At a Distance, Spring is Green menawarkan cerita yang berbeda.
Kuliah. Sebuah kegiatan mencari ilmu di perguruan tinggi yang memicu euforia ketika seseorang sedang segar-segarnya menjadi seorang mahasiswa. Setelah bertahun-tahun merasakan bangku kuliah dan sudah berada di ambang semester tua, keceriaan tadi katanya akan berubah menjadi keinginan untuk jadi manten saja.
Sewaktu SMA, banyak pelajar yang pengin cepat-cepat lulus dan lanjut kuliah karena merasa bahwa kuliah lebih selo, bisa mendalami ilmu yang diinginkan, dan bisa mengharapkan adanya bumbu-bumbu cinta selama 4 tahun belajar. Sayang sekali, bayangan semacam itu cuma ada di FTV. Kenyataannya, mahasiswa malah lebih sering merasakan betapa sulitnya kuliah. Drama Korea yang tayang di KBS, At a Distance, Spring is Green ikut menggambarkan kehidupan mahasiswa yang nggak jauh-jauh dari sambat dan stres. Dari sekian banyak adegan yang memperlihatkan kesulitan itu, saya pilih 4 kisah yang mungkin relate dengan kehidupan kita sebagai mahasiswa di Indonesia.
#1 Nggak ada waktu untuk bersantai
Nggak semua mahasiswa punya privilese untuk nyadong minta dibayarin UKT tiap ditagih kampus. Ada banyak mahasiswa di luar sana yang perlu berjuang untuk bisa melanjutkan studinya. Beberapa orang yang saya kenal memilih kerja part time di kala senggang. Ada yang bantu jaga kafetaria saat nggak ada kelas, ada yang kerja di warkop pas akhir pekan, ada juga yang kerja serabutan dengan memanfaatkan internet. Intinya, waktu luang yang umumnya dipakai buat rebahan atau pacaran, mereka manfaatkan buat mencari penghasilan.
Sama seperti Nam Soo Hyun dalam At a Distance, Spring is Green yang kerja part time sampai jatuh sakit. Demi bisa membiayai kuliahnya sekaligus ngebayarin kos-kosan buat adiknya, Nam Soo Hyun rela waktu istirahatnya “dirampas”. Semua kerja part time pernah ia jalani. Makanya nggak heran kalau ia keliatan capek, gampang emosi, dan kelewat hemat karena baginya, dia sudah merasakan gimana capeknya cari duit.
#2 Kurang gizi
Sebagai mahasiswa yang sibuk kuliah-kerja-kuliah-kerja dan eman-eman sama tabungannya, Soo Hyun sering banget nggak memperhatikan pola makan dan gizinya. Bahkan untuk urusan perut, Nam Soo Hyun rela cuma makan onigiri dan Pocari Sweat buat menu sehari-harinya. Ketika teman-temannya ngajakin dirinya buat ditraktir, dia juga sering kali menolak dengan alasan harus berangkat kerja part time.
Kalau melihat sebagian anak kos, kadang kala mereka nggak jauh beda dengan Soo Hyun. Mi instan dan kopi jadi makanan sehari-hari. Alasannya bermacam-macam, ada yang nggak sempat masak, harus melek untuk mengerjakan tugas, sampai uang bulanan yang sudah menipis. Untuk yang alasan nggak sempat mengolah makanan sendiri, masih agak mending sekarang ada layanan pesan antar makanan yang cuma tinggal klik dan bayar, makanan langsung ada di hadapan. Kalau kuliah masih offline pun terkadang kampus menyediakan berbagai macam makanan enak nan bergizi melalui acara seminar atau Dies Natalis. Acara-acara semacam ini yang menjamin terpenuhinya gizi anak kos.
#3 Insecure dan overthinking 24/7
Kim So Bin, mahasiswi semester tua yang sebenarnya nggak malas-malasan dan rajin nambah pengalaman lewat kerja part time sebagai tutor dan jadi asisten penelitian dosen, mulai merasa insecure karena Curriculum Vitae-nya masih begitu-begitu saja. Ia merasa dirinya kurang pengalaman dan exposure selama kuliah. Persaingan yang ketat dengan mahasiswa lain bikin dia sering kali merasa ciut.
Saya rasa mahasiswa itu sering banget insecure dan overthinking. Saya pun begitu. Persiapan ujian, pusing. Mikirin IPK, stres. Lihat LinkedIn dan CV punya teman, insecure. Teringat masa depan mau ngapain, overthinking. Apalagi makin dekat dengan wisuda, mahasiswa makin sering dan hebat overthinking-nya. Apalagi di masa pagebluk Covid-19 ini mahasiswa semester tua nggak hanya overthinking setelah lulus mau kerja apa, melainkan mikirin apakah lowongan kerjanya ada. Banyak perusahaan gulung tikar atau melakukan perampingan jumlah karyawan bikin kami sering mikir jero.
#4 Kelas kosong tanpa pemberitahuan
Siapa yang pernah berangkat kuliah terburu-buru tapi sampai di kelas, ternyata dosennya nggak hadir? Di drama At a Distance, Spring is Green pun mahasiswanya juga merasakan nyeseknya kelas kosong setelah sampai di kampus. Nam Soo Hyun (dia lagi, dia lagi) adalah mahasiswa yang kudu berangkat pagi karena dia perlu naik kereta bawah tanah dan bus umum buat sampai ke kampus. Dia nggak ada privilese naik motor pribadi untuk sampai ke kampus kayak kita, Mylov. Nam Soo Hyun sudah berangkat pagi-pagi, berdesakan di kereta sambil nahan kantuk, dan antre di shelter bus, tapi rupanya kelas dibatalkan.
Saya beberapa kali mengalami hal ini, terutama di kelas pagi. Tapi saya masih mending karena jarak antara rumah dengan kampus nggak sampai 5 km. Berbeda halnya dengan teman saya yang rumahnya di pesisir pantai selatan dan terbiasa berangkat pagi-pagi banget demi kuliah di Depok, Sleman. Biaya transpor yang harus ia keluarkan tiap harinya jadi terbuang sia-sia apabila kelas dibatalkan sementara dia sudah sampai di kampus. Kalau sejak awal sudah dikasih tahu kalau kelasnya kosong, kan, mahasiswa malah senang. Tapi kalau sudah sampai di kampus baru ada pemberitahuan dosen nggak bisa hadir mengajar, yang ada kami mutung.
Tapi sesulit apa pun, masih mending karakter dalam drakor At a Distance, Spring is Green ini. Drama masa-masa kuliah mereka masih ada genre romance-nya. Kalau saya, genre romance di kehidupan perkuliahan cuma sekelebat kayak tukang tahu lewat di depan rumah yang kalau dipanggil nggak berhenti.
Sumber Gambar: YouTube iQIYI K-Drama
BACA JUGA Drama Korea pada 2000-2010 yang Berhasil Bikin Kita Terserang Korean Wave dan tulisan Noor Annisa Falachul Firdausi lainnya.