Satu dari sepuluh orang, saat ngumpul akan menanyakan hal-hal yang sebenarnya nggak penting. Tentang pekerjaan, contohnya. Akhirnya momen ngumpul yang seharusnya cair dan penuh dengan canda tawa berubah menjadi suasana layaknya ujian nasional.
Iya, gimana nggak kayak ujian nasional, orang disuruh jawab pertanyaan yang dia sendiri nggak tahu jawabannya. Pertanyaan yang paling sering terlontar adalah “Sudah bekerja belum?” atau “Sekarang kerja di mana?”
Selain begitu sentimentil, pertanyaan tersebut juga susah dijawab. Okelah, mungkin bagi orang yang belum bekerja menjawabnya perkara mudah. Orang itu akan menjawab cukup dengan kalimat “Belum kerja” atau “Masih kuliah” tanpa cemas akan muncul pertanyaan turunan. Tapi coba kalau yang ditanya itu pekerjaannya begitu kompleks.
Misalnya nih, kamu seorang pedagang kain batik, tapi lain kondisi menerima servis komputer, dan juga sambil bekerja jadi tukang desain di sebuah percetakan terus ditanya pekerjaan, belum tentu menjawabnya. Meski punya pilihan jawaban, saya yakin kamu nggak yakin untuk menjawabnya. Atau setidaknya bakal kebingungan.
Alih-alih menjawab, boleh jadi kamu justru kesal terhadap orang yang selalu tanya-tanya pekerjaan saat ngumpul bareng. Nggak papa, saya juga begitu kok. Pertanyaan terkait kerjaan memang sangat sensitif. Apalagi jika kebetulan pekerjaan kita bukanlah jenis pekerjaan yang bisa dibanggakan orang tua, mertua, dan netizen +62.
Namun belakangan saya mengerti, mengapa orang-orang itu selalu menanyakan soal kerjaan saat ngumpul bareng. Terutama kalau udah lama nggak ketemu. Orang-orang ini secara terselubung menyimpan misi dan maksud tertentu saat menanyakan pekerjaan. Dan hal itu bisa saya tangkap dari gelagatnya.
Memulai obrolan
Tentunya ketika ngumpul bareng teman atau siapapun, kita mesti bisa memulai obrolan. Yhaaa supaya ngumpulnya nggak sekadar ngopi sama mainan hape. Pertanyaan soal pekerjaan pun seringkali dilontarkan.
Pernah suatu ketika, saat ngumpul bareng teman yang kebetulan waktu itu udah banyak yang bekerja. Saya merasa miris dengan diri saya sendiri. Saya yang belum punya pekerjaan yang betul-betul hanya bisa diam saja.
Dalam setiap sirkel tongkrongan yang ada saya di dalamnya, kalau sudah ada yang memulai obrolan dengan menanyakan pekerjaan, orang-orang yang belum merasakan dunia kerja seperti saya cuma bisa menyimak saja. Nggak punya bahan buat ngobrol.
Mau nawarin kerjaan
Saya pernah dengar—entah dari siapa, bahwa cara perekrutan terbaik adalah mendatangi kelompok yang berisi orang-orang yang berpotensi tertarik untuk direkrut. Itu barangkali benar. Soalnya di dunia perekrutan organisasi mahasiswa juga begitu.
Biasanya calon-calon anggota yang isinya mahasiswa-mahasiswa baru yang masih unyu-unyu bakal didatangi kakak-kakak yang sok keren. Kakak-kakak itu tiba-tiba bakalan nimbrung begitu saja di satu kelompok yang isinya mahasiswa baru tersebut.
Barangkali dalam dunia kerja proses perekrutan karyawan juga ada yang memakai cara tersebut. Apalagi bagi yang baru merintis usaha dan membutuhkan orang seperlunya.
Oleh karena itu, saya kok berani menerka bahwa salah satu agennya adalah teman-teman saya yang kalau ngumpul selalu menanyakan pekerjaan. Mereka akan bertanya seolah-olah bersimpati kepada temannya yang belum mendapatkan pekerjaan. Dan voila! Setelah tahu targetnya belum bekerja, dia langsung sodorkan sebuah pekerjaan.
Tentunya bukan sekadar menawarkan sebuah peluang pekerjaan. Melainkan sekaligus meyakinkan bahwa pekerjaan yang ditawarkan adalah pekerjaan yang sanggup mendatangkan uang banyak secara lebih mudah dan efisien. Kalau kamu-kamu tahu MLM, nah kurang lebih begitu.
Butuh kerjaan
Selain menawarkan pekerjaan, orang yang saat ngumpul selalu bertanya pekerjaan itu bisa saja dia sedang butuh kerjaan. Contohnya, saat kamu lagi ngumpul nih, terus tiba-tiba teman kamu menanyakan kamu kerja apa. Alangkah baiknya, kamu nggak perlu sensi dulu, dan nggak usah bingung.
Layani saja dengan menjelaskan apa pekerjaanmu dan bagaimana kerjanya. Saya sarankan jelaskan serinci mungkin. Kalau jabatan kamu nggak prestisius ya jelaskan saja. Misal jadi OB, bilang saja jadi OB.
Kalau kamu cuma menyebutkan nama perusahaannya doang atau nama tempatmu bekerja saja, teman kamu yang lagi butuh pekerjaan itu kemungkinan besar bakal memintamu memasukkannya ke perusahaan tempatmu bekerja. Kamu akan dianggapnya sebagai orang dalam. Walah, sungguh merepotkan bukan?
Sekadar ingin tahu
Kalau ada yang tanya pekerjaan ke kamu saat ngumpul, jawab saja dengan mantap kerja apa yang kamu tekuni. Dia itu cuma pengin tahu aja kok. Udah itu doang. Orang yang begini, kalau pertanyaannya terjawab biasa lantas terdiam. Lah mau gimana lagi? Sekadar kepo je!
BACA JUGA Anji Perlu Mempertimbangkan Karier Baru Ketimbang Jadi YouTuber Kontroversial dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.