Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

5 Kesalahan Saya Sebagai Seorang Perantau Jawa Newbie di Tanah Pasundan

Eunike Dewanggasani W. S. oleh Eunike Dewanggasani W. S.
10 Agustus 2021
A A
5 Kesalahan Saya Sebagai Seorang Perantau Jawa Newbie di Tanah Pasundan terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Saya adalah seorang Jawa blasteran. Ayah berasal dari Jawa Tengah, ibu berasal dari Jawa Timur, hehehe canda, bukan blasteran dengan darah orang WNA atau etnis lain. Sebagai wong Jowo, rasanya sudah menjadi rahasia umum bahwa orang Jawa gemar merantau untuk mengadu nasib di kota atau provinsi lain. Awalnya saya mengira akan berkuliah paling nggak di sekitar Jawa Timur atau Jawa Tengah, dan paling jauh paling di Jakarta. Namun Tuhan berkata lain, dan saya jadi perantau di pusat Jawa Barat, yaitu Bandung.

Berada di Tanah Pasundan jelas sangat berbeda lantaran kultur kedaerahannya sangat kental dibandingkan dengan Jakarta yang beragam. It’s like another level of culture shock karena bahasa dan adat istiadat yang digunakan berbeda dengan suku Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lantas, kali pertama saya datang dan resmi tinggal di Bandung, saya harus beradaptasi dengan budaya dan cara hidup orang Sunda. Nah, kalau diingat-ingat lagi, ada lima kesalahan utama yang saya lakukan dalam masa-masa adaptasi ini yang langsung membuat orang Bandung menebak dengan tepat, “Pendatang dari Jawa, ya?”

#1 Panggilan “mas” dan “mbak” kurang lazim digunakan

Di Jawa Timur dan Jawa Tengah, sudah jadi kebiasaan untuk menggunakan panggilan “mas” dan “mbak”, bahkan untuk orang yang nggak kita kenal. Panggilan yang menunjukkan bahwa yang dipanggil usianya lebih tua ini kurang lebih sama efektifnya dengan panggilan “kak” yang universal. Namun, di Bandung, dua pronomina ini nggak terlalu sering dipakai. Di Tanah Pasundan, padanan “mas” adalah “aa” atau “kang”. Sedangkan “teh” atau “teteh” adalah padanan untuk “mbak”.  Karena terbiasa menggunakan panggilan “mbak” dan “mas” selama kurang lebih tiga bulan, saya dikira orang Jakarta oleh teteh-teteh Indomaret dan penjual makanan di sekitar kos. Hehehe.

#2 Jika ditanya asal daerah, menyebut “Jawa” saja sudah cukup

Ini kesimpulan pribadi, tapi bagi orang Jawa Barat ya memang hanya kota-kota besar saja yang namanya familier di telinga seperti Surabaya, Malang, Semarang, dan Solo. Sebagai orang Sidoarjo, saya harus menjelaskan dulu kepada teman-teman kuliah saya mengenai keberadaan kota saya. Beberapa ada yang ingat dengan kejadian lumpur Lapindo, tapi ada juga yang nggak tahu. Alhasil, cara paling gampang ya bilang saya berasal dari Surabaya.

Di Bandung, saya memiliki grup kecil-kecilan yang isinya mahasiswa perantau asal Jawa Timur. Mereka bercerita, kalau sudah ditanya mengenai asal daerah, mereka lebih memilih jalan pintas dengan menjawab, “Saya dari Jawa.”  Kalau ditanya lebih detail, cukup jawab saja, “Jawa Timur.” Mengapa? Karena banyak dari mereka berasal dari daerah yang namanya kurang familier bagi warga Sunda seperti Jember, Mojokerto, Ngawi, dan Lamongan. Daripada ribet menjelaskan lokasi kota asal mereka, jawaban “Jawa” saja sudah cukup.

Di Jawa Barat, kata “Jawa” otomatis merujuk ke provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagai pendatang, ketika dulu saya bercerita akan mudik ke Surabaya, sebagian besar respons mereka kurang lebih begini, “Oh, pulang ke Jawa, ya.”  Awalnya saya bingung, bukannya sekarang saya lagi di Bandung yang notabene kota di Jawa Barat dan di pulau Jawa?  Kok dibilang pulang ke Jawa? Ternyata oh ternyata, julukan “Jawa” ini memang lebih menegaskan mengenai batas suku, bahasa, dan budaya. Karena Jawa Barat adalah daerah asli suku, bahasa, dan budaya Sunda, mereka jelas membuat garis tegas mengenai perbedaan tersebut dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

#3 Perlu adaptasi dengan gaya berbicara setempat

Sebagai perantau, perlu adanya penyesuaian diri supaya di tanah perantauan nggak terjadi salah paham dan nggak dianggap kurang beretika. Lantaran seumur hidup selalu tinggal di lingkungan budaya dan bahasa yang sama, saya baru tahu waktu pindah ke Bandung bahwa logat saya ternyata cukup medok dan cenderung bernada tinggi.

Ada beberapa kata dan kalimat yang jika saya ucapkan dengan gaya berbicara saya seperti biasa, namun ternyata dianggap cukup mengejutkan untuk orang-orang Bandung. Ya, saya sering dikira marah-marah karena nada bicara saya sangat tinggi dibandingkan orang-orang Sunda yang ngomongnya halus dan lembut. Hehehe, kalau dipikir-pikir lucu juga, karena ya kebiasaan orang Jawa sering memberikan penekanan di tiap suku kata yang diucapkan sebagai indikasi menunjukkan berbagai macam perasaan: jengkel, marah, gemes, khawatir, senang, dan lain-lain. 

