5 Kesalahan Makeover Rumah yang Biasa Dilakukan

5 Kesalahan Makeover Rumah yang Biasa Dilakukan Terminal Mojok

5 Kesalahan Makeover Rumah yang Biasa Dilakukan (Shutterstock.com)

Sejak munculnya kebijakan WFH yang dicanangkan oleh beberapa institusi demi mengantisipasi penyebaran virus Covid-19, tren menata ulang atau yang lebih dikenal dengan makeover rumah kembali naik daun. Pasalnya, tidak semua orang akan merasa betah—apalagi pemilik kepribadian ekstrovert—saat dipaksa bekerja tanpa bertemu secara fisik dengan rekan sekantor. Belum lagi berdiam diri di rumah selama kurun waktu yang saat itu belum bisa dipastikan kapan berakhirnya, bisa memicu kebosanan. Rasa jenuh yang akut berpotensi menumpulkan kreativitas yang akan berpengaruh pada kinerja seseorang.

Oleh sebab itu, tak salah rasanya jika beberapa orang berinisiatif untuk membuat kediaman mereka semakin nyaman sekaligus kondusif untuk melaksanakan WFH. Gagasan ini kemudian mulai banyak ditiru, terlebih jika yang menjadi inspirasi adalah sosok berpengaruh di dunia maya alias influencer. Selebgram kini tak hanya terbatas menerima endorsement dalam bentuk barang-barang fesyen, banyak pula yang bekerja sama dengan pihak pemilik usaha alat rumah tangga dan benda dekoratif untuk rumah. Bahkan, tak jarang netizen bisa menemukan utasan tentang before after rumah atau kamar di Twitter semenjak era WFH dan sekolah daring.

Merancang ulang penataan rumah memang banyak positifnya. Selain bisa menerapkan decluttering agar tempat tinggal bebas dari tumpukan benda usang dan semakin nyaman ditempati, kita juga bisa mengasah kreativitas. Akan tetapi, niat baik untuk meningkatkan kenyamanan seluruh anggota keluarga saat berada di rumah tersebut belum tentu berjalan dengan mulus. Hal ini dikarenakan banyak dari kita yang sekadar ikut arus tren tanpa mempelajari ilmu dasar, tips, serta trik menghias rumah. Di bawah ini adalah beberapa kesalahan yang biasa dilakukan orang saat memutuskan untuk makeover rumah mereka.

#1 Salah memilih warna cat dinding

Kesalahan umum pertama yang sering dilakukan saat makeover rumah adalah salah memilih tone cat dinding. Berbagai gambar inspiratif di Pinterest mungkin tampak menarik di layar gadget kita karena menampilkan warna-warna dinding yang tidak monoton seperti mint dan hitam. Tetapi percayalah, saat pertama kali mencicip dunia tata ruang, lebih aman berpegang teguh pada prinsip less is more. Artinya, akan lebih bijak bila kita memilih warna cat dinding yang konservatif seperti putih.

Memilih warna cat dinding (Shutterstock.com)

Warna putih adalah alternatif yang aman agar meminimalkan hasil akhir yang terlalu heboh dan malah akan menyakitkan pandangan. Di samping itu, warna terang seperti putih akan memberikan efek ruangan yang bersih dan luas. Sebaliknya, menggunakan warna gelap pada dinding ruangan akan menghasilkan ilusi sempit.

#2 Tidak menyesuaikan ukuran benda dengan luas ruangan

Perabot rumah tangga berukuran besar mungkin akan menjadi opsi beberapa orang dengan pertimbangan akan lebih memuat banyak orang atau benda, tempat tidur dan meja contohnya. Namun, ide ini tak selalu benar ketika kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ruangan yang akan didekorasi tidak memiliki luas yang sepadan. Akan lebih baik jika benda yang besar ditempatkan pada ruangan yang luas dan sebaliknya agar tetap tercipta keseimbangan.

