Saat tiba musim KKN, banyak kelompok yang memamerkan prokernya. Sayangnya, berbeda dengan yang saya alami, malah ada derita dan kejadian konyol. Namun, walaupun begitu tidak menjadi persoalan serius bagi saya, justru kadang melalui kejadian tersebut membuat kegiatan ini jadi berkesan.
Ketepatan di waktu itu saya KKN periode kedua tahun 2024. Jadi, tidak dikolaborasikan dengan beberapa kampus di Kabupaten Jember. Kelompok saya bertempat di Desa Sebanen, Kecamatan Kalisat, Jember yang warganya cukup ramah.
Posko KKN dekat kuburan keluarga
Ada 2 rumah kosong yang disarankan untuk tempat posko kami. Meskipun, kami tidak menyangka bakalan berdekatan dengan kuburan keluarga.
Pertama, kami diarahkan oleh pamong desa suruh menempati rumah kosong di belakangnya balai desa. Saat mengecek lokasi rumah. Ketua kelompok saya namanya Asrof berbisik, “Belakang rumahnya ada kuburan.” Mendengar bisikan itu. Kami memilih untuk tidak bertempat di situ.
Kami memilih opsi kedua. Posko KKN yang berdekatan dengan rumah Pak RT. Fasilitas lumayan bagus dan nyaman. Ya minimal tidak sampai mandi di sungai. Meskipun rumah kosong, tapi tidak terkesan serem banget.
Awalnya kami mengira tidak ada kuburan seperti opsi rumah kosong yang pertama. Tapi, ternyata keesokan harinya kami baru ngerti, kalau depan posko yang ketepatan juga rumah mantan kepala desa itu ada kuburan keluarga.
KKN memang mengajarkan mahasiswa untuk berbaur dengan masyarakat. Tapi bukan berarti harus akrab dengan setan dan jinnya. Sebab, kedatangan kami di desa untuk belajar, bukan ritual sesembahan makhluk halus.
Sulitnya menemui kepala desa
Memang, mahasiswa KKN itu layaknya tamu. Mereka tidak boleh semaunya sendiri asal masuk desa, tanpa bersilaturahmi terlebih dahulu.
Setelah pelepasan dari kampus, kami langsung menuju balai desa, untuk penyerahan mahasiswa KKN pada Kepala Desa. Namun, saya cukup heran. Kami tidak disambut langsung oleh Kepala Desa. Dari situ saya sudah janggal dengan keberadaannya.
Tidak pikir panjang. Keesokan harinya. Kami mendatangi rumah Pak Kades. Tujuan kami hanya satu: silaturahmi untuk izin menempati desanya.
Tapi tujuan baik itu tidak semudah yang kami bayangkan. Datang ke rumahnya bisa berbincang riang gembira, sambil presentasi proker. Ternyata, berbanding terbalik.
Rumah Pak Kades sepi. Kami mencoba datang kedua kalinya. Lagi-lagi tidak bertemu. Kami baru ngerti dan bertemu Pak Kades saat pembagian bansos di balai desa tiap awal bulan. Sungguh derita paling membagongkan.
Proker KKN bersih-bersih rumput di balai desa
Keadaan balai desa saat itu agak sedikit memprihatinkan. Sebab banyak rumput yang tumbuh di sekitaran balai desa. Jadi mau nggak mau, bersih-bersih rumput masuk ke proker KKN kami. Memang kurang begitu menarik, tapi berdampak untuk balai desa.
Peralatan yang kami gunakan seadanya, seperti cangkul dan celurit. Bukan mesin pemotong rumput. Wajar hidup di desa. Apa saja yang kita pakai pasti secara tidak langsung akan disorot oleh masyarakat.
Pakaian necis dan pakai id card, dikira timses Prabowo
Ketepatan saya KKN di momen Pemilihan Presiden. Saat itu banyak calon presiden yang berkontestasi, salah satunya Prabowo Subianto.
Setiap calon pasti mempunyai jargon andalan dan jaringan timses di pedesaan. Sedangkan kami yang saat itu hanya silaturahmi ke salah satu rumah Pak RT, malah dikira timsesnya Prabowo.
Mahasiswa KKN memang identik dengan pakaian necis berjas almamater kampus dan berkalung id card. Kedua tanda tersebut, ternyata telah mengelabui pandangan masyarakat. Sebab, kemiripan antara mahasiswa KKN dengan timses hampir sama.
Apalagi saat itu, efek jargon Prabowo “Oke Gas” sangat kuat di masyarakat desa, sehingga mengira kami seakan-akan mau ikut mensukseskan pemilihannya. Padahal tidak sama sekali. Sontak kami pun terus terang mengklarifikasi.
Tetapi, dari beberapa kejadian selama KKN, kami jadi mengerti bagaimana seharusnya menyikapi masyarakat desa. Menjadi sadar untuk tidak sok tau, congkak dan tetap beretika di segala tempat. Itu prinsip yang perlu diperhatikan bagi mahasiswa yang sedang menjalani KKN.
Penulis: M Nur Fadli
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA KKN Sudah Usang. Tidak Mendapat Pengalaman, Tidak Juga Membangun Desa, Mending Diganti Magang
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















