Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

4 Hal yang Bikin Kamu Pikir-pikir Lagi untuk Tinggal di Pinggir Laut

Taufik oleh Taufik
20 Mei 2022
A A
4 Hal yang Bikin Kamu Pikir-pikir Lagi untuk Tinggal di Pinggir Laut Terminal Mojok

4 Hal yang Bikin Kamu Pikir-pikir Lagi untuk Tinggal di Pinggir Laut (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari setelah pulang dari acara ngunduh mantu di Wakatobi, istri saya ngomong begini, “Ternyata rumahmu di Wakatobi itu bener-bener di pinggir laut, ya? Aku pikir ‘dekat laut’ yang kamu maksud itu seperti rumahku di daerah pesisir selatan Pulau Jawa. Dekat laut, tapi tetap berjarak. Entah 10 meter, 50 meter, atau bahkan 10 menit sampai 15 menit menggunakan sepeda motor.”

Terkait fakta rumah saya yang di pinggir laut ini, beberapa teman juga sering salah paham. Tentu saja tidak terkait dengan apa yang dibilang istri saya di awal paragraf tadi, melainkan lebih kepada pemahaman banyak orang tentang enaknya hidup di dekat laut.

Yah, hidup di pinggir laut memang kelihatannya enak dan punya sejuta hal bagus. Tapi, mari kita bahas apa saja hal tidak enak ketika rumahmu tidak berjarak dengan laut sama sekali. Siapa tahu hal-hal berikut membuatmu pikir-pikir lagi jika punya keinginan untuk tinggal di pinggir laut.

#1 Gelombang tinggi dan tsunami

Bayangkan, sebuah rumah berdiri tegak di pinggir laut layaknya menara mercusuar dengan gelombang—tidak terlalu tinggi—sesekali menghantam tembok hasil reklamasi. Yap, begitulah kira-kira rumah saya di Wakatobi sana. Tidak terlalu jauh dengan gambaran rumah pinggir laut yang mungkin kalian lihat di internet ketika mencari Maldives.

Walau gelombang tinggi mungkin hanya terjadi pada musim-musim tertentu, ketakutan akan datangnya gelombang itu masih juga menghantui kepala. Padahal saya telah tinggal di sana selama 20 tahun, lho.

Rawan gelombang tinggi dan tsunami (Shutterstock.com)

Ketakutan lain yang juga sering muncul jika tinggal di pinggir laut adalah ancaman tsunami. Elevasi rumah yang (rerata) tidak sampai 3 meter ketika air laut pasang adalah hal yang cukup rentan untuk ancaman bernama tsunami.

Saya kurang bisa mengingat berapa kali ketakutan mengancam warga kampung ketika isu tsunami berkembang. Tahun 1992 misalnya, setelah tsunami menerjang Flores, ada kabar bahwa tsunami akan sampai di kampung kami beberapa saat kemudian. Saat itu, orang-orang di kampung saya berduyun-duyun mengungsi ke daratan. Padahal daratannya juga elevasinya tak sampai 30 meter di atas permukaan laut.

#2 Rumah rentan rusak

Di banyak tempat, ancaman terbesar kerusakan rumah misalnya soal tanah yang labil, longsor, atau hal umum lainnya. Di kampung saya, salah satu ancaman terbesar kerusakan rumah adalah bahan baku rumah itu sendiri.

Baca Juga:

3 Hal tentang Perumahan Cluster yang Bikin Orang-orang Bepikir Dua Kali sebelum Tinggal di Sana

Ketika Ibu Rumah Tangga Bisa Membeli Rumah dari Mengumpulkan Sampah

Jadi begini, kondisi kampung yang sedikit pelosok di sebuah pulau kecil membuat orang-orang di kampung saya punya pilihan bahan baku rumah yang terbatas. Jika di beberapa daerah banyak orang menggunakan batu bata untuk tembok rumah, di kampung saya, sebagian besar orang menggunakan batako (dari campuran semen dan pasir) untuk tembok rumah mereka. Dan tentu saja batako sangat rentan dan cepat rusak akibat cuaca dan kondisi rumah yang berada di pinggir laut.

