Banyuwangi punya satu perabot rumah tangga yang paling dicari wisatawan yang datang ke Bumi Blambangan, yakni dandang. Sentra pembuatan dandang ini berada di Dusun Tegal Pakis, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, tapal batas wilayah Banyuwangi dengan Kabupaten Jember di sisi barat.
Sentra pembuatan dandang ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1970, diawali warga perantauan yang berasal dari Madiun, Jawa Timur. Ada sejumlah fakta menarik lain yang perlu diketahui tentang perabotan rumah tangga asal Kalibaru yang masyhur jadi buah tangan untuk dibawa pulang ke kampung halaman.
Saya sempat berjumpa dengan Solikin, warga asli Dusun Tegal Pakis, Desa Kalibaru Wetan, salah satu perajin dandang yang tetap bertahan hingga kini. Ia merupakan salah satu dari banyak warga yang meneruskan profesi perajin ini dan masih bertahan hingga sekarang di Banyuwangi. Bahkan upaya meruwat kerajinan itu sudah dirawat hingga dua generasi.
Solikin bercerita kalau perjalanan dandang dari Kalibaru memiliki sejumlah hal menarik yang tentunya layak untuk diketahui khalayak. Berikut rangkumannya:
#1 Model waralaba yang tak biasa
Jika umumnya waralaba suatu produk bisa dikerjakan oleh sembarang tenaga kerja. Hal tersebut tidak berlaku untuk perabot rumah tangga asal Kalibaru. Sebab, untuk model waralaba komoditas ini tetap memanfaatkan warga asli di Dusun Tegal Pakis, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, yang kebetulan diajak merantau di luar pulau.
Jadi jangan heran saat berada di Sumatra, Kalimantan, atau bahkan Papua, kalian bakal menemui dandang dengan menggunakan brand Kalibaru Banyuwangi. Biasanya para perajin yang ada di luar pulau ini memang sengaja mengadu nasib di perantauan.
#2 Bermula dari perantau asal Madiun
Meski jadi produk unggulan di Banyuwangi, dandang asal Kalibaru ini tidaklah asli dari wilayah Bumi Blambangan. Seperti tulisan di awal, kerajinan ini bermula dari tiga warga asal Kabupaten Madiun yang merantau ke Kalibaru pada tahun 1970-an. Menurut Solikin, ketiga orang itu bernama Godel, Sugiyo, dan Misrudin.
Rupanya ketiganya punya keahlian membuat perkakas rumah tangga. Warga asli Kalibaru yang sebelumnya kebanyakan berprofesi sebagai petani dan pekebun tertarik dengan kerajinan tersebut dan akhirnya belajar serta mewariskan keahlian dan usaha tersebut turun-temurun ke anak cucu.
#3 Berawal dari drum bekas
Jika saat ini dandang Kalibaru terbuat dari monel, aluminium, dan stainless steel, para perajin pada masa generasi awal tidak menggunakan bahan-bahan tersebut. Mereka menggunakan seng bekas drum yang biasanya digunakan untuk menampung minyak tanah.
Solikin menyebut pergantian bahan utama pembuatan dandang dari drum bekas menjadi seng murni dilakukan sekitar tahun 1980-an. Seiring berjalannya waktu, berbagai pembaharuan terus dilakukan tanpa meninggalkan kearifan lokal agar dandang bisa bersaing di pasar perabotan rumah tangga.
#4 Menjaga kualitas dengan cara manual
Meski saat ini teknologi pembuatan perabot rumah tangga sudah canggih, para perajin dandang di Kalibaru tetap memilih cara manual. Kalau berkunjung ke sentra lokasi perabot rumah tangga di Kalibaru, cara manual masih jamak kita temukan.
Menurut Solikin, cara itu dipertahankan lantaran berpengaruh pada kualitas kerajinan yang dibentuk. Sebab jika menggunakan cara modern, ia mengakui hasilnya cepat dibuat, namun kualitasnya yang bakal dipertanyakan. Makanya para perajin dandang di Kalibaru berani menjamin jika produk bikinan mereka lebih baik ketimbang keluaran pabrik lantaran tiap barang dibuat dengan setulus hati.
#5 Jadi jujugan wisata belanja
Banyuwangi memang sudah mencanangkan diri sebagai Kabupaten Gema Wisata sejak dua dekade terakhir. Hal tersebut rupanya berimplikasi pada wilayah Kalibaru yang jadi jujugan wisata belanja, utamanya ibu-ibu yang mencari perabotan rumah tangga. Uniknya, dandang dari Kalibaru ini tidak cuma digunakan untuk kebutuhan pribadi, tapi juga bisa menjadi buah tangan khas Bumi Blambangan.
Tak cukup sampai di situ, lokasi Dusun Tegal Pakis, Desa Kalibaru Wetan, yang berada di jalur utama Jalan Raya Nasional Jember membuat tempat ini cukup dilirik pengguna jalan yang menuju ke Kota Banyuwangi dari sisi selatan. Implikasinya, lantaran tertarik dengan banyaknya penjual perabot rumah tangga di sepanjang jalur ini membuat tak sedikit pengguna jalan yang awalnya hanya melintas akhirnya memutuskan untuk berbelanja.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Surga Dunia Banyuwangi Bikin Bule Betah dan Pengin Jadi WNI.