Beberapa kuliner berikut cukup mudah ditemukan di kota besar, kecuali Surabaya. Apa saja, sih?
Surabaya adalah kota metropolitan sekaligus kawasan industri yang didatangi banyak perantau dari luar daerah yang ingin bekerja maupun menempuh pendidikan tinggi. Oleh karena itu Surabaya tumbuh menjadi kota majemuk yang dihuni oleh orang dari beragam suku dan daerah.
Sayangnya, meski memiliki populasi pendatang yang banyak dan beragam, tidak semua kuliner yang populer di suatu daerah bisa kita temukan di Surabaya. Bahkan ada beberapa kuliner dan tempat makan yang sangat populer di kota-kota besar lain di Indonesia justru sulit ditemukan di Surabaya. Misalnya seperti beberapa kuliner berikut ini.
Daftar Isi
#1 Warteg Kharisma Bahari
Warteg Kharisma Bahari adalah tempat makan yang sangat populer di beberapa kota besar. Saking terkenalnya, ada banyak sekali tulisan tentang warteg Kharisma Bahari di Mojok. Sayangnya, meski sangat masyhur di Jogja dan daerah lainnya, makanan di warteg ini nggak bisa dicicipi arek Suroboyo karena memang warteg Kharisma Bahari nggak ada di Surabaya.
Kalau nggak percaya, silakan ketik “Warteg Kharisma Bahari Surabaya” di mesin pencari Google. Kalian pasti hanya akan menemukan satu warteg Kharisma Bahari di Rungkut. Itu pun keasliannya perlu dipertanyakan karena di depan wartegnya nggak ada tulisan Kharisma Bahari.
Pada dasarnya, warteg—apa pun merek dagangnya—memang kurang populer di Surabaya. Warga di sini lebih familier dengan warung sederhana (makanan rumahan yang dijual dengan porsi besar dan harga murah). Kalaupun ada warteg di sini, biasanya lokasinya dekat kampus, itu pun jumlahnya nggak banyak. Masih lebih banyak jumlah warung makan sederhana.
#2 Kuliner mangut lele bisa dihitung jari di Surabaya
Mangut lele adalah kuliner yang jamak kita temukan di Jogja. Di Jakarta pun banyak dijual. Tapi, kamu akan kesulitan mencari penjual mangut lele di Surabaya. Kalaupun ada yang menjualnya di sini, jumlahnya bisa dihitung jari. Itu pun rasanya beda dengan mangut lele yang biasa dimakan di Jogja.
Padahal rasa bumbu mangut lele sebenarnya cocok dengan lidah sebagian besar warga Surabaya yang suka rasa asin dan pedas. Di kota kami, lalapan lele atau penyetan lele jauh lebih populer ketimbang mangut lele.
#3 Nggak ada papeda di Surabaya
Papeda yang terbuat dari sagu dengan ikan kuah kuning yang rasanya asin, pedas, dan gurih adalah kuliner andalan warga di wilayah timur Indonesia. Makanan ini juga cukup populer di Jakarta dan lumayan mudah ditemukam di Jogja. Namun, meski Surabaya adalah kota besar dengan pangsa pasar tukang jajan yang melimpah ruah, nyaris nggak ada satu pun orang yang kepikiran untuk berjualan papeda kuah kuning di Kota Pahlawan. Kalaupun bisa bertemu dengan penjual papeda, itu adalah papeda palsu yang bahannya terbuat dari kanji dan telur.
Saya paham, papeda memang bukan kuliner khas Surabaya ataupun orang di Pulau Jawa. Tapi Surabaya ini kan kota metropolitan. Ada banyak mahasiswa dan perantau dari timur Indonesia di sini, tak kalah banyak dengan di Jogja dan Jakarta. Rasanya kurang pas saja kalau nggak ada yang jualan papeda. Ha wong sushi dari Jepang dan Brazilian steak dari Amerika Latin saja mudah ditemukan di sini, kok.
#4 Kuliner nasi uduk masih sedikit di Surabaya, jualannya pun malam hari
Meskipun mayoritas orang Surabaya suka rasa gurih, anehnya kuliner gurih seperti nasi uduk justru kurang populer di Surabaya. Ada sih yang jualan nasi uduk, tapi nggak sebanyak warung sambelan. Nasi uduk di Surabaya umumnya dijual di malam hari atau ketika weekend tiba (saat ada car free day).
Hal tersebut jelas berbeda dengan nasi uduk di Jakarta ataupun Bandung yang biasanya selalu tersedia di warung lalapan (penyetan) dan digunakan sebagai pilihan pengganti nasi putih. Di Kota Pahlawan, sebagian besar orang makan penyetan dengan nasi putih biasa, nggak ada pilihan nasi uduknya.
#5 Rujak cingur kuliner khas Surabaya yang kalah populer dengan rujak manis
Rujak cingur yang terbuat dari campuran bagian mulut sapi dan sayur rebus dengan bumbu dari ulekan kacang dan petis adalah kuliner khas Surabaya. Namun kalau kalian datang ke sini, nggak serta merta bakal bertemu tempat yang menyediakan rujak cingur, lho. Kuliner ini hanya dijual di beberapa lokasi dan mall.
Sebaliknya, di Surabaya justru lebih banyak penjual rujak manis. Bahkan di Jalan Polisi Istimewa Surabaya ada deretan penjual rujak manis yang jumlahnya banyak sekali, sementara rujak cingur hanya disajikan dalam jumlah banyak setiap satu tahun sekali dalam festival rujak ulek saat HUT Kota Pahlawan.
Nyatanya, meski menyandang kuliner khas Surabaya, rujak cingur bukanlah kuliner sehari-hari arek Suroboyo. Kami lebih sering makan penyetan lele Lamongan ketimbang rujak cingur. Tapi bukan berarti rujak cingur rasanya nggak enak, ya, ini soal kebiasaan saja.
Itulah lima kuliner populer yang jarang ditemukan di Surabaya. Jika ada yang ingin menambahkan, silakan tulis di kolom komentar, ya.
Penulis: Tiara uci
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Kuliner Surabaya Enak dan Layak Dipopulerkan selain Rujak Cingur dan Rawon.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.