Di beberapa daerah, angkringan begitu mudah ditemukan, di Jogja, Solo, dan daerah-daerah lain di Jawa Tengah misalnya. Maklum saja, selain menawarkan makanan dan minuman, angkringan sudah menjadi tempat bersosialisasi warga. Duduk di angkringan itu kalau dihitung-hitung sudah setara dengan mata kuliah hidup dan kehidupan yang bobotnya 4 SKS. Persisnya apa dan bagaimana, kapan-kapan sajalah saya ceritakan.
Kali ini saya mau menyoroti hal yang lain saja. Di antara begitu banyak angkringan yang tersebar, lantas bagaimana mengenali yang enak? Maaf-maaf aja nih, tidak semua angkringan itu enak, baik dari segi rasa makanan dan minuman maupun kenyamanan. Nah, biar kamu tidak terjebak ke dalam angkringan yang nggak enak, sebaiknya tuntaskan baca tulisan ini hingga akhir.
Daftar Isi
#1 Perhatikan terpal yang digunakan
Istilah don’t judge the book by its cover alias jangan menilai sesuatu dari luarnya saja tidak berlaku dalam hal memilih angkringan. Pasalnya, bagaimana terpal atau tenda yang terbentang sebagai atap dan penutup bagian depan bisa menjadi salah satu penanda kualitas. Semakin kusam terpalnya, semakin enak pula kualitas makanan dan minuman di sana. Nggak jauh beda lah dengan teori gerobak mie ayam di tulisan ini.
Sebaliknya, jika terpalnya masih kinyis-kinyis, kamu perlu waspada. Penjulanya bisa jadi orang anyaran yang baru terjun di dunia angkringan. Alih-alih mendapatkan wedang jahe yang rasanya mak byar, bisa jadi kamu malah menemukan wedang jahe yang jauh dari kata panas dan rasanya kurang sesuai.Â
Terpal yang kusam menggambarkan pengalaman gerobak dan pemiliknya melalang buana di bidang ini. Bahkan, bukan tidak mungkin usaha yang dijalankannya sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Artinya, mereka sudah khatam betul menyediakan makanan dan meracik wedang-wedang yang memanjakan lidah
#2 Angkringan menggunakan tungku arang
Ciri angkringan enak selanjutnya adalah tungku arang untuk memanaskan ceret. Ingat, tungku arang ya, bukan kompor gas. Kabur aja pokoknya kalau nemu angkringan yang pakai kompor gas.
Tungku arang digunakan untuk memanaskan ceret. Biasanya, ada dua atau tiga ceret yang diletakkan di situ. Ceret pertama berisi air biasa dan yang lainnya berisi ramuan air jahe. Karena tungku arangnya selalu menyala, biasanya pengunjung yang mencari kehangatan akan memilih untuk duduk dekat tungku arang.
Fungsi dari tungku arang ini juga bisa untuk membakar aneka menu makanan pendamping yang dijajakan, seperti sate usus, pelaati, hingga sosis. Yakinlah, makanan-makanan yang dibakar di atas tungku arang memiliki cita rasa yang lebih enak dibandingkan saat dibakar di atas bakaran yang model kompor itu.
#3 Penjualnya orang wetan
Setelah memperhatikan terpal dan alat tempur angkringan, jangan lupa pula untuk mengamati logat penjualnya. Jika yang melayanimu adalah seseorang dengan logat wong wetan, selamat, kamu menemukan angkringan yang enak. Orang wetan itu maksud saya Klaten dan sekitarnya.Â
Saya nggak tahu apakah ini hanya kebetulan atau bagaimana. Sepanjang petualangan saya mencoba berbagai macam angkringan, saya seringkali menjumpai keistimewaan angkringan yang penjualnya punya logat orang wetan. Orang wetan itu maksud saya Klaten dan sekitarnya. Usut punya usut, ternyata di Klaten ada desa bernama Desa Ngerangan yang disebut-sebut sebagai cikal bakal angkringan. Bahkan, di daerah ini sampai ada sekolah dan museumnya.
#4 Menu angkringan standar, tidak kebanyakan
Ciri terakhir, angkringan enak biasanya hanya menjual nasi kucing, sate-satean, gorengan, wedang jahe dan teh. Perkara nasi kucing, sate dan gorengannya mau macem-macem jenisnya, justru tidak jadi masalah. Malah bagus karena pembeli punya banyak pilihan.
Nah, kalau menemui angkringan dengan menu yang terlalu beragam, kalian patut waspada. Misalnya, mereka menjual nasi bakar, frozen food, jagung, ubi, soto, bakmi hingga nasi goreng. Sementara minumannya ada Marimas, GoodDay, Chocolatos hingga soda susu. Model seperti ini biasanya tidak memiliki kekhasan sehingga apa yang dijual jadi kurang mantap.Â
Sebetulnya ada satu lagi ciri-ciri angkringan enak. Yaitu, ada tukang parkir. Hahaha, abang tukang parkir tahu aja nih tempat mana yang bisa meraup cuan. Begitu ada angkringan enak dan pelanggannya banyak, langsung deh gercep mangkal.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Angkringan Palsu di Jogja Meresahkan: Dikonsep Ala Kafe, Jualnya Minuman Sachet dan Tempura Sosis
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Â