Baca Juga:

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

Kuliah di UIN Bandung: Ekspektasi Mau kayak Dilan 1990 Realitanya Malah Kaya Mad Max Fury Road

Maka dari itu, seharusnya para perantau asal Jawa bisa menyesuaikan diri dengan cara berbicara lebih pelan supaya nggak disahuti dengan kalimat semacam, “Jangan marah atuh, Teh…” Awalnya memang susah, namun seiring waktu, gaya bicara lama-lama bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

#4 Tidak berbelanja di Borma!!!

Siapa nggak kenal dengan Borma? Ialah juaranya supermarket kesayangan semua orang, terutama kaum mahasiswa. Ya, pikiran perantau newbie macam saya dulu terlalu lugu. Pokoknya belanja saja ke supermarket terdekat dari kos. Dulu supermarket terdekat itu termasuk supermarket ternama yang target pembelinya ekonomi menengah ke atas, jadi harganya lebih pricey. Untung teman-teman saya mengenalkan saya pada Borma, supermarket andalan yang identik dengan kertas plastik warna kuning terangnya.

Walaupun jarak lokasi Borma dengan kos saya termasuk lumayan alias harus naik angkot dulu agak jauh, setidaknya berbelanja di tempat ini sangat worth it! Tempat ini serba lengkap, menyediakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sampai perkakas dan alat-alat olahraga pun dijual. Selain itu, harganya murah meriah. Ketika menginjak tahun kedua kuliah dan dikenalkan pada Borma, pikiran saya cuma, “Haduh, ke mana aje lu?” Eits, tapi karena sekarang pemerintah Bandung mengurangi penggunaan plastik, jangan lupa sebelum pergi berbelanja ke Borma bawa reusable bag dulu ya, Teh!

#5 Tidak memanfaatkan fasilitas angkot secara maksimal!!! Angkot transportasi andalan yang terjangkau!

Karena baru kali pertama merantau dan sering parno, saya takut kalau harus pergi ke tempat lain selain kampus dan bandara/stasiun. Akhirnya, saya menggunakan layanan ojek online karena dijamin pasti langsung sampai ke tempat tujuan dan eksklusif alias hanya saya seorang penumpangnya. Sangat memudahkan sekali, sih, tapi dompet virtual saya lama-lama menjerit karena terlalu sering dipakai membayar biaya ojek online yang nggak selalu murah.

Beruntungnya saya memiliki banyak teman orang Bandung asli! Akhirnya saya dikenalkan dengan berbagai macam warna dan rute angkot yang dipakai di daerah Bandung. Rasanya ingin ke mana saja pasti akan selalu ada angkotnya, walau memang harus hafal rute dan ancer-ancer pindah warna angkot. Tapi jelas, harganya sangat terjangkau!

Sekarang saya lebih suka naik angkot dibandingkan ojek online. Cuma memang harus diakui, naik angkot baiknya ketika sedang nggak dikejar waktu karena angkot sering berhenti di beberapa titik untuk ngetem/menunggu penumpang. Ah, tapi kapan lagi bisa merasakan suasana Bandung dan berinteraksi dengan ibu-ibu di dalam angkot, kan?

Walaupun sebagai orang Jawa saya menjadi minoritas di Bandung, hati ini rindu kembali ke tanah perantauan dan merasakan sejuknya hembusan angin dari Lembang, serta keramahan orang-orang Sunda. Semoga setelah PPKM selesai, saya bisa segera kembali jadi perantau di Tanah Pasundan…

BACA JUGA Karakter Orang Padang di Perantauan dan tulisan Eunike Dewanggasani W.S. lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: BandungNusantara Terminalorang jawa timurperantau
Eunike Dewanggasani W. S.

Eunike Dewanggasani W. S.

Mahasiswa tingkat akhir yang sedang malas bersosialisasi.

ArtikelTerkait

5 Hal yang Bikin Kota Bandung Macet Terminal Mojok

5 Hal yang Bikin Kota Bandung Macet

9 Januari 2022
5 Format Penamaan Orang Jawa yang Sering Kita Jumpai terminal mojok.co

5 Format Penamaan Orang Jawa yang Sering Kita Jumpai

2 Agustus 2021
Taman Monju Bandung Sudah Direvitalisasi, tapi Masih Banyak yang Harus Diperbaiki

Taman Monju Bandung Sudah Direvitalisasi, tapi Masih Banyak yang Harus Diperbaiki

5 Juni 2024
3 Daerah Tidak Ramah Perantau di Jogja yang Perlu Dihindari

3 Daerah Tidak Ramah Perantau di Jogja yang Perlu Dihindari

19 Agustus 2024
Braga Menjelang Kumuh, Julukan yang Pantas Disematkan pada Jalan Tertua di Bandung terminal mojok

Braga Menjelang Kumuh, Julukan yang Pantas Disematkan pada Jalan Tertua di Bandung

9 Desember 2021
KA Progo, Sahabat Kaum Mendang-mending yang Merantau dari Jogja ke Jakarta, Punggung Pegel Nggak Masalah, Penting Murah!

KA Progo, Sahabat Kaum Mendang-mending yang Merantau dari Jogja ke Jakarta, Punggung Pegel Nggak Masalah, Penting Murah!

14 Juli 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.