Perlu diakui di awal bahwa rujak cingur memang kerap terlupakan ketika bicara soal kuliner asal Jawa Timur. Kita selalu fokus pada rawon atau pecel. Sementara rujak cingur yang sebenarnya mempunyai keunikan tersendiri, masih kurang sering dibicarakan. Bahkan masih banyak juga orang yang heran melihat komposisi rujak cingur isinya bermacam-macam. Maka dari itu, harus ditekankan di awal bahwa rujak cingur juga pantas diangkat setinggi rawon dan pecel.
Oke, kita masuk ke inti tulisan. Sebagai tempat lahir dari rujak cingur, Jawa Timur tentu saja menjadi wilayah dengan persebaran penjual kuliner ini terbanyak. Kuliner yang terdiri atas campuran sayur, buah (opsional), lontong, tahu, dan tempe, serta potongan cingur (hidung/bibir atas sapi), lalu disiram bumbu kacang petis ini nikmatnya bukan main. Jarang sekali dijumpai orang Jawa Timur yang tidak suka rujak cingur. Kalau tidak suka cingurnya, sih, masih wajar. Tapi kalau tidak suka rujaknya, ya ada yang salah berarti dengan orang itu.
Rujak kerap disajikan dengan dua cara, yaitu biasa dan “matengan.” Kalau yang biasa ya semua bahan itu dicampur jadi satu, mulai dari lontong, sayur, buah, sampai cingurnya. Tapi kalau “matengan,” itu maksudnya ya tanpa buah, alias bahan matang semua. Namun, di luar dua cara itu, ada penyajian-penyajian lain yang membuat rujak cingur ini unik di berbagai tempat.
Nah, karena rujak cingur dan Surabaya ini sangat melekat, maka susah sekali menemukan rujak yang seenak di Surabaya. Faktor petis yang menjadi penentu, sebab beda tempat tentu beda petis. Namun, saya akan coba memberikan informasi daerah-daerah lain yang jadi penghasil rujak cingur enak di Jawa Timur, termasuk Surabaya, tentunya.
#1 Malang
Seperti halnya rawon, Malang juga punya kekhasan rujak cingur. Tentu saja rujak khas Malang tidak sepekat rujak yang ada di Surabaya. Selain karena Surabaya lebih pesisir, petis yang digunakan juga pasti berbeda. Beberapa warung rujak di Malang menyajikan rujaknya dengan cara mencampur antara kondimen dengan bumbu rujaknya di terlebih dahulu sebelum disajikan di piring. Piringnya pun kadang dilapisi dengan daun pisang, seperti yang bisa kita jumpai semisal di rujak Klenteng di daerah Kotalama, Malang.
#2 Batu
Kalau kalian menganggap Batu dan Malang itu sama, itu adalah kesalahan. Termasuk untuk urusan rujak cingur, Batu dan Malang punya perbedaannya. Meski bumbu rujaknya sama-sama tidak sepekat Surabaya, Batu di beberapa warung ternyata memiliki bumbu rujak yang cukup pekat, walau rasanya masih terlalu light.
Seperti di warung langganan saya, di sebuah warung biru daerah Sidomulyo. Rujaknya enak sekali, dan bumbu petisnya berwarna lebih gelap. Penyajiannya tidak jauh berbeda, mencampurkan semua bahan di tempat menguleg bumbu rujak, lalu dituang ke dalam piring. Bedanya, ini piringnya biasa saja, tanpa alas apa pun.
#3 Gresik
Sebagai salah satu kota penghasil petis terbaik di Indonesia, Gresik tentu saja punya kekhasan tersendiri kalau bicara soal rujak cingur. Meski rasa petisnya masih tidak sepekat Surabaya, rujak Gresik juga boleh diadu. Salah satunya rujak Mak Aupang, yang selain viral karena pernah menawarkan hadiah umroh, rasanya juga masih enak (pengakuan dari teman saya yang pernah makan di sana).
Penyajiannya agak beda, sebab bukan dicampur terlebih dahulu, bahan-bahannya malah dimasukkan ke dalam piring, lalu disiram bumbu petis dan kacang. Beda sedikit, lah.
#4 Sidoarjo
Bertetangga dengan Surabaya tidak serta merta bisa menandingi rasa otentik rujak Surabaya. Namun, Sidoarjo tentu saja punya rasa sendiri. Kepekatan petisnya tentu sudah mendekati, dan rasanya juga enak. Sebagai contoh adalah rujak Mbak Is di daerah Sidodaadi, yang terkenal dengan porsi besarnya (dan murah). Tapi jangan kaget kalau misalnya penyajiannya berbeda, sebab beberapa kali rujaknya disajikan terpisanh antara bahan dan bumbunya. Jadi, kita yang campur sendiri. Tidak apa-apa, yang penting enak.
#5 Surabaya
Sepakat atau tidak, rujak cingur terbaik ya ada di Surabaya. Rasanya otentik, petisnya pekat, bahan/kondimennya lengkap, walaupun kadang harganya kelewat mahal. Tapi, semuanya akan terbayar tuntas dengan rasanya yang memang seenak itu. Mulai dari Rujak Cak Durasim, Rujak Ahmad Jais, Rujak Joko Dolog, semuanya enak. Paling yang membedakan hanya harganya. Penyajiannya pun sederhana, bahan/kondimen dicampur terlebih dahulu di layah tempat menguleg bumbu, lalu dituang ke dalam piring. Seporsi rujak pun sudah siap dinikmati.
Itulah setidaknya lima daerah penghasil rujak cingur terenak di Jawa Timur. Ya meskipun beberapa daerahnya masih serumpun, tapi masih ada perbedaannya dan tidak afdal kalau dijadikan satu. Oh iya, hampir lupa, kalau makan rujak, jangan lupa kerupuknya. Sebab, makan rujak cingur tanpa kerupuk itu ibarat jadi anak metal tapi tidak pakai kaos hitam. Boleh-boleh saja, tapi kayak ada yang kurang, gitu.
Sumber Gambar: Wikimedia Commons