Beberapa rumah lainnya—milik suku Bajo—yang sebagian besar dibangun menggunakan bahan baku dari kayu pun mengalami kerentanan yang sama. Jadi, rumah-rumah di kampung saya pasti melakukan renovasi beberapa tahun sekali.

#3 Sampah kiriman

Sesekali orang di kampung saya membuang sampah ke laut, dan terkadang hal tersebut dianggap wajar. Lagi pula sampahnya didominasi oleh sampah organik yang masih bisa terurai.

Tiba-tiba dapat kiriman sampah plastik (Shutterstock.com)

Hal yang cukup menyebalkan tentang sampah ini adalah ketika mendapat kiriman sampah plastik dari suatu tempat yang kadang entah di mana. Ketika saya masih kecil, di saat akses ke kampung saya masih belum seramai sekarang, sekali dua kali saya menemukan bungkus makanan yang hanya bisa saya lihat di TV. Mending kalau sampah plastik itu bisa terurai, lha, kebanyakan sampah kiriman ini tidak bisa terurai.

#4 Makan dengan lauk yang selalu ikan

Hidup di pinggir laut di sebuah pulau yang terpelosok akan memaksamu untuk bertahan hidup dengan memanfaatkan apa yang ada. Akses di pulau sangat terbatas? Kalau begitu mari jadikan laut sebagai tempat mencari makanan dan mata pencaharian. Itu yang dilakukan warga kampung saya. Hampir 98 persen warga kampung saya adalah nelayan, dan sudah pasti ikan yang melimpah adalah hal biasa.

Makannya ikan melulu (Shutterstock.com)

Jika di kota saya kesulitan mendapat ikan segar dengan harga murah, di kampung, saya bahkan malas melihat ikan. Lha gimana, selama 20 tahun hidup di sana membuat saya selalu menyantap ikan pagi siang malam. Ya mblenger, Bosque. Mungkin terdengar aneh, tapi di kampung saya, harga ikan setara harga Indomie. Jangan tanya daging ayam dan sapi, ya, karena harga kedua daging itu lebih mahal dari harga ikan.

Sebenarnya, banyak hal yang bikin saya merasa hidup di pinggir laut itu sebenarnya cukup menyedihkan. Dan empat hal yang saya ceritakan di atas hanya sedikit dari sekian banyak hal tidak enaknya hidup di pinggir laut.

Penulis: Taufik
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Hanya Orang Tangguh yang Sanggup Tinggal di Dekat Sawah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2022 oleh

Tags: pinggir lautRumah
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

3 Tips Agar Rumah Tak Dibobol Maling

3 Tips Agar Rumah Tak Dibobol Maling

25 April 2022
Menyisihkan Uang demi Memasang CCTV di Rumah Bukan Ide Buruk karena Banyak Manfaatnya

Menyisihkan Uang demi Memasang CCTV di Rumah Bukan Ide Buruk karena Banyak Manfaatnya

17 Juni 2024
rayap hama furnitur kayu mojok

Perang dengan Rayap yang Tak Akan Kita Menangkan

28 Juli 2021
Rumah Pribadi Jokowi di Solo Memang Cocok Jadi Destinasi Wisata Baru Mojok.co

Rumah Pribadi Jokowi di Solo Memang Cocok Jadi Destinasi Wisata Baru

6 April 2025
Rasanya 18 Tahun Tinggal di Depan Sawah Terminal Mojok

Pengalaman Saya 18 Tahun Tinggal di Depan Sawah

16 Mei 2022
Penghuni Apartemen Pengin Tinggal di Rumah, Saya Justru Pengin Tinggal di Apartemen terminal mojok.co

Penghuni Apartemen Pengin Tinggal di Rumah, Saya Justru Pengin Tinggal di Apartemen

3 Maret 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual! Mojok.co

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

12 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.