Membangun usaha bareng teman-teman adalah sesuatu yang menyenangkan. Sebab sudah terbayang kita bisa berdiskusi dan menyatukan visi dengan mudah. Tapi benarkah mudah? Sepertinya tidak semudah itu, Bro. Banyak juga hal yang sulit kita lakukan lantaran partner usaha kita adalah teman dekat, terutama teman kuliah.
Kuliah adalah masa di mana setiap manusia merasa bersemangat untuk melakukan apapun seperti berinovasi, memikirkan konsep, berkreatif ria. Dan di masa kuliah pula muncul rasa malu meminta jajan ke orang tua dan tidak ingin lagi menjadi beban keluarga.
Nah, di saat-saat inilah kita mulai mencari pemasukan sendiri. Salah satunya adalah membangun usaha. Ketika satu orang mulai bercerita tentang kegalauannya ke teman lain dan teman lain itu punya kegalauan yang sama, maka mereka pun memutuskan untuk membuka usaha. Ada yang memulai dari usaha kecil, ada pula yang memberanikan diri mencari modal dan pinjam sana-sini.
Di setiap membangun usaha bersama teman-teman itu, ada beberapa hal yang sering terjadi. Ini dia lima hal yang sering terjadi dari pengalaman saya sendiri dan curhat teman-teman.
Pertama, bersemangat di awal saja alias hangat-hangat tahi ayam
Ini sering kali terjadi jika kita membuka usaha bersama teman. Semangat yang menggebu-gebu di awal ternyata hanya bertahan beberapa bulan, bahkan beberapa minggu. Sehingga di saat itu sering terjadi ketimpangan pengerjaan tugas. Yang semangatnya mulai pudar karena beberapa hal, yang salah satunya permasalahan cinta, mulai sering absen dan tugas yang diberikan kelewat dari deadline yang sudah disepakati.
Biasanya di situasi begitu, banyak teman-teman lain yang masih bersemangat tertular penyakit yang sama. Mereka pun juga mulai malas bekerja. Mencari kesibukan lain. Dan ujung-ujungnya usaha jadi kacau balau. Bagus jika masih ada yang mau bertahan untuk melanjutkannya, tapi kebanyakan anggota malah keluar dan usaha pun hancur berkeping-keping.
Kedua, susah memilah pembicaraan serius dan bercanda
Jika ingin membuka usaha dengan semangat profesional, kita seharusnya menggunakan prinsip yang proporsional. Jika ada rapat atau pembicaraan yang serius, tentu kita harus mengikutinya dengan tekun. Tapi kebanyakan, pembicaraan serius dan bercanda sering terbaur begitu saja, sehingga rapat sering molor dan hasilnya kurang baik.
Kondisi ini biasanya terjadi di umur usaha yang sudah berjalan. Seperti permasalahan nomor satu di atas, ketika semangat mereka sudah mulai pudar, pembicaraan mulai tidak stabil. Tertawa di saat rapat, mengalihkan pembicaraan ke arah yang tidak lebih baik, dan seterusnya.
Ketiga, permasalahan pribadi yang merembes ke permasalahan usaha
Betapa sangat melelahkannya jika permasalahan yang terjadi di antara anggota merembes ke perusahaan. Hal ini kebanyakan terjadi karena hal-hal yang lucu. Misalnya ada dua anggota yang menyukai satu wanita. Kemudian mereka saling merasa cemburu dan bla bla bla. Pertarungan itu pun berujung pada pertengkaran. Dan lucunya, bahkan permasalahan itu mesti diselesaikan di waktu rapat evaluasi yang menuntut keseriusan. Huft….
Keempat, timbul kecurigaan
Ternyata tidak hanya ‘jangan ada yang lain di antara kita’, kecurigaan pun seharusnya tidak pernah ada di antara kita. Tapi kenyataan sering mencibir ekspektasi kita terhadap sesuatu. Kecurigaan ini akan sering terlempar kepada orang yang sudah ditunjuk untuk memegang dan mengurus semua keuangan, dalam bahasa ringannya, bendahara. Apalagi kalau bukan penyelewengan uang keuntungan dalam bisnis.
Oh, di waktu awal ketika menyusun konsep dan pemilihan struktur semuanya merasa percaya saja. Tapi ternyata ketika usaha sudah berjalan, entah setan dari mana datang dan membisikkan ke telinga “Eh, si bendahara kayaknya ngambil uang keuntungan deh. Nanti dia pasti berasalan kalau pemasukan kita menurun karena berapa hal kayak bulan lalu. Sudah ganti saja bendaharanya.”
Ini akan menghasilkan sifat ketidakpercayaan dan berujung pada rapat evaluasi yang chaos. Dan akhirnya? Si bendara ngambek, dan pergi.
Kelima, kecemburuan dalam masalah pembagian hasil
Permasalahan ini akan muncul ketika ada salah seorang anggota mengatakan, “Loh kok gaji gua kecil dari dia? Bukannya gua yang banyak ngerjain itu proyek? Gimana sih, nggak adil!”
Padahal di awal sudah dijelaskan dengan sangat rinci bagaimana pembagian hasil, pembagian kerja, dan pembagian lain-lainnya. Tapi yang namanya manusia yang berada dalam zona dewasa tanggung, perjanjian di awal akan mudah luntur dari pikirannya. Aduuh, ampuun deh!
Ya, lima hal di atas ini tentu tidak terjadi ke semua usaha yang memulai dengan semangat pertemanan, cuman seringnya ya gitu. Sepertinya untuk membuka sebuah usaha itu tidak hanya membutuhkan modal, tapi juga kedewasaan emosional dan kesadaran akan pentingnya cara kerja yang profesional dan proporsional.
BACA JUGA 5 Alternatif Kado buat Pacar yang Lebih Berfaedah daripada Boneka atau tulisan Muhaimin Nurrizqy lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.