Cilok Sunda vs cilok Malang, apa bedanya?
Cilok menjadi salah satu item yang paling mudah dijumpai di jajaran street food. Saya rasa cilok menjadi jajanan yang universal, disukai segala usia dan segala kalangan. Apalagi harganya tergolong murah meriah.
Saat pertama kali merantau, saya cukup heran dengan cilok khas Sunda yang saya temui di perantauan. Sebab, penampakannya sangat berbeda dengan yang biasa saya beli di Malang. Rupanya cilok yang saya nikmati selama belasan tahun di Malang telah banyak mengalami perubahan dari versi autentiknya. Berikut beberapa perbedaan antara cilok Malang dan cilok Sunda:
#1 Rasa
Sama seperti keluarga jajanan “ci” lainnya, cilok terbuat dari tepung aci dan punya tekstur khas yang kenyal. Cilok Sunda yang autentik punya rasa yang sederhana. Rasa gurih dan asinnya tipis saja, bahkan cenderung hambar. Biasanya kenikmatan cilok Sunda ditentukan dari bumbu kacangnya.
Sedangkan cilok Malang punya rasa yang lebih meaty. Sebab, adonannya menggunakan daging ayam maupun daging sapi. Tentunya rasio daging yang digunakan dalam adonan cilok jauh lebih sedikit daripada daging dalam adonan pentol bakso. Teksturnya masih tetap kenyal walaupun nggak sekenyal cilok Sunda. Rasanya yang meaty membuat cilok Malang sudah enak dimakan polosan tanpa cocolan apa pun.
#2 Bentuk
Cilok Sunda punya ukuran yang jauh lebih besar daripada cilok Malang. Bentuknya juga lebih bulat sempurna, padat, lebih liat, dan permukaannya lebih licin. Makan sedikit saja sudah cukup mengisi perut. Lagi pula terlalu banyak memakannya bisa membuat rahang capek mengunyah. Mungkin karena adonan tepungnya lebih banyak.
Sedangkan cilok versi Malang punya ukurang yang jauh lebih kecil. Bentuknya juga nggak sebulat dan serapi cilok Sunda. Perlu makan lebih banyak untuk membuat perut terisi. Tapi nggak perlu usaha yang terlalu besar untuk mengunyahnya, jadi rahang nggak cepat capek.
#3 Variasi
Di zaman sekarang, cilok Sunda mulai divariasikan dengan berbagai cara. Adonan ciloknya diberi isian biar nggak polos. Sausnya juga bisa divariasikan, nggak melulu saus kacang lagi. Bisa pakai saus mentai, saus Korea, saus keju, dan lain sebagainya. Bahkan proses pembuatannya juga nggak berhenti pada merebus saja, lho. Ada yang mengkreasikannya lagi dengan menggoreng cilok dengan balutan tepung panir atau membakar seperti sate.
Berbagai kreasi di atas membuat cilok naik kasta jadi sajian yang lebih mewah. Cilok kekinian dibuat untuk bisa relate dengan selera anak muda. Tentu saja harga cilok yang sudah dikreasikan akan lebih tinggi daripada versi originalnya.
Sementara itu, cilok Malang punya variasi yang lebih banyak. Jenisnya beragam, barangkali mendapat pengaruh dari bakso Malang. Sewaktu kecil, saya mengira cilok adalah miniatur dan versi low budget dari bakso yang ramah untuk uang jajan anak-anak. Di luar Malang, makanan yang paling mendekati cilok Malang dinamakan pentol mini. Tapi, variannya tetap saja nggak sebanyak cilok di Malang.
Cilok versi Malang memang nggak hanya terdiri dari bulatan ciloknya. Ada juga goreng, adonan yang dibungkus kulit pangsit, atau digelindingkan begitu saja di atas remahan mi kemudian digoreng. Lalu ada tahu kulit warna coklat yang diiris kecil-kecil kemudian diisi adonan cilok dan dikukus. Ada siomay, versi kukus dari goreng mekar. Harga semua item di atas sama. Yang terakhir ada telur puyuh rebus dengan harga yang lebih mahal dari semua varian yang ada. Lengkap banget, kan?
#4 Cocolan
Cilok Sunda disajikan dengan guyuran bumbu kacang lengkap dengan sambal dan kecapnya. Kadang ada juga yang menyediakan saus untuk orang-orang yang nggak suka bumbu kacang. Bumbu kacang punya fungsi yang amat krusial dalam penyajian cilok Sunda, sebab bumbu kacang bisa menjadi pembeda antara kang cilok yang satu dengan kang cilok lainnya.
Sedangkan di Malang kita akan lebih sering menjumpai cilok yang dinikmati dengan saus alih-alih bumbu kacang. Walaupun sebenarnya ada juga pedagang yang tetap menyediakan bumbu kacang. Tentu saja ada sambal dan kecap juga bila mau. Ada juga pedagang yang menyediakan kuah kaldu. Makin mirip bakso, kan?
Saus di Malang ada dua macam, saus warna jingga yang jamak kita jumpai di pedagang mi ayam dan saus warna merah merona yang biasa dijumpai di pedagang bakso. Soal saus merah ini memang cukup unik, warnanya ngejreng seperti darah. Orang luar Malang kebanyakan kaget dan nggak mau menyentuh saus ini karena dianggap terlalu mencurigakan, Tapi percayalah, mayoritas warga Malang akan merasa kurang jika menyantap bakso tanpa kehadiran saus merah ini.
Walaupun Malang punya versi ciloknya sendiri, cilok Sunda masih tetap bisa kita jumpai di sana. Meskipun keberadaanya lebih jarang. Pun cilok versi Malang nggak hanya dijual di dalam Malang, melainkan di kota-kota sekitar Malang juga. Bedanya, varian yang ditawarkan nggak sebanyak cilok di Malang. Minimal ada cilok dan tahunya saja. Kalau kalian berkunjung ke Malang, nggak ada salahnya menyempatkan diri untuk mencoba cilok versi Malang.
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Kesalahan Makan Cilok yang Kerap Dilakukan.