Pengolahan lele yang asal-asalan
Di beberapa tempat makan pecel lele, pasti kita pernah melihat keseluruhan pengolahan lele dari masih hidup sampai jadi sebuah hidangan. Kita bisa lihat gimana lelenya dibunuh, dibumbui, digoreng, hingga disajikan. Terlihat seperti sebuah “pertunjukan” yang menarik.
Tapi, hal ini kadang jadi masalah. Yang kayak gini kadang bikin pengolahan lelenya kayak asal-asalan, nggak bersih. Apalagi kalau tempat membunuh lelenya terlalu dekat dengan tempat penyajian. Belum lagi nanti lelenya kurang bersih, masih ada jeroan-jeroan yang nggak perlu. Terus bumbunya juga nggak meresap. Kita, setidaknya saya, jadi malas makan di tempat itu kalau jadinya seperti itu.
Tidak ada daftar harga yang terpampang
Sebenarnya ini masing-masing, beda orang beda sikap. Tapi kalau saya, ketika lihat ada tempat pecel lele (terutama bukan di tempat langganan) yang nggak mencantumkan harga, baik di spanduk atau di daftar menu, saya agak malas untuk makan di sana. Bukan apa-apa, saya takut aja nanti digetok harga mahal. Kan nggak lucu kalau nanti tiba-tiba setelah makan seporsi pecel lele terus dikasih harga lebih dari 25 ribu.
Ya sebenarnya bisa saja, sih, saya tanya harga dulu ke penjualnya. Cuma ‘kan nggak enak kalau ternyata harganya agak mahal dan nggak jadi makan di sana. Makanya, untuk poin ini sebenarnya bukan poin saklek, beda orang beda sikap.
Itulah setidaknya lima alasan yang bikin kita malas makan di tempat pecel lele. Sebenarnya ini adalah alasan-alasan yang basic, alasan-alasan yang kita sudah paham semuanya. Cuma ditulis lagi aja biar pada ingat semuanya. Terakhir, mengapa menyebutnya pecel, sih? Mengapa nggak lalapan lele aja?
Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Hal Menjengkelkan Saat Membeli Pecel Lele
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















