Di balik romantisme Jogja, terdengar sayup keluh kesah muda-mudi yang khawatir. Bukan khawatir akan perjalanan asmara, atau peta politik tahun 2024. Keluh kesah tersebut adalah perihal kebutuhan pokok manusia. Jika Anda ingat pelajaran SD, kebutuhan dasar manusia adalah sandang, pangan, dan papan. Nah, papan alias memiliki rumah di Jogja inilah yang mereka khawatirkan.
Mereka khawatir, harga tanah sudah tidak terkejar dengan gaji yang mepet-mepet Upah Minimum Regional (UMR) Kodya Jogja. Menilik data milik www.lamudi.co.id, rerata harga tanah di Jogja sudah tembus Rp1.060.000 per meter persegi. Sedangkan, UMR Kodya Jogja tahun 2019-2020 baru menyentuh Rp2.004.000. Upah Minimum Provinsi (UMP) DIY lebih sedih, hanya sekitar satu setengah juta.
Untuk membeli tanah seukuran makam saja, sudah habis gaji satu bulan. Lagian harga tersebut adalah rerata. Harga tanah dibawah satu juta per meter hanya bisa ditemukan di daerah yang terpelosok, jauh dari pusat kota, bahkan menuju lokasinya harus blusukan. Harga tanah di dalam Ring Road saja paling murah sudah 2 jutaan. Gimana mau punya rumah di Jogja?
Nah, menyikapi kekhawatiran mereka (yang sebenarnya kekhawatiran saya juga), saya ingin berbagi cara mudah memiliki rumah di Jogja. terutama bagi kalian yang bekerja di Jogja dengan gaji yang hanya cukup untuk hidup bulanan. Siapa tahu, cara yang saya bagikan bisa meringankan overthinking teman-teman yang bergaji UMR seperti saya.
1. Menunggu Warisan Orang Tua
Ini adalah cara paling mudah bagi muda-mudi Jogja yang masih mengharapkan UMR dan UMP daerah istimewa ini. Bersyukurlah bagi kalian penduduk asli Jogja. Setidaknya, kalian sudah mencapai salah satu cita-cita masyarakat Indonesia yaitu punya rumah di Jogja. Jika orang tua Anda adalah juragan tanah, betapa bahagianya hidup anda.
Memang, terdengar jahat. Urusan warisan tabu untuk dinanti-nanti. Tapi, dengan harga tanah Jogja yang meroket, Anda tidak bisa menampik perkara ini. Jangan lupa, sebentar lagi akan muncul aeropolis di sekitar Yogyakarta International Airport (YIA). Jelas harga tanah di Jogja akan semakin meroket. Bukankah mendapat rumah warisan di Jogja terlihat rasional? Saya saja kadang berpikiran seperti ini.
2. Ikut undian Mirota
Toserba Mirota adalah salah satu toserba senior di Jogja. Bahkan, keberadaan toserba ini digunakan orang Jogja sebagai penunjuk jalan alternatif. Mirota terkenal dengan dagangan yang komplit. Dari sayur mayur, sabun, bumbu rempah, celana dalam, sampai rumah tempat tinggal tersedia di toko yang selalu ramai ini.
Rumah yang saya maksud bukan barang dagangan Mirota. Mereka selalu mengadakan undian bertajuk “Belanja Luar Biasa Murah Bisa Dapat Rumah (BLBMBDR)” dan ini selalu ditunggu para ibu-ibu rumah tangga dan mas mbak anak kos. Tidak dimungkiri, cara mudah mendapat rumah di Jogja ya dengan memenangkan undian ini.
3. Menikah dengan warga asli Jogja
Ini adalah opsi terbaik bagi kalian warga pendatang. Menikah dengan warga asli Jogja memang memberi peluang untuk memiliki hunian di tanah monarki ini. Tidak jauh berbeda dengan menanti warisan bagi warga asli Jogja. Bedanya, Anda berharap pada mertua.
Terkesan jahat pula. Menikah dengan alasan sekedar pengen saja sudah dianggap tidak etis dan dangkal. Apalagi menikah dengan alasan agar bisa punya rumah di Jogja. Pikiran seperti itu perlu dipertanyakan akhlak mulianya. Tapi, hidup Anda adalah keputusan anda. Jika Anda sampai nekat melakukan ini, jangan bilang-bilang kalau pernah membaca artikel saya.
4. Turunkan ekspektasi Anda
Banyak yang merasa Jogja hanyalah pantai, kota, kampus, dan gunung. Padahal, Jogja tidak sesempit itu. Dengan luas wilayah sebesar 3 ribu kilometer persegi, ada banyak pilihan lokasi hunian yang bisa Anda pilih. Tapi, Anda harus menurunkan ekspektasi Anda perihal Jogja.
Jika Anda berharap untuk tinggal dengan melihat kereta kuda wira-wiri, ekspektasi Anda masih terlalu tinggi. Jika Anda berharap untuk tinggal di daerah yang banyak coffee shop, itu juga ketinggian. Apalagi kalau berharap tinggal di dekat UGM, Anda harus mulai berhenti mimpi muluk-muluk.
Cobalah mencari hunian di wilayah pinggiran Jogja. Misal Gunung Kidul yang mepet dengan Jawa Tengah, atau sekitar pesisir pantai selatan. Di sana, harga tanah masih bisa terjangkau gaji UMR atau UMP Jogja yang sadis itu.
Demikianlah cara-cara mendapat hunian di Jogja bagi teman-teman pejuang UMR. Memang terdengar menyedihkan. Tapi realita yang terjadi demikian. Harga tanah di Jogja telah meroket dan bersaing dengan Jakarta dan Bali. Sedangkan, UMR dan UMP DIY masih pada kisaran dua jutaan. Semoga tidak meruntuhkan impian Anda semua untuk menikmati Jogja yang (katanya) romantis ini.
BACA JUGA Berdamai dengan Penderita Stroke Tidak Mudah, namun Harus Dilakukan dan tulisan Prabu Yudianto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.