Saya sudah mulai merokok sejak masih duduk di bangku kelas X SMA. Sebenarnya, banyak orang tua di luar sana yang melarang anaknya untuk merokok lantaran takut kecanduan. Berhubung lingkungan sekitar saya adalah perokok dan banyak petani tembakau di desa saya, akhirnya saya terjun juga menjadi seorang perokok pemula.
Saat menjadi perokok pemula, ada beberapa kesalahan yang sering sekali saya lakukan. Dan kesalahan-kesalahan itu jika nggak dipahami secara saksama dapat berimbas pada perokok lain yang sudah terlebih dulu terjun dalam dunia per-isap-an ini. Berikut 4 kesalahan perokok pemula yang sering dilakukan.
#1 Minta rokok ke teman
Merasakan nikmatnya isapan tembakau memang hal yang luar biasa. Bahkan setiap produk rokok punya nuansa dan rasanya masing-masing.
Saat mulai merokok dulu, saya diajak teman-teman ke sebuah warung. Seperti biasa, belum lengkap rasanya kalau di warung nggak ada kopi, gorengan, dan rokok. Saya yang awalnya hanya memesan kopi, jadi ikutan merokok lantaran melihat teman-teman saya merokok.
Hal yang nyebelin dari perokok pemula seperti saya saat itu adalah nggak mau beli rokok sendiri. Sebab, merokok hanya kegiatan selingan yang sifatnya kadang-kadang. Dulu, teman-teman saya sampai menghindari kehadiran saya di tengah-tengah perkumpulan. Soalnya kalau saya datang, pasti minta rokok mereka. Hahaha.
Sekarang saya paham, tindakan meminta rokok ini adalah kesalahan pertama yang sering dilakukan perokok pemula. Kalau sudah mulai merokok, ya pastikan punya sendiri. Jangan nyusahin orang lain gitu. Belum tentu temanmu punya cadangan rokok banyak.
“Koen iku lak wes ngerokok, tuku dhewe, Cok! Lak ancen gak gelem tuku dhewe, yowes gak usah ngerokok sisan. Nggatheli!” begitu yang sering diucapkan teman saya.
#2 Mencoba rokok berat
Setelah masuk jadi anggota perokok pemula dan jengah dengan ocehan teman-teman saya yang sering saya mintai rokoknya, saya pun memutuskan untuk beli rokok sendiri. Rokok pertama yang saya beli adalah Geo Mild dan Gudang Garam Surya. Yah, pokoknya rokok yang menurut teman-teman tongkrongan adalah rokok ringan-sedang gitu, deh. Tapi, namanya juga perokok pemula, pasti suatu ketika pengin coba-coba juga. Akhirnya saya putuskan membeli Marlboro.
Selain berat diisap, waktu itu Marlboro juga berat di kantong saya. Zaman saya masih SMA dulu, harga Marlboro sudah mencapai Rp16 ribu. Harus saya akui, itu adalah kesalahan kedua saya sebagai perokok pemula. Kalau menurut teman saya, sih, “Perokok pemula iku pertama sing ringan-ringan dhisik kayak Sampoerna, LA, atau A Satu. Ojok sing abot-abot dulu. Merokok itu ada seninya. Nggak sembarang kalir rokok pas buat perokok pemula!”
#3 Rokoknya nggak konsisten
Setelah kejadian salah beli rokok, saya akhirnya terpaksa menghabiskan satu batang Marlboro dan sisanya saya bagikan pada teman-teman yang lain. Setelah itu, saya mencoba varian rokok yang menurut saya pas untuk pemula. Kalau ada yang baru, pasti saya beli, begitu seterusnya.
Berdasarkan pengalaman sekaligus pengamatan saya, rokok pertama yang dibeli perokok pemula adalah rokok modelan ice atau menthol. Yap, saya dulu pernah mencoba LA Ice, LA Menthol, A Satu Menthol, dan rokok-rokok lainnya dengan tipe sama. Namun menurut teman saya yang sudah senior, mencoba-coba rokok seperti itu adalah sebuah kesalahan.
“Seni merokok iku yang wajib adalah konsisten. Kalau mau Surya, ya Surya terus. Lak Geo, ya Geo terus. Ojok gonta-ganti. Kalau mau merokok yang lain, pastikan dulu isi kantongmu, jam terbangmu, sama kenikmatannya.” begitu kata blio.
#4 Nggak tahu tempat
Kesalahan terakhir ini mungkin masih sering dilakukan perokok senior juga, tapi kebanyakan memang dilakukan perokok pemula. Yap, nggak ngerti panggon. Dulu, saya pun begitu. Ketika berkendara, nyalain rokok. Ketika berada di tempat umum, nyalain rokok. Bahkan di sekolah pun, nyalain rokok di WC sekolah. Hadeh, jangan ditiru, ya, Gaes. Sebagai perokok atau orang yang baru mula merokok, kita harus tahu situasi, kondisi, dan tempat. Ojok kok nak sembarang tempat iku digawe ngerokok. Oke?
Nah, itulah 4 kesalahan yang sering dilakukan perokok pemula. Merokok memang nikmat, tapi kalau 4 hal di atas nggak diperhatikan, yawes wassalam. Kalau kata teman saya tadi, “Merokok itu ada seninya, dan kesalahan-kesalahan itu bukan seni merokok.”
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Intan Ekapratiwi