4 Hal yang Bikin Saya Menderita Tinggal di Palembang

4 Hal yang Bikin Saya Menderita Tinggal di Palembang loker palembang tukang parkir

4 Hal yang Bikin Saya Menderita Tinggal di Palembang (Pixabay.com)

Sudah 26 tahun saya tinggal di Palembang, dan nyatanya kota ini tambah bikin saya menderita setiap harinya. Bukan bermaksud untuk menjelekkan kota sendiri, ya. Tapi faktanya emang begitulah kondisi yang ada: penderitaan demi penderitaan silih berganti datang ke kota.

Di sini, saya akan memaparkan 4 hal yang bikin saya menderita tinggal di Palembang, meski saya tinggal di kota ini hampir 3 dekade.

#1 Kabut asap di Palembang yang bikin stres

Hal pertama yang membuat saya menderita ialah kabut asap yang menerpa kota Palembang. Kabut asap ini asalnya dari Ogan Komering Ilir—sebuah kabupaten yang tidak jauh dari Palembang—yang sedang mengalami kebakaran hutan dan lahan di sana.

Sejauh ini, sekitar sebulan terakhir, warga Palembang termasuk saya sedang tidak baik-baik saja kesehatannya. Lha gimana, hari demi hari kami menghirup udara yang berganti dengan asap karhutla. Bahkan kabut asapnya pun menutupi pandangan kami sehingga sulit untuk berkendara secara leluasa.

Walau sudah memakai masker, tetap saja kabut asapnya bikin pernafasan kami jadi bermasalah. Setelah seminggu kabut asapnya terbawa angin ke Palembang, kesehatan saya pelan-pelan mulai menurun: batuk-batuk, pilek, sampai akhirnya demam tinggi.

#2 Pemalakan berkedok jaga parkir

Hal kedua yang bikin saya menderita ialah pemalakan berkedok jaga parkir. Misalnya gini, waktu itu sedang viral es teler campur es krim, dan tempat jualannya tepat di samping jalan raya yang memang bebas parkir.

Waktu awal-awal beli, emang nggak ada pemungutan uang parkir di situ. Tapi semenjak esnya tambah ramai, kok tiba-tiba ada tukang parkirnya. Malah di sepanjang deretan pagar depan Universitas Muhammadiyah Palembang itu jadi banyak pungutan parkir yang entah untuk biaya apa.

Yang bikin saya menderita adalah paksaan tukang parkirnya. Mereka ini kalau nggak dikasih pasti akan memberikan ancaman fisik. Jadi daripada disebut tukang parkir, mereka ini lebih layak dipanggil tukang palak berkedok jaga parkir.

Baca halaman selanjutnya

Tawuran terooos

#3 Tawuran remaja

Saya nggak ada masalah dengan tawuran. Pokoknya bebaslah mau orang tawuran atau nggak yang penting nggak ganggu hidup saya. Tapi masalahnya tawuran ini mengganggu: mengganggu tidur malam saya dan mengganggu perjalanan saya menuju Pasar Jakabaring Palembang.

Jadi gini. Di Jalan Radial itu sekarang sedang viral-viralnya tawuran remaja. Mulainya biasanya di waktu jam tidur saya saat di sekret organisasi. Lokasinya tepat di samping sekret organisasi saya. Ya, arena pertempuran mereka tepat di samping dinding tempat kepala saya disenderkan ketika mau tidur.

Nah, kadang tawurannya ini menjalar ke ruas-ruas jalan utama, sampai-sampai kendaraan yang mau melintas pun mesti putar balik demi menghindari ganasnya pertempuran mereka. Saya pun sering kena getahnya: saya pun harus lewat jalan yang agak jauh demi menghindari tawuran mereka.

Dan di sinilah penderitaan saya jadi bertambah: sulit tidur karena suara tawuran mereka, dan mesti menyiapkan uang bensin lebih karena harus putar balik agar bisa ke pasar untuk jualan.

 #4 Cuaca Palembang makin panas

Sudah lama tak turun hujan di Palembang (ya emang lagi musimnya sih). Ditambah dengan kabut asap yang muncul di kota. perpaduan dua hal inilah yang bikin kota makin panas.

Saking panasnya cuaca di sini, sampai-sampai membuat kasur saya mengeluarkan uap padahal kasurnya di dalam ruangan. Kipas yang saya nyalakan pun anginnya seperti tak terasa, padahal anginnya sudah yang paling kencang.

Kira-kira begitulah penderitaan saya saat tinggal di Palembang. Semoga penderitaan ini cepat berlalu dan segera memulihkan kota ini kembali agar selalu nyaman dan makin nyaman ditinggali.

Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Hal yang Paling Saya Banggakan dari Palembang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version