Di warung kopi, pagi dimulai, pembicaraan dibuka, diskusi dilabuhkan dan rindu dipulangkan. Semua berawal dari warkop. Maka, saya rasa warkop seperti asap dapur yang harus terus menyala, agar rumah tangga republik ini tetap mengepul.
Kebetulan, Bulik saya membuka warung kopi kecil-kecilan di depan sekolah menengah atas swasta di Kabupaten Wonosobo. Beliau sering mencurahkan keluh kesahnya mengenai macam-macam pembeli di warungnya. Mulai dari cerita yang kadang bikin lesung pipi saya mekar hingga cerita yang bikin geleng-geleng kepala.
Kali ini, saya ingin menceritakan sisi menyebalkan orang di warung kopi yang harus dihindari para penjual kopi di mana pun Anda berada!
Tukang ngutang
Urutan nomor wahid jelas diperuntukkan bagi mereka yang sudah ngopi dengan santai di warung kopi tapi ujungnya ngutang juga. Kalian tau nggak si, kalau warkop itu untungnya nggak seberapa. Kok berani-beraninya ngutang. Sekiranya nggak punya uang, lebih baik beli kopi saset dan diseduh di rumah sendiri. Kalo nggak punya uang sama sekali solusinya mah bukan ngopi, cari kerja, Maszehh!
Numpang Wi-Fi di warung kopi
Golongan yang menyebalkan di urutan kedua jatuh pada mereka yang cuman pesan secangkir kopi (seharga lima ribu rupiah), tapi nongkrong di situ dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Keberadaan Wi-Fi sangat krusial. Di satu sisi ditujukan untuk menarik pelanggan, eh di sisi lain bisa bikin penjual bangkrut. Alasan mereka betah adalah mudahnya akses internet karena ada Wi-Fi. Mau ngusir tapi mereka adalah pembeli alias raja yang harus dihormati. Tapi kalau model kaya gini (numpang Wi-Fi dari pagi ke pagi) bisa digolongkan sebagai raja yang semena-mena dan harus dikudeta si. Hahaha!
Baca halaman selanjutnya
Menganggap warung kopi sebagai rumah sendiri…