Belakangan ini lari menjadi olahraga yang begitu ngetren di Bandung. Bagaimana tidak? Banyak acara besar yang berisikan olahraga lari diadakan di Kota Kembang ini. Misalnya saja event Pocari Sweat Run Indonesia, Bandung City Run, dan juga Bandung Color Run Festival. Adanya acara lari yang cukup besar diadakan di Kota Bandung memicu banyak warga untuk mulai membiasakan olahraga yang cukup sederhana ini.
Lihat saja beberapa trek lari atau GOR yang ada di Kota Bandung kini tak pernah sepi pengunjung. Beberapa kali saya dan keluarga ingin berlari di trek yang sudah disediakan, misalnya saja di lapangan Gasibu atau GOR Saparua, tapi tidak jadi lantaran tempatnya sudah dipadati pengunjung. Sehingga tak heran jika banyak warga, termasuk saya sendiri, yang kemudian lebih memilih berlari di pinggir jalan-jalan di Kota Bandung sambil menikmati suasana Kota Kembang ini.
Sayangnya, berolahraga lari di pinggir jalan Kota Bandung tak semata-mata lepas dari masalah. Memang sih lari di pinggir jalan Kota Bandung tak perlu merasakan pengap dan berdesak-desakkan akibat banyak orang. Namun nyatanya, banyak hal yang menghancurkan kenyamanan ketika berlari di pinggir jalan Kota Kembang ini.
Daftar Isi
Beberapa jalan di Kota Bandung tidak ramah untuk pelari, bahkan untuk pejalan kaki
Saat mencoba untuk berolahraga lari di pinggir jalan Kota Bandung, misalnya dari Dago menuju Taman Monju, terdapat beberapa jalan yang memang kurang ramah untuk pelari. Kurang ramah di sini bukan berarti tidak disediakan trek atau lintasan untuk berlari sebagaimana adanya lintasan untuk sepeda, tidak. Minimal, trotoarnya seharusnya didesain aman untuk para pelari bahkan pejalan kaki.
Misalnya saja di sepanjang jalan ini terdapat trotoar yang copot maupun rusak. Sementara sisi jalan lain, trotoar berubah menjadi tempat parkir. Bahkan di beberapa tempat yang terdapat pasar, trotoarnya dipakai orang-orang untuk berdagang. Kalau kondisi jalannya seperti itu, boro-boro nyaman, yang ada malah sulit berlari.
Melewati rintangan berupa TPS di pinggir jalan
Salah satu tujuan lari di pinggir jalan Kota Bandung adalah untuk menikmati daerah kota yang masih asri. Beberapa jalan yang saya maksud di antaranya Jalan Ir H Juanda, Jalan Dago, Jalan Siliwangi, dan Jalan Dipatiukur. Sayangnya, pemandangan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di beberapa titik membuat hancur kenyamanan berlari di pinggir jalan kota ini.
Misalnya saja ketika berlari di pinggir jalan Ir H Juanda dan Jalan Dago, terdapat tiga TPS sekaligus yang biasanya dilewati. Bukannya menyalahkan adanya TPS di pinggir jalan, tapi ya tolonglah, hal tersebut merusak kenyamanan para pejalan kaki termasuk mereka yang melakukan olahraga lari di pinggir jalan karena trek yang ada di Bandung sudah begitu padat.
Asap pembakaran yang begitu menyebalkan di Kota Bandung
Hal lain yang menghancurkan kenyamanan ketika berlari di pinggir jalan Kota Bandung adalah masih ada polusi udara di sini. Polusi tersebut antara lain disebabkan oleh manusia tidak tahu diri yang menggunakan kendaraan brong dan juga mereka yang masih saja membakar sampah di pinggir jalan.
Jujur saja, kelakuan orang-orang ini sungguh menyebalkan. Yang tadinya mau sehat dengan olahraga lari, eh malah jadi sesak karena asap dari polusi ini.
Mobil parkir sembarangan yang menghancurkan kenyamanan pelari
Di Kota Bandung, masih ada saja pengendara yang memarkirkan mobilnya secara sembarangan di pinggir jalan. Ketika ada mobil yang parkir di pinggir jalan secara sembarangan, otomatis orang yang sedang lari jadi terhalang sehingga harus mengitari jalan. Mengitari mobil yang parkir sembarangan tidak semudah yang dikira karena harus memerhatikan kendaraan yang terkadang melintas dengan begitu cepat di Bandung. Risiko keserempet!
Lari di pinggir jalan Kota Bandung memang bisa menjadi solusi mengingat trek lari yang disediakan selalu padat dan tidak begitu nyaman. Eh, tapi sama saja, ternyata banyak hal yang juga merusak kenyamanan lari di pinggir jalan Kota Bandung. Jadi, harus olahraga lari di mana lagi kira-kira?
Penulis: Handri Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bus Trans Jatim: Ekonomis dan Nyaman, tapi Nggak Ramah untuk Penumpang Pendek seperti Saya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewatĀ cara iniĀ ya.