Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

4 Kosakata Bahasa Jawa yang Sering Salah Penggunaannya

Ahmad Rizky Wahyudi oleh Ahmad Rizky Wahyudi
5 Agustus 2021
A A
4 Kosakata Bahasa Jawa yang Sering Salah Penggunaannya terminal mojok.co

4 Kosakata Bahasa Jawa yang Sering Salah Penggunaannya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kosakata bahasa Jawa umumnya dipahami orang Jawa sejak kecil saat diajari orang tua mereka. Kosakata ini biasanya digunakan dalam interaksi sosial, kepada guru, teman, tetangga, pacar, tukang sayur, mertua, dll.

Jika ada pernyataan yang menjelaskan bahwa orang Jawa itu terkenal kaya akan perbendaharaan kata, itu nggak salah, kok. Bahkan saking kayanya, terkadang mereka kebingungan dalam membedakan mana kosakata yang benar dan mana yang salah. Peristiwa semacam ini sangatlah marak terjadi pada mayoritas masyarakat Jawa.

Lalu, apa permasalahan yang ditimbulkan? Banyak masyarakat Jawa yang sering salah dalam memakai kosakata bahasa Jawa saat berkomunikasi lalu mengakibatkan konteks percakapannya terkesan aneh dan bahkan nyleneh. Kesalahan tersebut berupa kesalahan pelafalan dan kesalahan penggunaan. Contohnya seperti berikut ini.

#1 Nuwun atau suwun?

Dalam kosakata bahasa Jawa, jika kita ingin berterima kasih kepada orang lain, kita hanya perlu mengucapkan “nuwun”, atau jika ingin lebih sopan lagi, bisa menggunakan “matur nuwun”, dan jika ingin yang lebih sopan lagi bisa menggunakan “matur nembah nuwun”.

Namun, banyak orang Jawa, termasuk yang di daerah saya (Jember Selatan), lebih familiar dengan kosakata “suwun” dan “matur suwun”. Padahal, “suwun” adalah kata dasar yang kalau dalam bahasa Indonesia artinya “minta”. Ini jelas nggak sesuai dengan konteks percakapan semula, yang mana kita ingin berterima kasih, jadi malah terkesan mengucapkan kata yang bermakna “minta”.

Kosakata “nuwun” dan “suwun”, memang hanya berbeda pada huruf awalnya saja, tapi keduanya memiliki arti yang berbeda pula. Nggak bisa dong dipakai seenaknya sendiri! Ora bisa digawe sapenake udele!

Ada lagi, kemarin saat saya ngopi di warung daerah Jember Utara, saya denger bapak pemilik warung tersebut bilang “kesuwun” kepada pelanggannya setelah membayar kopi. Meskipun sama-sama di Jember, tapi saya masih merasa asing dengan kosakata tersebut. Setahu saya, dalam ilmu morfologi Jawa, awalan “ke-” berfungsi sebagai imbuhan dalam verba pasif yang menerangkan tindakan tanpa disengaja, seperti: kesandhung (tersandung); kegawa (terbawa); ketunjang (tertabrak); dll. Tetapi untuk “kesuwun”? Embuh, lah!

#2 Nuwun sewu atau nyuwun sewu?

Kalau kosakata ini, sih, memang sedari dulu semua masyarakat Jawa sangat notice dan familiar banget kali, ya. Kosakata ini berperan besar untuk menunjukkan etika kita kepada orang lain dan umumnya digunakan sebagai simbolisasi rasa sopan santun, misal ketika kita hendak lewat di depan orang tua.

Baca Juga:

Konten tidak tersedia

Lalu, jika ditanya mana yang benar: “nyuwun sewu” atau “nuwun sewu”, jawabannya adalah “nuwun sewu”.

“Nuwun sewu” (permisi) itu tergolong satu kesatuan frasa yang mana kedua kata di dalamnya saling melengkapi, dan jika salah satu katanya dikurangi atau diganti, dapat menimbulkan makna baru. Kalau dalam ilmu bahasa Jawa frasa ini disebut camboran.

