Sebagai orang yang tinggal di Jakarta Timur sejak kecil, saya merasa memiliki ikatan emosional karena sudah lama hidup di sini. Meskipun lahir di Magelang lalu pindah ke Bekasi dulu, sejak berumur tiga tahun hingga sekarang saya hidup di Jakarta Timur sampai hari ini.
Dua hari yang lalu, ada akun Twitter bernama @suaminyaseulgi yang membandingkan Bandung dan Yogyakarta, saya jadi berpikir untuk membandingkan Kota Jakarta Timur dengan kota Jakarta lainnya. Sebab, banyak orang yang memandang sebelah mata dan malah menganggap Jakarta Timur adalah Bekasi. Ya kali kota disamain sama planet.
Jika berbicara tentang Jakarta, orang akan menyebutkan hal-hal yang hanya bisa ditemui di Jakarta Selatan. Pusat, dan Barat, yang punya pencakar langit sebagai identitas kota metropolitan. Padahal, citra dan ciri khas masing-masing kota yang membuat Jakarta menjadi keragaman dalam satu provinsi. Sebagai orang yang hidup di Jakarta Timur sedari kecil sampai punya KTP, saya akan beritahukan apa kelebihannya Jakarta Timur dibandingkan Jakarta lainnya.
Wilayah terbesar di DKI Jakarta
Kita mulai secara geografis dahulu. Jakarta Timur itu adalah wilayah administratif paling besar dan luas dibandingkan dengan Jakarta lainnya. Jakarta Timur membentang mulai dari utara bersanding dengan Marunda, sampai Selatan yang bersanding dengan Jagakarsa dan sekitarnya.
Lebih asri
Jika kalian berpikir Jaktim itu gersang dan penuh industri, kalian pasti hanya melihat wilayah Pulo Gadung dan sekitarnya saja, kan. Coba melipir ke arah agak selatan. Wilayah sepanjang BKT dari Pondok Kopi sampai Cipinang itu masih asri dan hijau, pepohonan sepanjang BKT dan perkampungan warga di sekitarnya masih banyak pohon. Kayak bukan Jakarta, tapi di Jakarta.
Tidak kumuh dan padat penduduk
Dibandingkan dengan Jakarta lainnya, wilayah Timur tidak terlalu padat penduduk dan masih renggang perumahan penduduknya. Jalanan masih luas di dalam perkampungan, dan tidak terlalu banyak gedung tinggi. Kalau di Jakarta lain, di balik gedung-gedung tinggi pencakar langit ada perkampungan yang jalannya kadang hanya muat satu orang dan satu motor. Belum lagi di bawah jalur KRL penuh dengan perkampungan yang sangat padat. Jakarta Timur nggak seperti itu. Jaksel, Jakbar, dan Jak-jak lain can’t relate.
Fasilitas publik yang lengkap
Jakarta Timur memang tidak ramai, tidak dipenuhi gedung tinggi, mall, dan tempat gaul ala Jakarta. Tapi fasilitas publik yang dimiliki justru lebih baik dibandingkan lainnya. Mulai dari transportasi, kesehatan dan pendidikan. Untuk moda transportasi, mulai dari kereta ada stasiun Jatinegara sebagai stasiun yang berfungsi tidak hanya sebagai stasiun KRL yang aksesnya sampai ke Cikarang, tapi juga berfungsi sebagai stasiun kereta api antar provinsi yang datang dari luar Jabodetabek.
Lalu ada terminal bus Pulo Gebang yang konon katanya terbesar di Asia Tenggara. Sekilas malah terlihat seperti bandara. Lalu di transportasi udara ada bandara Halim Perdana Kusumah, sebagai orang Jakarta yang baik apakah kalian tahu kalau bandara Soekarno-Hatta itu bukan di Jakarta melainkan di Tangerang? Eh, nggak tahu?
Belum lagi yang masih dalam tahap pembangunan, mulai dari LRT Cawang yang nanti jalurnya sampai Bogor dan kereta cepat Bandung-Jajaran dengan simpul di Halim. Banyak rumah sakit di Jakarta Timur. Di daerah saya, Duren Sawit, ada RS Duren Sawit milik daerah dan ada RS swasta juga macam RS Islam Pondok Kopi, RS Harum, dan lainnya.
Untuk pendidikan, banyak sekolah negeri atau swasta bertebaran di Jaktim. Kampus pun demikian, ada UNJ (Universitas Negeri Jakarta) di Jaktim.
Jakarta Timur punya segala keragaman yang seharusnya dimiliki ibukota. Bukan berarti daerah lain tidak sebanding, hanya saja saya merasakan kelebihan tersebut sedari kecil. Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tulis, seperti budaya Betawi, tapi jadi panjang banget nanti.
Tulisan ini saya buat untuk memberi informasi yang jarang diketahui tentang Jaktim agar tak melulu dianggap jauh, gersang, penuh industri dan lainnya. Sebagai warga Jaktim, saya sampaikan pesan bahwa entah di belahan Jakarta mana kita berada, kita satu jua.
Sekali lagi, Jakarta Timur bukan Bekasi.
BACA JUGA Membayangkan Kehidupan dan Kematian dalam Lagu Putih-nya Efek Rumah Kaca dan tulisan Nasrulloh Alif Suherman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.