4 Alasan Kenapa Serie A Tidak Menarik untuk Ditonton

serie A mojok

Tentu saja kalau ada yang menanyakan tentang mana liga Eropa mana yang paling terbaik dan tiada banding, saya sendiri dan boleh jadi kebanyakan orang-orang akan mengucapkan pendapat yang sama: English Premier League alias Liga Inggris! Liga-liga lain di tanah Eropa mungkin memang punya fans, dan tentu klub-klub dengan taji tinggi. Tapi satu kata, bro, liga lain membosankan. Apalagi Serie A.

Dulu pada awal periode 2000-an saat saya masih ikutan nonton bola bareng saudara atau abang teman saya, mereka sering menonton Serie A yang menarik perhatian. Apalagi dulu saat masih jaman main Winning Eleven di rental PS1, saya sering menggunakan klub Serie A dengan pemainnya yang sangat-sangat hebat. Mulai dari Dida, Luís Figo, Adriano, Nesta, Maldini, Pirlo, Clarence Seedorf dan pemain apik lainnya yang tidak bisa saya sebutkan karena banyak yang lupa wqwqwq.

Dulu taji Liga Italia memang sangat memukau, bertabur bintang emas seperti yang saya sebutkan di atas lalu dengan taktik-taktik cantik yang memuaskan. Pokoknya komplit. Sayangnya, itu dulu puluhan tahun yang lalu. Sekarang Serie A tidak lebih dari sekadar omong kosong yang isinya cuman klub bola yang tidak bisa menyaingi Juventus.

Nih, saya sebutkan kenapa Serie A hari ini kian tidak menarik hati untuk ditonton, siapa tahu kalian berpikir hal yang sama.

Juventus-sentris

Itu Serie A isinya cuman Juventus saja atau gimana? Masa dari tahun 2012 juaranya Juventus terus-menerus, kaya nggak ada klub lain. Di Inggris saja, hasilnya masih tidak bisa tertebak. Di Serie A, bagi Juventus scudetto udah kaya lebaran, tiap tahun ada dan dirayakan. Kocak banget asli, La Liga yang tidak menarik pun kadang-kadang masih ada ‘perlawanan’ dan dominasi pun dari dua klub, bukan satu klub kaya Serie A.

Isinya cuman pemain tua

Percayalah, Serie A itu kebanyakan isinya cuman pemain tua. Contohnya Juventus yang pemainnya bagus-bagus itu, sadar nggak sih kalian kalau kebanyakan pemainnya udah tua. Lihat saja dari kiper sampai stiker, itu nafasnya udah kaya motor Astrea belum diservis. Lihat Ronaldo? Itu jago-jago begitu dia tua, tandanya memang Liga Italia cuman buat tempat pensiun. Nggak menarik mata.

Ada sih yang muda, banyak juga yang potensial tapi kok rasa-rasanya tetap saja ketutupan sama yang tua-tua. Nggak cuman Juventus, klub lain juga gitu. Itu lihat AC Milan ada Zlatan yang juga tua. Kalau Liga Inggris? Tentu saja banyak pemain muda yang potensial, tidak seperti Liga Italia yang doyan beli pemain tua karena tidak mau rugi, chuaksss~

Nggak punya mental juara

Di Liga Inggris, semua klub bola punya kans untuk meraih juara. Meraih trofi liga, meraih gelar tertinggi dalam kasta pertandingan domestik. Terlihat, Leicester yang underdog saja bisa juara di tahun 2015 dan sangat tidak bisa diprediksi. Sebab, klub bola Liga Inggris punya mental juara. Bandingkan dengan Serie A, sangat lucu jika kita membicarakan mental. Ujug-ujug paling bahas dulu, tapi kan Inter sama Milan dulu nyaingin Juventus. Tapi, Bos, yang ditanyakan hari ini woyyy.

Apalagi setelah saya baca berita berjudul “Target Lazio Lolos ke Liga Champions, Bukan Scudetto”  dan “Kalah Lagi, Lazio Menyerah Kejar Scudetto?” ketahuan jelas, masa iya cuman sekadar mentok di masuk zona Champions Eropa saja? Hadehhh, mental macam apa itu. Pantas saja, yang scudetto terus aja nggak pernah juara Champions, wong klub di bawahnya mentalnya bukan juara. Pffft.

Liga paling rasis

Liga yang paling banyak penghinaan ras, baik dari suporter atau pemain itu ya di Serie A. Dari tahun jebot sampai sekarang orang-orang pada #BlackLivesMatter di Italia mah bodo amatan liganya. Itu lihat, terakhir kali Balottelli dapat perlakuan rasis dan dia emang langganan terus.

Balotelli kembali mendapatkan perlakuan rasis pada laga antara Brescia vs Lazio yang berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan Lazio. Usai pertandingan, Balotelli lewat akun Instagram pribadinya mengecam aksi tidak patut yang dilakukan sebagian Laziale di Stadion Mario Rigamonti. Ini bukan pertama kalinya buat dia, dan juga buat pemain lain. Gimana mau maju, wong masalah rasis aja masih banyak gitu.

Itulah beberapa alasan kenapa Serie A adalah liga yang jauh dari kata menyenangkan untuk ditonton. Kalau memang ngefans, ya udah itu urusan kalian. Tapi kalau disuruh objektif sih, ya mendingan liga yang lain lah.

Eh emang ini daritadi objektif ya? Nggak po? Bodo amat~

BACA JUGA Percampuran Budaya Sunda dan Betawi di Pernikahan Orang Bekasi dan tulisan Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version