Permasalahannya, banyak sekali masyarakat Jawa yang mengganti kata “nuwun” dengan “nyuwun” (meminta) yang pada akhirnya menjadi “nyuwun sewu” (meminta seribu). Saya khawatir saja, sih, jika ada yang mengucapkan “nyuwun sewu” kepada seseorang yang paham betul tentang bahasa Jawa, malah jadi miskom kayak gini,

A: “Pak, nyuwun sewu….” (Pak, minta seribu)

B: “Ora duwe sewu! Duweku limang ewu!” (Nggak punya seribu! Punyanya lima ribu!)

#modyar

#3 Wilujeng atau sugeng?

Wilujeng dalu, Kang. Eh, maksudku sugeng dalu. Eh, rak ya padha wae, ta?

Pada kedua kosakata ini, mayoritas masyarakat Jawa menyikapinya dengan menganggap semuanya sama. Padahal, meski kedua kata tersebut sama-sama berarti “selamat”, tapi secara fungsional, penggunaannya dibedakan.

Untuk “wilujeng”, berfungsi sebagai adjektiva yang cocok kalau dipakai dalam model percakapan seperti ini,

“Sokur bage sampeyan teka kene kanthi wilujeng.” (Syukurlah Anda datang ke sini dengan selamat)

Nah, kalau kata “sugeng”, cocok dipakai pada kalimat ucapan selamat. Contohnya begini, sugeng dalu (selamat malam), sugeng mahargya ariyadi fitri (selamat merayakan idulfitri), dll.

Jadi, jangan dibolak-balik, ya, Gaes!

#4 Lintu atau sanes?

Kalau dalam bausastra Jawa, “lintu” adalah ragam krama dari kata “ijol” (tukar). Sedangkan “sanes’ adalah ragam krama dari kata “liya” (lain) dan “dudu” (bukan). Lalu, apa permasalahannya?

Terkadang, mayoritas masyarakat Jawa lebih memahami kata “lintu” sebagai ragam krama dari kata “liya” (lain) dan sedikit dari mereka yang menyadari kalau arti dari kata yang mereka gunakan selama ini salah. Kesalahan penggunaan seperti ini menjadikan maksud percakapan menjadi tidak sesuai konteks. Misalnya gini.

“Nuwun sewu Pak Pulisi, kula namung gadhah arta sementen, arta kula lintuni pun taksih dipunasta ibuk kula.”(Permisi Pak Polisi, saya hanya memiliki uang segini, uang saya tukarnya masih dibawa ibu saya).

Gimana? Rancu sekali, kan, maksud sebenaranya dari anak kalimat yang disisipi kata “lintu”? Kata “lintu” pada kalimat tersebut seharusnya diganti kata “sanes” supaya maksud pembicaraan dapat tersampaikan secara benar. (Arta kula sanesipun = uang saya lainnya).

Kemudian, untuk kata “lintu”, cocok dipakai jika kalimatnya seperti ini.

“Nuwun sewu, Bu, kula badhe lintu arta.” (Permisi Bu, saya hendak tukar uang).

Nah, dari sini, dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman bahasa sangatlah wajar terjadi apabila penutur bahasa itu sendiri bersifat heterogen. Perbedaan bukan menjadi penghalang bagi kita untuk terus mempelajari bahasa daerah di tengah gempuran era globalisasi saat ini. Memang bahasa daerah bukanlah sesuatu yang berurgensi tinggi. Namun, sebagai insan muda yang seharusnya peduli terhadap kelestarian budaya, kewajiban dalam mempelajari bahasa daerah sudah menjadi tanggungan bagi kita bersama.

Salam bahasa! Salam budaya!

BACA JUGA Panduan Dasar Bahasa Jawa yang Solo Banget dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: bahasa Jawa. nusantara Terminal
Ahmad Rizky Wahyudi

Ahmad Rizky Wahyudi

Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra. Kaum insomnia yang rajin overthinking sama tulisannya sendiri.

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.