Salah satu kekhawatiran terbesar saya sebagai seorang anak lelaki dan seorang suami adalah dengan atau tanpa sengaja menghilangkan Tupperware milik Ibu atau istri di sembarang tempat. Pasalnya, mereka memiliki sikap yang sama ketika Tupperware yang saya bawa ke kantor hilang begitu saja.
Nggak usah hilang, ketinggalan Tupperware saja sudah masuk dalam kategori siaga satu buat saya.
Sebelum menikah, pernah suatu ketika, botol Tupperware milik istri yang saya bawa ketinggalan di kantor. Dan saya baru ingat saat perjalanan pulang di dalam KRL. Saya sadar botolnya ketinggalan karena ketika pengin minum, botol minum yang biasa saya bawa tidak ada di dalam tas. “Mampus”, gumam saya dalam hati. Seketika, saya mules bayangin teguran dari istri akan hal ini.
Kalau istri saya tahu, rasa-rasanya ucapan, “Kok bisa sih ketinggalan botol Tupperware di kantor? Kalau hilang gimana?” harus siap saya terima. Apalagi soal barang yang dibawa, sering kali saya teledor. Lupa gitu aja untuk dibawa pulang kembali.
Sikap Ibu dan istri saya 11-12 soal tupperware yang hilang atau ketinggalan. Selalu mempertanyakan hal yang sama, “Kok bisa hilang?” atau “Kok bisa ketinggalan?”
Maksud saya, sejak kapan Tupperware menjadi barang yang begitu dicintai oleh banyak wanita? Lalu, apa alasannya ketika ia hilang, sebagian wanita begitu panik dan kelihatannya kok ya sedih gitu. Apakah ia sudah menjadi barang yang sangat mewah?
Nah, berdasarkan keresahan tersebut dan supaya bisa belajar dari pengalaman sebelumnya, saya coba menelusuri dan bertanya kepada beberapa teman wanita, termasuk ibu dan istri saya sendiri, apa yang menyebabkan Tupperware menjadi sesuatu yang berharga bagi kebanyakan wanita.
Satu, karena warnanya lucu-lucu.
Sebagaimana kita ketahui bersama, makna “lucu” di sini bukanlah sesuatu yang mengundang tawa atau yang berkaitan dengan komedi. Kalau wanita sudah mengkategorikan “lucu”, maknanya banyak. Bisa menggemaskan, unyu, unik, ngejreng, tapi nggak norak, apa pun itu. Dan warna yang diproduksi Tupperware, baik botol minum maupun tempat makan, semuanya lucu-lucu. Hmmm, oke, jangan bahas lagi soal apa yang dimaksud dengan “lucu” pada poin pertama ini.
Dua, karena kualitasnya bukan kaleng-kaleng.
Harus diakui bahwa Tupperware punya kualitas yang baik untuk jenis omprengan di kelasnya. Bukannya mau promosi, tapi saya sendiri sudah buktikan kualitasnya. Sudah bertahun-tahun masih awet. Dan kalaupun jatuh atau kebanting, nggak gampang retak, rusak, dan semacamnya. Jadi, wajar aja kalau ia jadi salah satu pilihan utama bagi para ibu-ibu yang suka membuatkan bekal bagi anak atau suaminya.
Setelah mendapat penjelasan ini, saya mulai sedikit memahami kenapa Tupperware tidak boleh hilang atau ketinggalan di mana pun. Catet, ya, Pak. Nggak boleh ketinggalan di kantor, apalagi hilang.
Tiga, harga yang terjangkau.
Selain awet, harga Tupperware juga terbilang terjangkau di kelas per-omprengan. Belum lagi kalau lagi ada diskon 10-30% dari harga normal. Dan diskonnya nggak selalu ada. Ini lumayan banget ternyata. Dengan variasi harga yang ada dan tergolong murah, ya semakin melengkapi alasan kenapa para ibu rumah tangga terkesan posesif soal Tupperware ini.
Empat, nggak bisa didapat di sembarang tempat.
Saya semakin dapat insight, kenapa kebanyakan ibu-ibu akan gregetan kalau Tupperware miliknya ketinggalan atau dihilangkan suami juga anaknya. Lha gimana, produk ini nggak bisa didapat di sembarang tempat. Kita hanya bisa beli melalui sales force (tenaga penjual resmi) yang punya kartu identitas anggota resmi dari Tupperware, kantor distributor, dan Tupperware showroom.
Jadi, kalau ia hilang, cari dan belinya lagi agak repot. Kecuali sudah kenal dengan sales force-nya atau tahu lokasi kantor distributor juga Tupperware showroom terdekat. Nggak akan ada di minimarket terdekat.
Nah, Bapak-bapak atau Mas-mas sekalian, berdasarkan hal tersebut, semoga kita semua—sebagai lelaki—bisa lebih menjaga Tupperware milik ibu atau pasangan dengan sebaik-baiknya. Bukannya apa, kalau sampai ketinggalan di sembarang tempat, rusak, apalagi hilang, cari gantinya ini yang agak susah. Repot.
Saya punya satu tips yang bisa dilakukan oleh kita semua biar ia nggak ketinggalan atau hilang dan nggak jadi suatu permasalahan yang pelik: ketika menuju rumah saat perjalanan pulang, selalu cek ke dalam tas, dilihat kembali, Tupperware sudah dibawa dan ada di dalam tas atau belum.
BACA JUGA Pergeseran Makna Bawa Bekal Makan dan Minum ke Sekolah yang Tidak Kita Sadari dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.