4 Alasan Orang Tegal Malah Jarang Makan di Warteg

4 Alasan Orang Tegal Malah Jarang Makan di Warteg (Shutterstock)

4 Alasan Orang Tegal Malah Jarang Makan di Warteg (Shutterstock)

Warung Tegal atau yang lebih familiar dengan sebutan Warteg, tentu tidak asing lagi bagi mereka yang tinggal di wilayah Jabodetabek. Warung makan yang satu ini dapat dengan mudahnya dijumpai. Berbeda dengan halnya di Jabodetabek, di daerah asalnya Tegal, jumlah Warteg malah sedikit.

Sebagai orang Tegal yang merantau ke Jakarta, banyak kerabat yang berspekulasi bahwa saya sehari-hari makan di Warteg. Bukan hanya kerabat yang berspekulasi semacam itu, termasuk teman di perantauan.

Padahal saya malah jarang makan di warteg. Berdasarkan pengamatan, sama seperti halnya dengan saya, teman-teman dari Tegal yang merantau di ibu kota juga malah jarang makan di warteg. Inilah alasannya.

#1 Malah kaget ketika membayar

Pertama, bikin kaget ketika membayar. Seperti yang kita tahu bahwa makan di warteg itu bayarnya setelah makan dan tidak ada daftar harga. Hal tersebut membuat kaget ketika membayar. Apalagi jika dompet sedang tipis-tipisnya, selain kaget juga was-was apakah uangnya cukup atau tidak.

Oleh sebab itu, daftar harga makanan juga perlu dicantumkan, baik itu berupa banner, atau kertas. Dengan adanya daftar harga makanan, pilihan menu dapat disesuaikan dengan uang di kantong.

Pernah saya makan bersama teman yang masih satu daerah bernama Lucky. Kebetulan, uang dia ketinggalan. Saya sendiri tidak membawa uang banyak. Untungnya sih cukup, tanpa harus kami mencuci piring.

#2 Banyak warung makan yang lebih murah

Alasan berikutnya, banyak warung makan yang lebih murah dibandingkan Warteg. Sekarang ini banyak ditemui warung makan yang menawarkan harga jauh lebih murah. Warung tersebut biasanya mengadakan paket Rp10 ribu, salah satunya adalah warung padang. Dengan pertimbangan ekonomis, tentu saya akan lebih memilih paket Rp10 ribu itu.

Berdasarkan pengalaman saya, pernah saya makan di warteg harganya berbeda. Jadi saya makan di warteg hari ini, terus keesokan harinya makan di warteg lain lagi. Padahal lauknya sama, kok harganya berbeda.

Salah seorang kawan dari Tegal yang bernama Laham (nama samaran), tidak pernah mau makan di warteg. Dia lebih memilih makan di warung sunda. Katanya, harganya lebih murah.

Baca halaman selanjutnya

Cita rasa yang berbeda dengan makanan di rumah…

#3 Rasa yang berbeda

Ketiga adalah cita rasa yang berbeda dengan makanan di rumah. Ada saja orang mengatakan bahwa obat rindu makanan rumahan bagi orang Tegal adalah makanan di Warteg. Menurut saya sih tidak tepat. Cita rasanya sudah pasti berbeda.

Misalnya dari segi lauk tempe. Kalau masakan rumah di Tegal tempe itu dipotong tipis. Jika dibalur tepung, digoreng mendoan. Sementara di warteg potongannya tebal, dan sulit menemukan yang tempenya dibalur tepung dan digoreng mendoan. Begitu juga dengan tahu, di warteg tahu yang digoreng menggunakan tahu berwarna kuning. Sementara di masakan rumah di Tegal, menggunakan tahu berwarna cokelat.

#4 Tidak ada diskon untuk orang Tegal ketika makan di warteg

Keempat, tidak ada diskon ketika orang Tegal. Mungkin dari kalian banyak yang mengira kalau orang Tegal pasti mendapatkan potongan harga. Berdasarkan pengalaman saya, dan juga kawan-kawan, ya harganya sama saja. Sekalipun menggunakan Bahasa Jawa Tegalan, harga tetap sama tidak ada diskon.

Itulah 4 alasan mengapa orang Tegal jarang makan di warteg.

Penulis: Malik Ibnu Zaman

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 4 Dosa yang Sering Dilakukan Penjual Warteg

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version