Akhirnya, selama puluhan tahun hidup di kolong langit, saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berkunjung ke kota kelahirannya Mas Gibran Rakabuming Raka: Solo. Sebagaimana halnya turis yang berkunjung ke tempat baru, tentu saja saya merasa excited ketika menjejakkan kaki di peron Stasiun Balapan Solo. Saya penasaran, kira-kira di Kota Solo itu ada apa, sih? Apa saja hal-hal yang nggak saya temui di Kota Bandung?
Kesan pertama yang saya rasakan adalah bahwa Kota Solo itu unik. Dan, ternyata ekspektasi saya benar. Meski nggak semua tempat dikunjungi, tapi saya berani mengambil kesimpulan bahwa Kota Solo itu punya beberapa hal yang unik yang nggak saya temukan di kota-kota lain. Ini adalah beberapa di antaranya.
#1 Banyak jalan satu arah
Ini hal pertama yang saya perhatikan ketika berkeliling di Kota Solo. Cukup banyak juga ruas jalan yang dibuat satu arah. Meski jadinya harus berputar-putar ke tempat tujuan, tapi justru terhindar dari macet dan bisa menjelajah setiap sudut kota. Selain itu, keliling-keliling kota jadi terasa lebih nyaman karena jalanannya lega dan nggak crowded.
#2 Banyak bangunan klasik
Sebagai mantan anak rohis, tentu tempat pertama yang saya kunjungi adalah Masjid Agung Kota Solo. Saya cukup terpukau dengan tempat ini. Ketika pertama kali masuk, saya merasa berada di zaman lain. Semuanya bergaya klasik dengan aura kesultanan yang kental. Mulai dari pintu gerbang, halaman, menara masjid, sampai interior di dalam masjid. Benar-benar klasik.
Selain masjid agung tadi, cukup banyak juga bangunan-bangunan klasik bergaya kerajaan di beberapa sudut jalan. Ada juga beberapa gapura dan gerbang kota yang menambah kesan klasik ketika berada di Kota Solo. Semuanya terlihat terawat dengan baik. Ini menunjukkan bahwa warganya benar-benar apik.
#3 Banyak angkringan di trotoar jalan
Awalnya, saya cukup heran dengan trotoar yang sangat lebar di sepanjang ruas Jalan Slamet Riyadi. Tapi, saya baru paham ketika hari menjelang malam. Ada begitu banyak angkringan di sepanjang trotoar yang dipenuhi orang-orang yang duduk lesehan di trotoar jalan sambil menikmati hidangan yang ada.
Sebetulnya, ini mengingatkan saya pada Jalan Malioboro di Kota Jogja. Tapi, yang ini sepertinya berbeda. Di sini suasananya agak gelap karena minim penerangan. Saya kurang paham apakah ini disengaja atau nggak.
#4 Banyak jalan letter T
Ini juga cukup unik dan baru saya temui di Kota Solo. Biasanya, kan, kalau perempatan itu adalah dua ruas jalan yang bersilangan secara sempurna. Kalau di Kota Solo, cukup banyak juga perempatan yang justru persilangan jalannya nggak lurus. Jadi, perempatan jalannya lebih cocok disebut double letter T, sih. Meski nggak semua kondisinya seperti itu, tapi cukup banyak juga yang saya temui begitu.
#5 Gaya bicara orang-orangnya mirip Pakde Jokowi
Saya bersaksi bahwa orang-orang Solo itu ramah. Dan, seperti kata orang-orang, orang Solo itu bicaranya lemah lembut dan pelan-pelan. Ini terbukti ketika saya berinteraksi dengan beberapa warga Kota Solo di berbagai kesempatan.
Tapi, satu hal yang saya rasakan adalah gaya bicara mereka itu mengingatkan saya pada Pakde Jokowi. Bahkan, saya sempat kaget ketika berbincang dengan sopir taksi online yang gaya bicaranya miriiiip banget dengan blio. Saya kira kena prank kontennya Pakde Jokowi, eh ternyata bukan.
Itulah kelima hal unik yang saya temui dan rasakan ketika berada di Solo. Kalau memang ada yang kurang pas, ya mohon dimaafkan karena saya hanya berkunjung selama tiga hari di sini. Jadi, belum sempat membedah Kota Solo sampai ke akar-akarnya. Meski banyak orang bilang Solo itu kalah pamor dibandingkan dengan Jogja atau Semarang, saya tetap rekomendasikan kepada turis untuk berkunjung ke Kota Solo. Banyak hal unik di sini yang sayang untuk dilewatkan.
Selamat berkunjung ke Kota Solo, ya!
Sumber Gambar: Unsplash