Beberapa hari yang lalu saya mengikuti tahlilan yang digelar oleh tetangga yang baru saja kehilangan salah satu anggota keluarganya. Pihak keluarga menyanggupi adanya acara tahlilan sebagai tradisi untuk mendoakan anggota keluarga yang sudah tiada. Tahlilan digelar selama beberapa hari sejak salah satu anggota keluarga meninggal dunia.
Di beberapa derah, tradisi tahlilan memang masih berjalan termasuk daerah saya. Terlepas dari boleh atau tidak, bid’ah atau tidak, saya datang untuk menghargai pihak yang mengundang.
Sejauh ini saya sudah berkali-kali mengikuti tahlilan. Berkali-kali pula saya merasakan berbagai pengalaman yang baik dan buruk. Namun, dalam tulisan ini saya hanya akan membahas pengalaman pengalaman kurang menyenangkan, bahkan mengesalkan yang saya rasakan. Mungkin pengalaman kurang mengenakan ini juga dirasakan oleh banyak orang, tapi nggak disadari karena sudah terlalu lama dibiarkan.
Daftar Isi
#1 Tidak memberi ruang untuk duduk
Saya beberapa kali kesulitan mendapatkan tempat duduk ketika datang ke tahlilan. Apalagi ketika datang terlambat. Pernah suatu kali, ketika akan duduk di satu tempat yang kosong, tiba-tiba seorang bapak-bapak sebelahnya bergese. Sebuah kode tempat tersebut sudah dipesan.
Mungkin terderngar sederhana, tapi kalau mengalaminya berkali-kali kesal juga lama-lama. Apa sih salahnya duduk di samping orang lain yang tidak dikenal.
#2 Sewot kalau ada orang yang baca Qur’an di ponsel pintar
Pengalaman ini cukup mengejutkan bagi saya. Pernah ada seseorang menegur saya karena membaca Qur’an lewat aplikasi di ponsel. Selidik punya selidik, orang tersebut mengira saya hanya bermain ponsel sepanjang tahlilan.
Di dalam hati ini kesal bukan main, saya bukan bocah yang bermain ponsel tanpa situasi. Saya ingin mengingat, zaman sudah berubah. Tahlilan tidak harus bawa buku Yasin secara fisik seperti zaman dahulu. Di ponsel pintar terdapat aplikasi Qur’an di mana ada Surat Yasin di dalamnya.
#3 Bau mulut sepanjang tahlilan
Pengalaman ini cukup menyiksa. Pernah suatu waktu saya tahlilan dan duduk di samping seseorang yang bau mulut. Sepanjang acara saya hanya bisa sabar. Iya, saya tahu tahlilan dilakukan di rumah tetangga yang sehari-hari bisa kita temui, tapi tolonglah, kebersihan diri tetap dijaga. Meminimalisir hal-hal yang bisa mengganggu kenyamanan bersama.
Baca halaman selanjutnya: #4 Selesai …
#4 Selesai tahlilan malah gibah
Setelah selesai Tahlilan, biasanya orang-orang tidak langsung bubar. Ada yang makan makanan ringan atau kudapan yang dihidangkan. Ada juga yang ngobrol ngalor-ngidul, benar-benar semua topik di bahas. Nggak asyiknya, ada yang membahas atau ngegosip tetangga lain. Biasanya dimulai dengan “Eh, tau nggak?”
Saya bukan orang yang sok suci, tapi tolonglah obrolan seperti itu dilakukan di momentum lain. Jangan saat tahlilan.
#5 Perokok yang tidak tahu tempat
Perokok yang tidak tahu tempat sangat mengganggu kenyamanan bersama. Di beberapa daerah, misalnya tempat saya, setelah acara tahlilan selesai seringkali disajikan berbagai kudapan dan rokok. Di saat inilah ada bapak-bapak yang langsung merokok di tempat. Membuat seisi ruangan jadi penuh dengan asap.
Bagi perokok, hal-hal semacam ini sangat menjengkelkan, apalagi bagi orang yang tidak suka menghirup asap rokok. Ingin menegur, tapi pelakunya biasanya orang tua. Ingin pulang duluan, kok rasanya nggak enak juga. Sungguh situasi yang menyebalkan.
Di atas curhatan saya. Memang, tidak ada aturan tertulis selama tahlilan berlangsung, tapi tolonglah kalian yang datang lebih peka dengan sekitar. Jangan seenaknya sendiri hingga merusak kenyamanan.
Penulis: Handri Setiadi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Sisi Gelap Dunia Makeup Artist
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.