Kuliner Jogja yang beragam menjadi salah satu daya tarik wisata. Selain mendatangi tempat-tempat wisata yang ikonik, wisatawan biasanya menjajal kuliner lokal atau kuliner viral. Nggak heran, dari tahun ke tahun, Jogja selalu menarik untuk dikunjungi.
Saya sudah beberapa kali menemani temanteman dari luar daerah yang ingin kulineran di Jogja. Saya salut dengan semangat mereka mengeksplorasi panganan lokal. Sekalipun panganan itu kurang cocok di lidah mereka, mereka tetap dengan senang hati mencobanya. Nah, di bawah ini beberapa kuliner Jogja yang kurang cocok di lidah mereka.
#1 Gudeg
Gudeg makanan khas Jogja paling ikonik. Panganan yang satu ini begitu mudah ditemukan di Jogja, baik varian gudeg basah maupun gudeg kering. Harganya pun beragam ada yang ramah di kantong, tapi tidak sedikit pula yang menguras dompet.
Varian apapun itu, kebanyakan wisatawan tidak cocok dengan gudeg karena cita rasanya yang cenderung manis. Sebagai warga lokal, saya merasa tidak ada yang salah dengan panganan lokal ini. Di lidah saya semuanya pas. Rasa manis, gurih, dan pedas-pedas krecek berpadu dengan sempurna.
Akan tetapi, perpaduan itu ternyata tidak dirasakan oleh kawan-kawan saya yang berasal dari luar kota. Selalu saja di lidah mereka rasa manis lebih terasa daripada rasa-rasa lain. Sementara, kebanyakan dari mereka tidak suka dengan rasa manis.
#2 Mie Letheg
Mie letheg adalah mie dengan bahan dasar tepung tapioka dan singkong yang berasal dari Srandakan, Bantul. Mie satu ini begitu khas karena bentuknya yang warna keruh kecoklatan sehingga tampak kurang menarik diolah menjadi panganan. Namun, jangan salah, tampilan yang kurang menarik itu sebenarnya hasil dari proses yang alami alias tanpa pewarna dan pengawet.
Bagi orang luar kota yang baru pertama kali mencicipi olahan mie letheg, mereka mungkin kurang percaya dengan tampilannya. Setelah mencicipinya, beberapa suka atau setidaknya doyan olahan. Dari segi rasa, menurut saya tidak ada bedanya dengan mie pada umumnya. Hanya saja, teksturnya memang sedikit berbeda, lebih kenyal. Beberapa teman terlanjur terpengaruh dengan tampilan mie letheg sehingga kurang menyukai rasa makanan yang berbahan berbahan dasar mie tersebut.
#3 Gatot
Camilan berbahan dasar singkong ini bisa dengan mudah kalian temukan di penjual getuk dan tiwul. Camilan tradisional yang berasal dari Gunung Kidul ini tidak hanya populer di Jogja, pamornya sudah sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, kalau mau merasakan gatot yang benar-benar otentik, Jogja adalah tempat yang tepat.
Sebenarnya orang-orang bukannya kurang cocok dengan rasanya, tapi dengan teksturnya. Camilan satu ini punya tekstur yang lengket, belum lagi taburan kelapa di atasnya yang sering jatuh-jatuh ketika dimakan. Repotlah makan camilan satu ini. Sementara itu, beberapa kawan saya lagi-lagi mengeluhkan rasa manis yang lebih dominan di makanan ini.
#4 Walang goreng
Walang goreng alias belalang goreng termasuk kuliner ekstrem yang banyak dijajakan di Gunung Kidul. Panganan ini busa dengan mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan menuju Gunung Kidul dalam bentuk toples maupun rentengan.
Saya pernah mencicipinya dahulu, dahulu sekali. Kata orang-orang, walang goreng punya cita rasa gurih seperti camilan yang digoreng pada umumnya. Sebenarnya agak lupa bagaimana rasanya. Yang jelas, panganan itu tidak masuk di lidah saya. Kalau cocok, saya pasti sudah mencicipinya berkali-kali.
Teman-teman saya yang mampir ke Jogja ternyata juga kurang cocok dengan camilan satu ini. Memang dari rasa gurih, tidak manis seperti umumnya makanan atau kuliner Jogja, tapi kawan saya jarang ada yang doyan. Mungkin karena termasuk panganan yang aneh ya, jadi belum terbiasa.
Di atas beberapa kuliner Jogja yang kurang disukai oleh lidah wisatawan. Namun, sekali lagi, ini menurut selewa teman-teman saya ya. Bisa jadi selera wisatawan lain berbeda. Nah, menurut kalian kuliner Jogja apa yang kurang cocok di lidah wisatawan?
Penulis: Kenia Intan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Alasan Orang Jogja Malas Kulineran di Kopi Klotok
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.