Menganggap warung kopi sebagai rumah sendiri
Ini yang berlebihan sih. Diberi kemudahan, eh, malah ngelunjak. Kadang ada yang sampai nyenyak tidur sembari ngorok di warung kopi bulik saya.
Ada saja pelanggan yang sangking betahnya hingga menganggap warkop sebagai rumah pertamanya. Mereka juga jarang pulang ke rumah sendiri. Haduh. Ini lebih parah dari Bang Toyib. Kalau Bang Toyib jarang pulang karena mencari nafkah, lah ini, jarang pulang karena leyeh-leyeh di warung kopi. Sadar, Mas! Apakah sampeyan perlu ditampar pake slogan kerja, kerja, kerja?
Tempat persembunyian
Adanya warung kopi itu buat hal-hal positif, Maszehh! Bisa buat ngobrolin ngalor-ngidul tentang apa saja bukan untuk kabur dari istri yang galak, kabur dari mata pelajaran sekolah, kabur dari mertua yang ngomel-ngomel. Udah pada tua kok masih suka main petak umpet si. Saya setuju kalau warkop dijadikan tempat pelarian melepas penat bukan digunakan sebagai tempat melarikan diri dari masalah. Ciloko!
Ingfo nomor togel
Selain obrolan positif, warung kopi kadang dimanfaatkan oleh beberapa orang sebagai tempat merumuskan nomor togel. Awalnya saya bingung, kok ada orang tua bawa buku ke warung, rajin amat, ya. Padahal anak sekolah saja malas untuk belajar. Apalagi malah hitung-hitung. Usut punya usut, ternyata buku yang mereka bawa digunakan untuk ngerumus. Walah, ada-ada saja.
Itulah kelakuan nyeleneh dan menyebalkan orang di warung kopi. Memang beginilah dinamika di tempat inspirasi mengucur deras seperti hujan, enek-enek wae polahe.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Warung Kopi Blandongan, Merevolusi Sajian Kopi di Yogyakarta