Alih-alih menyeramkan, wahana rumah hantu sekarang malah bikin pengunjung bertanya-tanya, “Gini doang?”. Nggak ada serem-seremnya blas!
Di wahana bermain, kita akan menemukan beraneka macam permainan. Bagi yang suka berpacu dengan adrenalin, permainan seperti kora-kora, tornado, ontang-anting, roller coaster, dkk., bisa jadi pilihan. Wahana tersebut sering kali jadi rebutan karena dianggap seru. Meskipun demikian, sampai detik ini saya nggak mengerti di mana letak keseruannya. Mual dan pusing sih iya.
Nah, selain permainan yang menguji adrenalin, di wahana bermain juga ada wahana yang dapat menguji nyali, yaitu rumah hantu. Dulu, saya sempat maju mundur masuk wahana ini. Dalam benak saya, wahana ini bakal sangat menakutkan. Bisa-bisa, saya bakalan sulit tidur karenanya.
Namun rupanya saya salah. Wahana rumah hantu, terutama yang dibuat dadakan seperti yang ada di pasar malam, benar-benar jauh dari kata seram.
Daftar Isi
#1 Belum juga merinding, tau-tau sudah ending
Kesalahan pertama yang biasa ada di wahana rumah hantu adalah rutenya yang terlalu pendek. Ini jelas kesalahan yang sangat fatal. Sepertinya pengelola rumah hantu modelan begini lupa bahwa rasa takut nggak datang tiba-tiba. Seperti jenis perasaan lain yang dimiliki manusia, rasa takut juga muncul karena dibangun. Nah, kalau rutenya pendek? Mana bisa? Belum juga merinding, tau-tau sudah ending.
Gara-gara rute yang terlalu pendek ini pula, rumah hantu lebih tepat disebut rumah kaget. Horornya hanya sebatas hantu yang tiba-tiba muncul, sehingga pengunjung berteriak. Jadi, teriaknya gara-gara kaget, bukan teriak karena takut. Pantas saja jika ada larangan bagi penderita penyakit jantung untuk masuk ke wahana ini.
#2 Terlalu banyak pengunjung diperbolehkan masuk ke dalam rumah hantu. Mau demo?
Kesalahan fatal berikutnya dari wahana rumah hantu muncul dari kegagalan pengelola dalam mengatur jumlah pengunjung. Bayangkan, demi meraup cuan, ada saja pengelola yang nggak membatasi jumlah rombongan yang masuk. Hasilnya dalam satu rombongan bisa lebih dari 15 orang yang masuk. Duh, ini mau masuk ke rumah hantu apa mau demo? Banyak bener.
Padahal wahana ini kan beda dengan konser yang makin banyak orangnya makin seru. Justru masuk ke dalam rumah hantu lebih asyik kalau nggak terlalu banyak orang. Pasalnya, jika terlalu banyak orang yang masuk, hantunya sudah ke-spill duluan oleh mereka yang ada di barisan paling depan. Akhirnya, yang kaget hanya pengunjung di barisan depan. Pengunjung bagian tengah hingga belakang hanya kebagian hikmahnya.
#3 Sound effect wahana rumah hantu monoton, ayo dong lebih kreatif!
Terakhir, kesalahan rumah hantu yang membuatnya gagal seram adalah penggunaan sound effect yang terlalu monoton. Umumnya, sound effect yang dipakai di wahana rumah hantu adalah suara tawa hantu perempuan. Dalam kondisi tertentu, suara ini memang menakutkan. Namun ketika suara tersebut diputar berulang-ulang, dari awal masuk hingga pintu keluar, bukannya bikin takut, malah bikin bosan.
Seharusnya, pengelola wahana bisa lebih berkreasi lagi dengan suara-suara yang akan digunakan. Suara serem itu nggak cuma suara tawa hantu perempuan, lho. Ada juga suara lain yang nggak kalah serem. Misalnya suara burung hantu, suara tangis hantu perempuan, suara pintu terbuka, suara tawa anak kecil, atau suara panggilan masuk dari kantor padahal lagi cuti… Wah, horor banget itu yang terakhir.
Intinya, kurang eksplor!
#4 Hanya mengandalkan indra penglihat dan pendengar
Terakhir, wahana rumah hantu, terutama yang ada di pasar malam gagal serem karena hanya mengandalkan pengalaman lewat indra penglihat dan pendengar pengunjung. Seharusnya pengelola bisa lebih eksplor lagi dengan menciptakan pengalaman seram lewat indra lainnya. Misalnya, indra penciuman atau indra peraba.
Contohnya dengan meletakkan bunga melati di beberapa sudut sehingga pengunjung bisa mencium semripit aroma melati yang identik dengan nuansa mistik. Bisa juga dengan meniupkan udara dingin di saat-saat tertentu supaya bulu kuduk jadi merinding.
Jika wahana rumah hantu bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut, niscaya nggak akan ada lagi pengunjung yang berkomentar, “Udah? Gitu doang?”, sesaat setelah keluar wahana.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Rumah Hantu Paling Seram di Jogja.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.