#3 Menjadikan wajah sendiri sebagai kelinci percobaan
Saking banyaknya produk di pasaran, seorang makeup artist harus pandai memilah mana yang bisa dipakai ke banyak tipe klien, cocok dengan isi dompet, tapi tak mengesampingkan mutu. Oleh sebab itu, sebelum menjajalnya ke wajah klien, biasanya MUA mencoba produk yang mereka incar di wajah sendiri guna menguji performa produk.
Demi menghemat anggaran, banyak MUA membeli produk share in jar dulu sebelum memutuskan berbelanja full size-nya. Inilah yang sedikit membahayakan bagi MUA itu sendiri. Produk share in jar nggak dijamin keaslian dan kebersihannya. Belum lagi, mereka juga nggak bisa membaca bahan baku dan tanggal kedaluwarsa produk. Makanya, nggak sedikit kulit wajah para makeup artist yang menjadi bermasalah ketika melakukan tes produk dengan muka mereka sendiri. Di sisi lain, sebagai makeup artist, mereka dituntut selalu tampil cantik paripurna kala bekerja. Wajah belum sembuh benar, sudah harus ditimpa makeup lagi. Makin lama sembuhnya, deh!
#4 Jam kerja nggak tentu
Bukan rahasia lagi kalau jam kerja MUA itu nggak bisa disamakan seperti orang kantoran. Hari ini leha-leha rebahan di kasur, besoknya kudu berangkat kerja dini hari. Tak jarang saat ada acara penting, seorang MUA mau tak mau harus berangkat bahkan sebelum waktu salat subuh agar klien nggak terlambat menghadiri acara.
Parahnya, saat sudah tiba di tempat yang disepakati, kliennya malah belum bangun. Belum lagi masih menunggu klien mandi dan sarapan dulu. Inilah yang bikin para MUA kadang gregetan. Bukan apa-apa, misalnya saja nanti klien tersebut terlambat menyambangi acaranya, yang dikambinghitamkan tak lain dan tak bukan adalah MUA. Namun kalau merias dengan tenggat waktu yang mepet dan buru-buru, tentunya hasilnya bisa tidak maksimal.
Masih terkait jam kerja, pada beberapa acara sakral seperti pernikahan, kadang seorang MUA diminta klien untuk tetap berada di lokasi karena banyaknya jumlah orang yang akan dirias. Kalau lokasinya nyaman dan diberi konsumsi, itu rezeki. Akan tetapi, nggak sedikit kejadian di mana MUA menjadi telantar selama acara berlangsung tanpa diberi makan. Walau kerjanya terlihat hepi, tapi merias dengan tubuh sedikit membungkuk itu menguras energi.
#5 Kedapatan klien rewel nan sok tahu
Mendapati klien yang rewel dan banyak maunya tapi nggak paham makeup merupakan teror yang sama ngerinya dengan kerja nggak dibayar. Soalnya, klien semacam ini biasanya tahunya makeup yang bagus itu adalah yang mampu menutup segala kekurangan di wajah seperti bopeng dan jerawat meradang.
Faktanya, ada kekurangan kulit yang tak lantas bisa ditutupi oleh makeup seperti tekstur tersebut. Klien yang tak mau tahu kerap kali menimpakan kasus ini dengan menuding makeup artist yang bersangkutan nggak becus. Puncak yang paling menjengkelkan adalah ketika seorang klien menghapus makeup yang telah selesai dengan alasan nggak puas dan merasa dirinya lebih mampu memulas makeup tanpa jasa makeup artist. Duh!
Apa pun pekerjaan seseorang, pasti ada risikonya. Tak terkecuali menjadi makeup artist yang kadang juga siap menjadi limpahan emosi calon pengantin yang grogi. Saat itu terjadi, ingat saja bahwa tagihan dan cicilan KPR masih menanti.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Berprofesi Menjadi Makeup Artist Nggak Semudah Itu!