Ramadan telah berakhir. Arus mudik telah menemui puncaknya. Dan agenda selanjutnya adalah halalbihalal. Yak, acara yang diselenggarakan pasca-mudik ini jadi ajang bermaaf-maafan bagi para siswa, guru, pegawai kantoran, atau siapa saja yang mengadakan acara tersebut. biasanya sih, yang sering ngadain ya kantor, untuk ajang silaturahmi setelah mudik.
Sebagai anak dari orang tua yang bekerja di perusahaan yang sama, kerap kali saya diajak untuk turut serta mengikut acara halalbihalal kantor. Sampai saya tamat sekolah dasar, menurut saya acara ini biasa saja dan tidak menjadi suatu masalah. Tapi, semenjak saya menduduki bangku SMP, menurut saya acara ini semakin tidak relevan untuk saya hadiri.
Lalu dalam hati bertanya-tanya, untuk apa acara perusahaan dihadiri pula oleh anggota keluarga dari karyawan. Setidaknya saya memiliki lima alasan kenapa acara perusahaan ini tidak perlu dihadiri oleh anggota keluarga dari karyawan. Berikut alasannya:
#1 Ada karyawan yang masih masuk kerja
Acara halalbihalal perusahaan yang dilakukan secara luring di lingkungan perusahaan biasanya dilaksanakan saat akhir pekan. Agar semakin banyak karyawan yang dapat mengikuti kegiatan tersebut. Masalahnya saat acara tersebut, kadang masih ada karyawan yang lembur di akhir pekan. Yang jadi masalah, salah satu dari karyawan yang lembur adalah bapak saya.
Menurut saya menjadi aneh apabila saya yang bukan bagian resmi dari perusahaan tapi ikut acara, sedangkan bapak saya malah lembur di saat acara sedang dilaksanakan. Saya enak-enak makan snack, bapak saya mumet ngurusin kerjaan.
#2 Nggak ada yang kenal
Namanya juga halalbihalal perusahaan, yang wajib datang ya para karyawan dari perusahaannya. Maka dari itu saya bertanya-tanya, kenapa anggota keluarga dari karyawan juga diundang hadir di acara tersebut? Saya sebagai anggota keluarga dari karyawan nyaris nggak ada yang kenal apalagi akrab dengan karyawan lain. Sebab tetangga-tetangga di rumah orang tua saya tidak ada yang bekerja di perusahaan yang sama dengan orang tua saya.
Teman-teman saya saat sekolah ada beberapa yang orang tuanya bekerja di sana, tapi pada nggak ikut acarta tersebut. Lha saya di sana ngapain? Mending turu awan ra risiko.
#3 Ngerasa nggak punya dosa
Bukan, saya bukanlah orang suci. Maksudnya tuh begini. Saya kan nggak kenal sama mereka, gimana mau punya dosa? Ketemu aja jarang banget, setaun sekali paling.
#4 Kena prank
Dulu, saya semangat ikut halalbihalal karena ingin dapat snack yang katanya limited edition, dan harus didapat lewat kuis atau kegiatan semacamnya. Ternyata, setelah beranjak dewasa, saya baru tau kalau snack tersebut bisa diambil bebas setelah acara kelar. Ancen abot urip iki, Riii.
#5 Nggak pernah menang doorprize
Agar acara halalbihalal terkesan meriah, biasanya terdapat doorprize yang telah disediakan oleh panitia. Jujur saya agak lupa doorprize apa yang diberikan, tapi saaat saya kecil cukup antusias menunggu pengumuman dari doorprize tersebut. Sayangnya setiap saya ikut nggak pernah dapat hadiah utama maupun hadiah hiburan. Tapi, saya hanya sedikit kecewa soal ini, sebab hidup yang tidak pernah dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan bukan?
Itulah alasan-alasan halalbihalal perusahaan itu nggak perlu dihadiri anggota keluarga. Ya memang nggak ada salahnya kumpul-kumpul, secara negara kita menjunjung tinggi adat kekeluargaan. Tapi, kadang, kadang lho, ada kumpul-kumpul yang nggak punya urgensi besar untuk dihadiri. Mending sih, acara gituan dikhususkan buat karyawan saja. Mereka lebih butuh kumpul dan nggak bahas kerjaan gitu.Â
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGAÂ Nongkrong di Starbucks Itu Murah, Asal Tahu Strateginya