Selama perjalanan saya berselancar di dunia maya dan jalan–jalan di kehidupan nyata, saya menemukan ternyata selama ini perpecahan bangsa Indonesia itu terjadi bukan hanya karena persoalan agama atau politik, tetapi juga papan-papan tanda yang membikin orang berantem karena berbeda tafsir. Contoh petunjuk dan peringatan di bawah ini adalah yang biasanya bikin geger dan bikin masyarakat terpecah belah.
Contoh petunjuk dan peringatan #1 “Dilarang membuang benda apa pun ke dalam kloset”
Ketika browsing di Tokopedia untuk kebutuhan renovasi kantor saya waktu itu, terkejut juga ternyata ada yang jualan stiker bertuliskan “Dilarang membuang benda apa pun ke dalam kloset”. Lah saya langsung bingung… kok nggak boleh buang benda apa pun? Bukannya tujuan kita ke kloset untuk buang sampah badan baik yang cair maupun yang keras. Aneh bin ajaib….
Kalau menuliskan kalimat yang nggak bener kan bisa malah jadi berantem bukan malah menjadi bersatu. Bayangkan saja, kita ke toilet umum mau buang hajat, eh malah dimarahin penjaga toilet karena nggak boleh buang benda apa pun ke dalam kloset. Apalagi kalau dah kebelet, bisa-bisa malah bocor di celana… ampuuun.
Kalimat di atas ini sudah jelas multitafsir lah. Perbaikan yang paling mendekati kebenaran atas kalimat ini adalah “Dilarang membuang sampah seperti tisu atau pembalut ke dalam kloset”. Dengan penjelasan yang spesifik seperti ini mungkin sudah bisa ditangkap maksudnya, walaupun akan tetap ada yang ngeyel lagi. Bukan kah ta*i dan pip*s juga merupakan sampah dari badan, artinya tetap nggak boleh dibuang dong? Hadeh, yang begini mendingan dirukyah.
Contoh petunjuk dan peringatan #2 “Belok kiri jalan terus”
Ini biasanya kita temukan di persimpangan jalan nih. Ada semacam plakat pengumuman yang ditempel di sebelah atau di bawah lampu lalu lintas. Nah yang jadi ambigu adalah kalau kita baca pelan-pelan, “belok kiri” lalu kita teruskan baca “jalan terus”… nah ini sebenarnya pengendara mau belok kiri atau mau jalan terus ke arah lurus? Kalau jalan terus pas lampu lalu lintas warna merah, pasti sudah ada pak polisi yang senyum-senyum lihat ini sambil meluncur dari pos jaganya.
Padahal yang dimaksud tentunya bukan itu, tetapi bagi pengendara yang mau belok kiri dipersilahkan langsung belok kiri tanpa harus mengindahkan lampu lalu lintas yang berwarna merah. Yang warna merah aja boleh apalagi yang kuning dan hijau toh… langsung aja belok.
Untuk menghindari keambiguan, contoh petunjuk ini mungkin lebih layak “Yang belok kiri langsung”. Dengan kalimat ini lebih jelas bahwa bagi pengendara yang mau belok kiri dipersilahkan langsung. Sudah seperti kebiasaan orang Indonesia yang maunya ngomong singkat-singkat. Jadi, saya rasa kalimat “Yang belok kiri langsung” sudah oke.
Contoh petunjuk dan peringatan #3 “Naik sepeda harus turun”
Ini biasanya kita temukan di pintu-pintu gerbang masuk gedung-gedung perkantoran, selain petunjuk “Kaca jendela harap diturunkan untuk pengemudi mobil”, ada juga kita temukan kalimat “Naik sepeda harus turun”. Lah ini, kita harus naik sepeda apa turun sepeda. Atau harus naik dan turun sepeda secara bersama-sama? Udah kayak akrobat sirkus setiap mau masuk gedung perkantoran. Jadinya kita naik atau turun nih?
Rasanya lebih cocok kalau kalimat tersebut diperbaiki menjadi “Pengendara sepeda harus turun” untuk lebih menegaskan bahwa pengendara sepeda tersebut harus turun selama melewati pintu gerbang masuk.
Contoh petunjuk dan peringatan #4 Bus ini full AC, musik, dan toilet
Kalau kalimat yang ini biasanya ada di kantor perusahaan otomotif bus antarkota antarprovinsi atau di iklan-iklan layanan mereka. Lagi-lagi kalau kita baca ini akan kita temukan kata-kata yang membingungkan. Coba kita baca pelan-pelan. “Bus ini”, sampai sini belum ada yang salah, “full AC”, oke… artinya bus ini pakai AC dari depan hingga belakang akan terasa dingin.
Lanjut… “full musik”, artinya bus ini sepanjang perjalanan penumpang akan bisa mendengar musik. Tapi, harus siap mental karena yang diputar pasti lagu kesukaan sopir bukan kesukaan penumpang. Yaaa tipe-tipe dangdut koplo atau campursari lah.
Terakhir, “buss ini full toilet”, lho kok full toilet? Bus ini full toilet, bisa kita maknai bahwa bus ini penuh dengan toilet. Apakah artinya bus ini isinya toilet semua sehingga tidak ada tempat duduknya? Ataukah memang para penumpang harus duduk di toilet karena semua tempat duduknya adalah toilet? Atau sebenarnya bukan itu yang dimaksud pembuat kalimat ini?
Saya rasa yang dimaksud dari pembuat kalimatnya adalah bus ini ada fasilitas toiletnya. Jadi saya rasa yang mendekati paling benar sepertinya kalimat ini perlu diubah agar lebih baik menjadi “Bus ini full AC, full musik, dan ada toilet”. Lebih masuk akal kan?
Contoh petunjuk dan peringatan #5 “Dilarang meludah dan merokok di atas bus”
Nah kalau pengumuman yang ini biasanya ada di dalam bus itu sendiri. Namun, kalau kita baca pelan dan cermati lagi pasti ketemu hal membingungkan. Bayangkan Anda sudah ada di dalam bus, kemudian baca pengumuman ini, Anda pasti bertanya-tanya. Kok dilarang meludah dan merokok di atas bus? Siapa juga yang isengnya kebangetan mau merokok di atas bus?
Lagi-lagi apakah ini artinya pernah ada penumpang yang main akrobat di atas bus sehingga karena membahayakan keselamatan jadi dilarang?
Lebih lagi kalau ada penumpang super-duper iseng, kok meludah di atas bus, apalagi kalau meludahnya ke arah bawah. Weleh weleh… kasihan orang yang ada di bawah kalau kena ludahnya penumpang dari atas bus itu. Serasa hujan tapi bukan hujan.
Sepertinya kalimat ini juga butuh perbaikan. Rasanya kalimat ini perlu disempurnakan menjadi “Dilarang meludah dan merokok di dalam bus”. Nah kalau menggunakan kalimat ini jelas bahwa yang tidak boleh aktivitasnya di dalam bus, bukan di atas bus yang akan membuat penumpangnya akrobat.
***
Contoh petunjuk dan peringatan yang saya jelaskan di atas harusnya disosialisasikan oleh para pendekar-pendekar bahasa Indonesia. Nah, kalau sudah disosialisasikan, ya kita lanjut saja minum kopinya. Ada perubahan atau nggak ya sudahlah terserah. Namanya juga saran.
BACA JUGA Penipu Online Sebaiknya Tetap Meremehkan Tata Bahasa Indonesia, Sekarang dan Selama-lamanya