Banyak anak muda Indonesia bermimpi bisa merasakan bangku pendidikan tinggi. Namun, banyak dari mereka yang terhalang UKT mahal. Padahal, kondisi ini bisa membuat dunia perkuliahan Indonesia semakin suram.
Oleh sebab itu, saya merangkum 5 alasan UKT mahal bisa menjadi kabar buruk untuk dunia perkuliahan. Inilah dia.
Daftar Isi
#1 Banyak mahasiswa memilih bekerja daripada kuliah
Minat anak muda Indonesia untuk kuliah memang tinggi, bahkan cenderung naik. Namun, UKT yang semakin mahal di PTN, secara tidak sadar, akan menurunkan minat kuliah.
Misalnya, UMR sebuah daerah tidak sampai Rp2 juta. Sementara itu, si orang tua ini menanggung UKT sekitar Rp6 juta. Memperhitungkan banyaknya kebutuhan, angka di nggak logis kalau buat saya.
Sudah begitu, banyak masalah yang terjadi ketika mahasiswa mengajukan banding UKT, cicilan, dan cuti untuk bekerja. Makanya, ketimbang menghabiskan waktu dan biaya, banyak anak muda memilih langsung kerja saja. Apalagi saat ini lulusan SMA dan SMK juga semakin berkualitas.
#2 Sulit mengajukan banding UKT
Mengajukan banding UKT adalah alternatif supaya mahasiswa bisa tetap kuliah. Namun, kita sama-sama tahu kalau mengajukan banding UKT, di beberapa kampus, bukan perkara mudah.
Kamu bisa menemukan banyak berita tentang usaha mahasiswa untuk mengajukan banding ditolak sampai berkali-kali. Silakan masukkan kalimat di ini kolom pencarian Google: “susahnya mengajukan banding UKT”. Kamu akan menemukan banyak berita terkait. Ya kalau tidak bisa membayar, gimana mahasiswa mau kuliah.
#3 Semakin banyak mahasiswa baru mengundurkan diri
Fenomena mahasiswa baru mengundurkan diri terus bergulir. Melansir kompas.com, seorang camaba dari USU mengundurkan diri gara-gara tak sanggup membayar UKT yang tinggi.
“Saya kecewa kali tidak bisa kuliah di USU, padahal saya ingin sekali kuliah di (Fakultas Ilmu Budaya USU) jurusan Sastra Arab, tapi tidak terkabul,” ujar Naffa kepada wartawan Apriadi Gunawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
#4 Ekspektasi tinggi orang tua terhadap PTN berubah
Hal ini berangkat juga dari pengalaman saya sendiri. Jika kita bayangkan atau imajinasikan kata “negeri” dalam konteks negara, artinya sesuatu yang masih terikat dengan negara. Sedangkan “swasta” kita bisa bayangkan sesuatu yang mandiri dan bebas.
Negari dan swasta adalah pengetahuan dasar. Nah, sekarang mari kita lihat kenyataan di lapangan. Banyak mahasiswa dari keluarga kurang mampu, kehilangan kesempatan untuk kuliah. Kenyataan ini, secara perlahan, mengubah cara berpikir orang tua.
Dulu, banyak orang tua yang menganggap PTN itu murah. Makanya, banyak dari mereka ingin anaknya masuk kampus negeri. Namun, sekarang, kenyataannya berbeda. UKT kampus negeri mahal juga.
#5 Parahnya, demi bayar UTK, sampai melibatkan PINJOL
Mungkin ini yang paling klimaks dalam sebuah cerita huru-hara UKT mahal. Pinjol, si cepat dapat uang, ikut serta dalam problematika ini.
Banyak mahasiswa yang terpaksa meminjam uang di aplikasi online untuk menempuh pendidikan. Mereka ingin kuliah demi masa depan yang lebih sejahtera. Tidak heran kalau mahasiswa melakukan apa saja demi bisa kuliah.
Parahnya, ada pejabat negara yang “tega” melontarkan kata pinjol dari mulutnya. Mau gimana bentuknya, namanya mahasiswa tidak seharusnya harus meminjam demi kuliah. Bukankah pendidikan itu hak semua orang? Kalau keadaannya kayak gini terus, ya tidak heran jika masa depan pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan tinggi, semakin suram.
Penulis: Yesi Fitria
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Bayar UKT Mahal, tapi Dosen Nyuruh Mahasiswa Belajar dari YouTube, Logikanya di Mana sih?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.