Hidup di daerah penopang Jakarta membuat saya sadar bahwa nggak semua orang yang tinggal di Bogor mengais rejeki dari Jakarta. Ternyata, banyak yang justru menemukan pundi-pundi emas dan berlimpah harta dari daerah sendiri. Bogor secara unik melahirkan pekerjaan-pekerjaan ini.
Akan tetapi sayangnya pekerjaan ini memang lahir karena kondisi Bogor yang tidak begitu baik untuk pekerja. Tidak banyak lowongan kerja di sini. Kalaupun ada, jarang ada pekerjaan yang memberikan upah layak di sini. Pekerja kreatif, contohnya. Upahnya bisa sangat jauh dengan pekerja kreatif di Jakarta.
Sudah sedikit peluang kerja, gaji tidak seberapa. Sebagai orang yang kini hidup di Bogor, saya ingin memberitahukan beberapa pekerjaan yang eksis dan selama ini menopang hidup. Bahkan, tidak sedikit yang mendulang banyak uang sampai jadi juragan.
#1 Pungli di jalanan rusak atau tempat wisata
Tentu saja nomor satu adalah pungutan liar alias pungli. Selama jalanan Bogor rusak dan tidak pernah diperbaiki oleh pemerintah daerah, maka pekerjaan ini akan selalu ada. Jalan rusak bak primadona di Bogor. Orang-orang berlomba untuk menjaga jalan rusak. Dengan dalih pengamanan, tarif dipasang supaya kendaraan yang lewat bisa tetap jalan.
Selain di jalanan rusak, tempat wisata berbasis alam juga jadi “kantor” yang paling banyak diminati. Alam yang seharusnya gratis juga ikut ditarif. Tentu, dalih pengamanan menjadi alasan lagi. Pekerjaan pungli di tempat wisata justru yang paling untung. Bukan karena sering banyak wisatawan, tapi karena bisa dipasang beberapa lapis.
Dari jarak 1 kilometer, wisatawan sudah dipaksa parkir dan diminta membayar harga yang cukup untuk makan di warteg seminggu. Setelah itu, ada lagi di “gerbang masuk” yang mengaku pengelola resmi.
Sudah? Belum! Ada lagi saat hendak berfoto di tempat ramai. Per kepala bisa keluar sampai 200 ribu. Tinggal kalikan saja, ada berapa ratus orang yang datang ke tempat tersebut setiap harinya.
#2 Penjual jas hujan karena di Bogor nggak pernah nggak hujan
Bogor adalah Kota Hujan. Turunnya hujan di sini adalah sebuah keniscayaan. Dengan curah hujan yang tinggi, setiap hari hujan selalu turun di Bogor. Walau matahari sedang terik-teriknya, pasti selalu saja ada hujan di Bogor, meski hanyalah hujan lokal yang hanya turun di satu kecamatan.
Karena kondisi tersebut, menjual jas hujan adalah opsi yang menguntungkan. Pengendara motor di Bogor yang selalu kehujanan akan selalu membutuhkan jas hujan. Baik itu jas hujan kresek atau yang bagus.
Saya pernah iseng tanya kepada tukang jas hujan di pinggir jalan raya, setiap hujan ia bisa mengantongi minimal 200 ribu. Itu hanya dari jas hujan kresek. Jas hujan kresek, meski mudah rusak, tetap menjadi idaman orang-orang yang malas beli jas hujan tapi tetap nggak mau kehujanan.
#3 Makelar tanah untuk villa
Bogor adalah destinasi wisata paling dekat untuk orang-orang di wilayah sekitarnya, khususnya orang-orang Jakarta. Dingin, asri, dan tentu saja villa yang nyaman. Karena hal itu, banyak yang membangun properti di Bogor untuk disewakan. Nah, orang-orang yang mau bangun properti di Bogor ini butuh orang yang menjual tanah.
Di sini prospek bisnisnya. Makelar tanah untuk villa jadi pekerjaan yang nggak butuh modal banyak. Cukup relasi, kenal dengan pemilik tanah dan orang yang mau beli, ditambah mulut manis agar deal terjadi. Voila, kamu sudah berhasil dapat komisi yang besar.
#4 Juragan angkot, transportasi serba guna kesukaan warga Bogor
Selain dikenal sebagai Kota Hujan, Bogor juga dikenal sebagai Kota Seribu Angkot. Julukan yang disematkan karena memang angkot begitu banyak di sini. Walau sudah ada Biskita sebagai moda transportasi alternatif yang nyaman, angkot masih menjadi primadona untuk warga Bogor.
Beroperasi hampir 24 jam, bisa disewa untuk keperluan pribadi, sampai masuk ke rute-rute kecil yang jalannya jelek. Angkot sudah menjadi nadi kehidupan warga Bogor. Semua manusia di Bogor pasti membutuhkan angkot. Suka tidak suka.
Meski harus keluar modal agak besar, tapi cukup dengan 2 angkot saja, penghasilanmu sudah cukup. Bahkan, bisa dikatakan sebagai pemasukan pasif. Kamu tinggal ongkang-ongkang kaki dan menunggu setoran saja. Belum lagi dengan penjual di pasar yang butuh angkot untuk membawa barang jualan. Saya bisa bilang begini, karena tetangga saya saja bisa punya rumah dan menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi.
Jadi gimana? Mau coba pindah ke Bogor dan punya pekerjaan seperti di atas? Silakan kalau kuat mental~
Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Hal yang Wajar di Bogor, tapi Tidak Lumrah di Jakarta.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
