Perlu diakui bersama, bahwa MacBook memang menggiurkan. Tipis, elegan, layar cakep, dan tentu saja: logo Apple yang ikonik itu. Banyak yang kepincut karena tampilannya yang mewah, atau karena ingin terlihat stand out di kedai kopi. Tapi percaya deh, MacBook bukan laptop yang bisa kamu beli cuma karena iseng atau ikut-ikutan tren. Apalagi kalau beli cuma karena liat influencer bilang “MacBook tuh investasi”.
Sebagai pengguna yang sudah tiga tahun memakai MacBook, izinkan saya memberi nasihat sebelum membelinya. Bukan bermaksud sok senior sentris, tapi sering saya temui orang yang membeli Mac tanpa mempelajari sisi abu-abunya. Alhasil, ia kecewa dan menjual MacBook-nya kembali dengan rasa penyesalan berlabel FOMO.
Bukan untuk menjatuhkan, tapi supaya kamu tidak kecewa, atau minimal bisa punya ekspektasi yang lebih realistis. Nah, berikut lima hal yang perlu kamu tahu sebelum masuk ke dunia laptop apel kecokot ini.
Colokannya minimalis
Hal pertama yang harus kamu terima dengan ikhlas adalah, colokan Macbook ini sedikit banget. Iya, mayoritas MacBook keluaran terbaru hanya dibekali 2 port USB-C. Itu pun posisinya sejajar di satu sisi. Mau colok mouse, flashdisk, charger, dan satu harddisk eksternal? Ya, welcome to the dongle club.
Dan percayalah, harga dongle itu tidak bersahabat. Iya, sih, ada yang murah, tapi tidak bertahan lama, atau bahkan tidak maksimal. Jadi, kalau beli memang mending langsung yang proper, setidaknya bisa awet.
Bodi MacBook tipis, dan tentu saja rapuh
Memang sih, tampilan MacBook itu estetik. Paripurna banget kalau dilihat. Tipis, mulus, dan elegan. Tapi di balik kemewahan itu, bodinya bisa dibilang ringkih. Sekali kebanting, kamu akan langsung sadar bahwa MacBook bukan tandingan laptop-laptop lain yang tebal dan tahan banting itu.
Jika kamu tipe orang yang teledor, dan suka tanpa sadar menjatuhkan perlengkapan elektronikmu, mungkin kamu perlu pertimbangan ekstra.
Kalau MacBook rusak, bisa nangis di sudut ruangan
Ini bukan lebay. Kalau MacBook kamu tiba-tiba mati total, jangan harap bisa langsung diservis dan sembuh keesokan harinya. Saya pernah mengalami MacBook mati mendadak, dan servisnya butuh waktu hampir 20 hari. Sebab perlu diganti mesin, dan penggantiannya memang memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Ngeri bukan? Bayangkan saja kamu seorang budak korporat, kerjaan lagi numpuk, revisi nggak jalan, tapi kamu cuma bisa melamun di depan meja kosong sambil mbatin, “kenapa aku WNI?” Selain itu, biaya servisnya tentu saja lumayan. Maksud saya, lumayan muahal. Iya, sih nggak sampai jual ginjal juga. Tapi. kalau ganti mesin, biayanya setara dengan harga laptop baru.
Anti bajakan
Satu hal yang perlu diapresiasi dari MacBook adalah, mereka punya sistem operasi yang eksklusif dan secure. Tapi, imbasnya, kamu jadi nggak bisa sembarangan pakai software bajakan. Bahkan untuk hal-hal yang biasanya didapat secara gratis di Windows, seperti Microsoft Office. Untuk Mac, kamu harus membelinya secara legal.
Meski, ya tentu saja, “maling” memang selalu lebih canggih. Jika ditelusuri, ada saja yang bisa meng-install versi bajakannya, tapi tetap saja, untuk jasanya pun kita tetap perlu membayarnya. Sama saja dengan beli, bukan?
Jangan terlalu percaya influencer
Ada semacam kepercayaan yang lebih tepat disebut dogma di kalangan pengguna MacBook. Katanya, baterainya sangar. Katanya, dibiarkan nyala terus juga nggak apa-apa. Bahkan ada yang bilang, MacBook justru lebih awet kalau nggak pernah dimatikan. Edyan.
Untuk hal-hal bombastis begini jangan gampang percaya. Saya adalah korbannya. MacBook saya pernah mendadak mati karena alasan ini. Kalau kata mas-mas tukang servis, “Namanya juga barang elektronik, tetap butuh istirahat”.
Jadi, kalau MacBook kamu dibiarkan sleep berhari-hari dan sering dibawa-bawa dalam tas, bisa jadi mesin akan panas karena belum benar-benar mati. Lama-lama overheat. Lama-lama rusak. Sama kayak manusia, mesin pun butuh waktu tidur yang sungguhan.
Begitu juga dengan kebiasaan nge-charge semalaman atau terus colok meski baterai sudah penuh, itu juga bisa mempercepat kerusakan baterai. Jadi, jangan terlalu percaya konten-konten romantisasi produk Apple dari para influencer.
Yah, pada akhirnya saya tetap akan mengatakan kalau MacBook itu produk yang memuaskan, saya pun tetap puas secara fungsi. Tapi MacBook juga butuh dirawat dengan baik dan benar. Bukan malah digunakan secara ugal-ugalan. Ini bukan HP Nokia, Buos.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Review Jujur Macbook dari Orang yang Pertama Kali Pakai Produk Apple
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















