Rumah makan Padang jadi pilihan teratas bagi banyak orang. Rasa yang otentik, khas, dan kaya rempah khas Minang jadi daya tarik utamanya. Makanan yang terpajang di etalase kaca memang begitu menggoda.
Saya adalah satu dari banyak orang yang akhirnya pergi ke rumah makan Padang kalau bingung cari makanan. Tapi begini, menurut saya, dari banyaknya masakan padang, ada beberapa makanan yang berstatus sebagai lauk, sebaiknya dihindari. Alasannya karena memenuhi 2 aspek, pertama rasa yang aneh, tampilan yang gak estetik, dan soal kandungan gizi alias kesehatan.
Okelah kalau masalah gizi atau kesehatan, makanan minang yang dominan minyak dan bersantan itu punya isu tersendiri mengenai kolesterol. Tapi, kalau makanannya juga punya masalah dengan rasa sekaligus tampilan, saya rasa makanan tersebut perlu dihindari. Berikut 4 makanan yang saya maksud:
#1 Gulai tambusu (usus sapi isi)
Lauk pertama yang menurut saya nggak recomended adalah gulai tambusu. Kalau kalian masuk ke rumah makan Padang, terus lihat di etalase bagian depan ada makanan berbentuk panjang melingkar berwarna kuning, itulah yang disebut gulai tambusu.
Bagi saya bentuknya yang memanjang dan melingkar itu aneh. Apalagi warna kuning. Panjang, melingkar, dan warna kuning, membuat pikiran saya mengarah pada sesuatu yang gak mau saya sebutkan. Kalian pasti tahu lah. Jadi secara tampilan, makanan ini seperti tidak ramah untuk dimakan.
Dari segi rasa, makanan ini memang gurih karena kuah santan dan rempah. Tapi, mohon maaf, tekstur isiannya lembek bercampur aroma khas usus menimbulkan rasa agak “enek”. Dua kali saya memaksakan diri makan lauk ini di rumah makan pada yang terkenal, tetap aja, nggak cocok di lidah saya.
Kemudian soal kesehatan, ya tahu sendiri lah. Usus sapi itu kan organ dalam yang mengandung kolesterol tinggi dan lemak jenuh. Ditambah lagi proses masak dengan santan kental menambah kalori serta lemak jenuhnya. Tentu saja itu bikin tinggi risiko kena penyakit jantung jika dikonsumsi terus-terusan.
Baca halaman selanjutnya: Gulai jariang (jengkol)…
#2 Gulai jariang (jengkol)
Gulai jariang adalah makanan yang cukup sekali saya coba dan nggak akan saya coba lagi seterusnya. Sebab, dari segi rasa, legit, dan gurihnya nggak sebanding dengan aroma menyengat dari jengkolnya tersebut. Apalagi kalian masuk ke rumah makan padang yang gak mahir mengolahnya atau diolah kurang sempurna. Paling menyebalkan adalah after taste-nya. Aroma mulut dan napas jadi macam comberan.
Dari segi tampilannya pun gulai jariang nggak menarik sebagai makanan. Sebab, warna coklat kusamnya terlihat tidak menggugah selera. Kalau dari sisi kesehatan, jengkol itu kan tinggi purin ya, akan bermasalah tuh bagi penderita asam urat. Udah gitu ditambah santan kental yang berminyak. Kombinasi aduhai untuk menciptakan masalah pada tubuh.
#3 Gulai babat
Masih dalam famili pergulaian, masakan ketiga adalah gulai babat. Mungkin saya termasuk golongan orang apes yang makan gulai babat pertama kali dan dapatnya berbau amis dan langu. Apalagi kalau bumbunya tidak meresap sempurna ke babatnya, jadi rasanya bener-benar nggak enak. Oleh sebab itu, makanan ini sering saya hindari ketika masuk ke rumah makan padang. Masih ada masakan minang lainnya yang lebih menggugah selera ketimbang makanan satu ini.
Dari segi tampilan, gulai babat ini kan berlapis-lapis dengan pori-pori besar, sehingga membuat orang yang belum terbiasa pasti agak geli merinding gitu. Terlebih warna pucat-kekuningan dari kuah gulai membuatnya terlihat “berat” dan berminyak. Ibarat kolesterol sudah melambai-lambai ketika melihat makanan satu ini.
#4 Paru goreng kering
Masakan atau lauk keempat yang perlu dihindari adalah paru goreng kering. Kadang mendapati makanan satu ini rasanya renyah dan gurih, tapi nggak jarang juga mendapatinya versi yang terlalu kering. Jadinya alot dan susah dikunyah. Apalagi kalau digoreng terlalu lama, samar-samar ada rasa pahit yang muncul ketika dikunyah.
Dari sisi tampilan, paru goreng kering ini terlihat kering kusam, ada juga yang terlalu gelap dan hampir hitam. Berasa kayak bukan melihat makanan gitu. Makanya saya lebih sering memilih kerupuk dari pada makanan satu ini. Harga kerupuk jauh lebih murah. Kan fungsinya sama aja toh?
Terlebih, dari segi kesehatan kolesterol paru goreng cukup tinggi. Apalagi ditambah dengan minyak goreng yang memicu munculnya minyak trans.
Itulah beberapa lauk dari rumah makan Padang atau minang yang perlu dihindari. Masakan minang itu banyak, masak harus terjebak dan mengultuskan salah satunya? Kritik boleh dong?
Semua ini memang preferensi pribadi, tapi preferensi itu berdasarkan temuan yang empiric. Mau setuju silakan, kalau nggak setuju, saya nggak peduli. Tapi, yang jelas, ini nggak mengurangi kedoyanan saya terhadap masakan Minang yang lain.
Prinsip saya sih, kalau ada beberapa masakan yang sama-sama punya potensi kolesterol, ya saya akan memilih masakan yang setidaknya bisa saya nikmati dan puas ketika selesai memakanannya.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Alasan Orang Jogja Malas Kulineran Bakmi Jawa Pak Pele yang Jadi Favorit Wisatawan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
