika mengisi ulang energi.

Orang-orang INFJ nggak bergantung dengan orang lain dalam mencari kesenangan. Mereka cukup piawai menghibur diri sendiri. Agaknya mereka gampang lelah dengan kehidupan sosial yang padat dan diisi banyak orang. Kalau sudah begitu, sudah pasti sangat susah bagi orang asing untuk memasuki kehidupan si INFJ.

#2 Perfeksionis dan idealis

Orang dengan kepribadian INFJ umumnya memiliki idealisme yang tinggi dan cenderung perfeksionis. Terkadang standar kesempurnaan bagi kaum INFJ dianggap ketinggian oleh orang lain. Hal ini berlaku untuk segala hal, termasuk hubungan.

Kaum INFJ lebih menyukai hubungan yang mendalam dan serius. Jadi, sangat sulit untuk menjalin hubungan singkat yang sekedar main-main dengan para INFJ. Ada bagusnya sih, berarti nggak perlu meragukan loyalitas mereka. Lagi pula wajar saja jika menetapkan standar yang tinggi untuk hubungan jangka panjang dan serius, kan?

#3 Menuntut kepekaan yang tinggi

Orang dengan kepribadian INFJ memang diberkati kepekaan yang luar biasa. Mereka terkenal akan kebaikan hatinya dalam memahami dan memperlakukan orang lain. Oleh sebab itu, para INFJ diam-diam mengharapkan pasangan atau orang terdekatnya memperlakukan dirinya dengan cara yang sama. Minimal sama pekanya lah dalam membaca emosi dan keinginan si INFJ.

Masalahnya, nggak semua orang kuat berkomitmen dalam hubungan ala INFJ. Tingginya tuntutan itu membuat para INFJ kesulitan menemukan teman yang sefrekuensi. Hal ini diperburuk dengan ketidakmampuan INFJ menyampaikan keinginannya karena takut melukai atau menyusahkan orang lain. Mereka cenderung menghindari konflik dengan segala cara.

Ujung-ujungnya segala permasalahan dan emosi terpendam itu malah jadi bom waktu yang bikin hubungan terancam bubar. Memang butuh kesabaran ekstra untuk bertahan dalam hubungan bersama INFJ, ygy.

#4 Sulit memulai pembicaraan

INFJ memang bisa menjadi pendengar yang baik. Namun, mereka cenderung sulit memulai pembicaraan., apalagi kalau dalam kelompok besar. Orang dengan kepribadian INFJ lebih menyukai komunikasi secara personal dan mendalam. Mereka nggak terlalu terampil dalam berbasa-basi.

Dalam kelompok besar, INFJ cenderung berperan sebagai pengamat. Bicaranya cukup irit. Tak jarang dianggap sombong. Padahal dalam diamnya itu, mereka sedang menilai lawan bicaranya. Tapi jika berhasil mengajak Si INFJ mengobrol, mereka akan berubah menjadi teman ngobrol yang seru. Seolah mereka nggak pernah kehabisan topik.

PR terbesar dalam mendekati INFJ adalah mencari topik pembicaraan yang berbobot dan menarik. Lakukan observasi dengan baik sebagaimana para INFJ mengobservasi lawan bicaranya.

#5 Terlalu banyak menilai dan berpikir

Orang dengan kepribadian INFJ gemar memikirkan segala sesuatu secara mendalam, menganalisisnya dengan cermat, dan memberi penilaian. Mereka bisa menilai ketulusan seseorang sekaligus pandai menghargainya. Namun karena kehati-hatian tersebut, cukup sulit bagi orang asing untuk memasuki kehidupan para INFJ. Butuh waktu untuk membuktikan niat baik kita kepada INFJ. Butuh kesabaran pula untuk membuat mereka yakin dan mau membukakan hati.

#6 Perasaannya terlalu sensitif

INFJ adalah seorang perasa akut. Oleh sebab itu mereka gampang sekali berempati terhadap orang lain. Namun sensitifnya orang-orang INFJ bukannya tak memiliki dampak buruk. Karena terlalu sensitif, mereka jadi rentan stres serta anti-kritik dan segala tindakan yang bisa melukainya. Mereka cenderung pilih-pilih teman yang sekiranya bisa memperlakukan mereka sama baiknya dan nggak akan mengkhianatinya.

Jangan pernah coba menyakiti INFJ, ya. Sekali disakiti, mereka tak akan mudah percaya lagi. Tapi karena dasarnya mereka berhati lembut dan penuh kasih, mereka cenderung nggak berdaya untuk balas dendam. Makanya mereka lebih memilih memutus akses komunikasi dengan orang-orang yang dianggap menyakiti atau membawa dampak buruk. Bahkan bisa diputus selamanya, lho. Bisa dibilang orang-orang INFJ ini sangat baik, tapi juga pendendam yang menyeramkan.

Kepribadian manusia memang sangatlah kompleks. Setiap kepribadian memiliki keistimewaan dan kekurangannya masing-masing, layaknya si INFJ ini. Perlu diingat bahwa hasil tes MBTI nggak selalu akurat. Mengingat manusia terus berkembang mengikuti lingkungan, kedewasaan, dan banyak faktor lainnya, maka cara berpikirnya juga bisa berubah. Jadi, jangan khawatir kalau hasil tes MBTI-mu berubah seiring berjalannya waktu. Itu wajar, bukan bipolar.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Orang Jepang dan Kepercayaan Golongan Darah Menentukan Kepribadian Seseorang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version