Bagi saya, saat-saat berdiskusi merupakan saat paling penting sebelum melakukan sesuatu. Berdiskusi berarti saatnya membuatnya rencana sebelum melakukan eksekusi. Makanya, segalanya harus matang dan siap. Jika proses diskusi berjalan nggak lancar, biasanya saat eksekusinya nanti juga akan bernasib sama: ambyar. Bayangkan saja, dari diskusinya saja sudah nggak lancar, ya bagaimana mau mengharapkan hasil yang gemilang?
Salah satu faktor penentu keberhasilan proses diskusi adalah partner diskusi. Teman diskusi untuk membantu melancarkan suatu acara atau kegiatan apa pun, teman yang dengannya kita merencanakan berbagai rangkaian kegiatan. Sayangnya, ada beberapa tipe orang menyebalkan yang keberadaannya justru membuat proses diskusi nggak melulu berjalan lancar. Saya membagi orang-orang tersebut ke dalam 5 golongan.
Satu: Nggak Punya Pendirian
Saat berdiskusi, orang dengan tipe ini sangat menyebalkan. Mereka nggak punya pendirian, pokoknya asal ikut saja apa kata orang lain. Saya sering sekali bertemu dengan orang-orang tipe ini. Mereka biasanya selalu mengekor orang-orang pemberi keputusan (orang yang punya power). Kalau si A bilang ini, dia akan ikut. Kalau si B bilang begitu, dia juga akan setuju-setuju saja. Sama sekali nggak tahu di manakah harus berdiri dan berpegang pada suatu keputusan.
Ujung-ujungnya, mereka cuma iya-iya saja dan ikut apa pun keputusan final tanpa benar-benar ikut berkontribusi dalam memberikan keputusan. Yha, kayak tim hore-hore gitu, deh.
Dua: Semaunya Sendiri dan Orang Lain Harus Ikut Maunya Dia
Orang dengan tipe ini biasanya punya karakter dominan, semaunya sendiri dan nggak peduli pada pendapat orang lain. Pokoknya, dia yang paling utama dan suaranya harus didengarkan. Oh, jangan lupa, keputusan yang diambil oleh orang dengan tipe ini harus selalu disetujui. Membayangkannya saja sudah sangat menyebalkan, ya.
Saya pernah bekerja sama dengan orang-orang tipe ini. Saat berdiskusi, bukannya saling melontarkan ide dan rencana, justru saya malah jadi pendengar karena nggak kesampaian yang mau bicara.
Tapi kali mau memaparkan ide malah kepotong karena dia udah keburu mengomentari ide saya, hiks. Rasanya pengen deh, sekali-kali teriak di telinganya: yang punya ide bukan cuma kamu saja!
Tiga: Rajin Ngasih Ide, Menyesal Kemudian
Orang tipe ini adalah kebalikan dari tipe pertama—si nggak punya pendirian. Terkadang, saat berdiskusi, kita akan mendapatkan partner yang punya banyak sekali ide, tapi sayangnya minim eksekusi.
Sejam yang lalu bisa saja dia bilang A, lalu ganti ada ide lain yang lebih oke. Eh, besoknya malah mengajukan ide lain lagi di luar ide-ide yang sudah disepakati kemarin. Saat sudah hari-H dan idenya dieksekusi, orang tipe ini kadang masih merasa nggak sreg. Ujung-ujungnya malah bilang, “Ih, ternyata lebih mending ide awal ya. Coba aja kalau seperti ini, pasti hasilnya begini,” bla bla bla dan seterusnya.
Hish, padahal ide ya punya dia. Eksekusi ya sesuai arahannya dia. Eh, ujung-ujungnya dia sendiri yang menyesal. Capek deh~
Empat: Anak Bawang
Di antara semua tipe menyebalkan versi saya, tipe anak bawang inilah yang benar-benar ngenes. Ya, sama halnya dengan anak bawang pada umumnya, tipe ini selalu dianggap nggak kasat mata.
Sepintas, tipe ini mungkin sama kayak tipe pertama yang plin-plan dan nggak punya pendirian. Bedanya, tipe anak bawang ini benar-benar nggak dianggap. Suara dan ide-idenya didengarkan lalu dilupakan. Bahkan, seringnya saat ia cuma kebagian tanggung jawab yang nggak sesuai keinginannya. Tapi, ya dia nggak bisa nolak.
Kenapa saya memasukkan tipe ini dalam kategori orang-orang menyebalkan saat diskusi? Karena orang-orang tipe anak bawang ini sebenarnya punya potensi. Ide-idenya kadang-kadang juga luar biasa, cuma seringnya ketutupan sama beberapa faktor. Misalnya, ia merasa minder, nggak punya power, nggak pandai mengutarakan pendapat, nggak kenal sama anggota diskusi yang lain dan seringnya merasa tak dianggap, takut merusak konsep yang sudah didikusikan dan disepakati.
Segala perasaan-perasaan yang menjurus merendahkan diri sendiri tersebut membuat si anak bawang selalu diam, menyimpan ide-idenya hanya untuk dirinya sendiri dan terpaksa menyetujui apa pun hasil akhir diskusi.
Saya pernah menjadi orang dengan tipe anak bawang ini, rasanya sangat menyebalkan. Ingin mengutarakan pendapat tapi takut nggak didengar. Sekalinya mengutarakan pendapat, malah dianggap nggak penting. Serba salah.
Lima: Playing Victim
Di antara semua tipe yang saya sebutkan di atas, orang dengan tipe playing victim ini adalah yang paling menyebalkan. Mereka mengeluarkan pendapat dan ide-idenya, lalu mengeksekusi ide-ide tersebut. Tapi, kemudian dia merasa sebagai satu-satunya orang yang bekerja dalam kelompok diskusi tersebut. Dia merasa overload dan kecapekan, lalu bikin story yang isinya nyindir teman-teman diskusinya.
Hish, padahal ya dia yang mau ngerjain semuanya sendiri dan nggak mau minta tolong siapa pun dengan dalih, “Idenya kan dari aku, biar aku aja yang kerja soalnya kalian nggak akan ngerti.”
Lah, terus maksudmu gimana?
BACA JUGA Terima Kasih pada Penggiat Diskusi Online atau tulisan Siti Halwah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.