Memaksakan benda yang berukuran tidak selaras dengan ruangan yang sedang ditata justru akan mempersempit ruang gerak sehingga menimbulkan potensi terantuk dan tersandung. Kelihatannya sepele, tapi ini adalah hal yang sebaiknya dipikirkan dengan matang apalagi jika ada anggota keluarga yang sudah lanjut usia atau anak-anak. Untuk mengakalinya kita bisa memilih perabot yang lebih ringkas, misalnya memanfaatkan meja tempel yang dikaitkan di dinding dan dibuka saat diperlukan saja atau menggunakan meja lipat yang praktis.

#3 Terlalu banyak rak atau ambalan

Fungsi rak atau ambalan adalah untuk menempatkan berbagai barang agar rapi dan tidak berserakan di lantai. Tapi terkadang ini bisa menjadi suatu jebakan. Katakanlah kita membeli rak untuk menaruh koleksi buku dan saat sudah ditata, ternyata masih banyak ruang kosong untuk menaruh benda lain. Ruang kosong tersebut seakan-akan merayu kita untuk diisi dengan sesuatu. Jika sudah demikian, kita akan tergoda membeli benda lain untuk mengisi ruang tersebut dengan sesuatu. Sebaiknya, estimasikan dulu apakah kita benar-benar butuh rak atau bisa disimpan dengan kotak penyimpanan yang meminimalkan bujukan untuk menambah barang baru.

Apakah kita benar-benar butuh rak baru? (Shutterstock.com)

#4 Pemilihan warna benda yang kurang tepat

Tak hanya permasalahan cat dinding, pilihan warna perabot untuk melengkapi rumah pun perlu dipertimbangkan dengan matang. Konsepnya tetap sama, warna gelap akan membuat kesan ruangan sempit atau penuh. Oleh karenanya, sebisa mungkin lengkapilah keperluan rumah dengan perabotan yang berwarna cerah atau memiliki tone terang. Sentuhan warna kayu cenderung cream akan memberikan suasana natural dan down to earth bagi rumah kita. Usahakan untuk selalu memilih warna senada dalam satu ruangan sehingga tercipta harmoni. Penggunaan warna kontras untuk satu perabot sebagai fokus utama masih sangat diperbolehkan, justru akan menambah daya tarik ruangan.

#5 Kecenderungan memiliki benda yang disukai atau sedang tren

Banyak dari kita yang mungkin sudah familier dengan istilah hoarding disorder atau kecenderungan untuk menyimpan dan menumpuk barang dengan anggapan bahwa benda tersebut akan berguna di kemudian hari. Kebiasaan ini bisa sedikit demi sedikit dikikis dengan menerapkan konsep minimalis. Menyingkirkan barang yang tidak disukai dan dirasa kurang berguna agaknya terdengar mudah, tetapi bagaimana bila berkenaan dengan barang yang disenangi?

Tak jarang, tanpa sadar kita terlalu banyak mengumpulkan sesuatu yang dicintai, tanaman misalnya. Memberikan sentuhan alam dengan meletakkan beberapa tanaman di sudut rumah memang terlihat cantik dan teduh. Bahkan, tren berkebun dan mengoleksi beberapa tanaman hias pernah terjadi sepanjang tahun 2020 hingga 2021. Namun, apa jadinya jika seseorang terlalu lapar mata untuk membeli beragam tumbuhan hias tersebut guna memperindah rumahnya? Selain bikin boncos, merawat tanaman akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Bila tidak rutin memeliharanya, mereka akan mati sia-sia.

Muncul tren berkebun atau mengoleksi tanaman hias di rumah sejak pandemi melanda (Shutterstock.com)

Hal yang serupa juga berlaku untuk pajangan. Meskipun bukan makhluk hidup, hiasan rumah membutuhkan perawatan seperti dilap agar bebas debu atau diangin-anginkan agar tidak berjamur. Intinya, semakin banyak barang akan semakin membutuhkan usaha untuk merawatnya.

Sekarang sudah tahu kesalahan-kesalahan apa saja yang biasa dilakukan saat makeover rumah tempat tinggal kita? Sebisa mungkin hindari kesalahan-kesalahan tersebut ya biar rumah kita makin nyaman untuk ditinggali.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Drama Korea yang Relatable bagi Orang Introvert.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version