Melihat apa yang dilakukan Bu Risma, saya jadi trenyuh. Iya, bener, yang itu, bersihin gundukan tangan pakai tanah.Di tahun 2021 masih saja ada orang seperti blio. Sungguh saya bangga bisa menyaksikan kejadian seperti itu di masa hidup saya. Bukan, saya nggak sedang nyinyir. Apa yang saya tuliskan adalah murni kristalisasi rasa kagum saya.
Bayangkan, seorang menteri mau mengotori tangannya untuk memperbaiki situasi dan kondisi jalan raya. Saya sangat mendukung perbuatan baik blio. Oleh karena itu lah saya ingin memberi rekomendasi alat-alat yang mungkin berguna di kemudian hari. Tentu saya tak ingin prosesi kerja nyata ini hanya terjadi sekali. Saya yakin masih akan ada kegiatan semacam uruk tanah dan batu di hari-hari selanjutnya.
Sendok teh
Mungkin terdengar tak masuk akal. Tapi, kalau memang niat mencari ribet dan keringat, saya kira ini pilihan yang sungguh tepat. Sebenarnya Bu Risma bisa saja menyuruh orang lain, menyewa alat berat, dan lain sebagainya. Tapi, namanya juga ingin kerja nyata. Ribet dan tak masuk akal pun tetap harus dilakukan.
Nah, kalau pakai sendok teh, paling tidak tangan nggak kotor. Kalau bisa sendoknya yang besi, kalau aluminium, takutnya bengkok.
Sekop
Ringan, mudah dibawa, murah, saya kira banyak alasan baik lain. Alat yang sudah berabad-abad ada di dunia ini, bukanlah pilihan yang buruk. Tapi, sekop rasanya kurang merakyat dan kurang mencerminkan Indonesia. Jadi mari kita ke nomor tiga saja.
Cangkul
Paling tepat dan paling manjur. Selain lebih cepat dari pada menggunakan tangan, juga bakalan terasa vibes merakyat. Cangkul yang sudah pasti beririsan dengan petani dan kerja bakti, pasti ampuh memproyeksikan Indonesia. Gotong royong adalah kunci. Oleh karena itu, Bu Risma ikut turun tangan, dan benar-benar menggunakan tangannya. Kurang merakyat apa lagi, sampai-sampai cangkul dan sekop pun kalah guna dibanding kedua tangan blio.
Dingklik
Dingklik adalah tempat duduk kecil tradisional. Biasanya terbuat dari kayu. Di daerah lain biasa disebut jengkok. Kenapa saya merekomendasikan alat ini? Karena ada bapak-bapak di video itu yang pakai dingklik. Saya lihat lebih merakyat daripada cangkul, pun menunjukkan jika kita bangsa yang nrimo ing pandum, krearif, dan bisa beradaptasi. Tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada cangkul, dingklik pun jadi.
Telunjuk
Telunjuk manusia biasa mungkin tak terlalu berguna. Paling pol hanya untuk ngupil dan menunjuk arah. Tapi, telunjuk menteri tentu berbeda. Tinggal tunjuk, pasti jadi. Seolah telunjuk itu punya tuah. Siapa pun harus menurut. Tapi, Bu Risma tak mau seperti itu. Kerja nyata adalah kunci. Itu adalah bukti nyata bagi kita. Bahwa pemerintah memang kerja, kerja, kerja!
Apa yang dilakukan blio harus kita dukung. Hal seperti ini wajar terjadi di negara ini. Seperti yang dicontohkan Bapak Jokowi. Blio turun ke parit, sawah, selokan, blusukan, bahkan ikut membagikan sembako. Pemimpinnya saja seperti itu, masa para menterinya nggak mengikuti jejaknya. Itu semua adalah bukti bahwa pemerintah benar-benar turun ke dasar dan ikut mengotori tangan. Sebuah simbol yang tak terelakkan lagi. Sebuah contoh yang tak ada duanya.
Apa yang dilakukan Bu Risma adalah salah satu bentuk dari pemerintahan yang sukses menerapkan revolusi mental. Jangan sampai ada yang menuduh blio sedang cosplay jadi pengendali tanah. Blio adalah ikon, blu print, dan contoh bagi para penerus. Saat kita memaknai revolusi mental, mata kita akan langsung tertuju kepada mereka. Para penggedhe yang tengah berjuang lewat jabatan mereka masing-masing.
Biar lebih afdol, bagaimana kalau para pejabat membangun waduk dan jalan tol pakai sumpit saja. Sudah pasti tak akan ada lagi yang berani mengatakan bahwa mereka ini hanya suka leha-leha dan pencitraan doang. Pokoknya kami padamu. Saranghae.
Sumber Gambar: Pixabay