3 Resolusi Tahun Baru yang Nggak Seharusnya Ada

3 Resolusi Tahun Baru yang Nggak Seharusnya Ada Terminal Mojok

Tahun 2020 telah berlalu dan hari ini kita resmi memasuki tahun 2021. Biasanya, setiap pergantian tahun, kita mempunyai resolusi atau harapan-harapan yang ingin dicapai di tahun baru. Nggak salah sih mempunyai resolusi, namun berdasarkan pengalaman saya dan beberapa teman, ada beberapa resolusi yang nggak seharusnya ada di setiap momen pergantian tahun.

#1 Diet

Rasanya, diet jadi salah satu resolusi yang hampir ada setiap kali momen pergantian tahun. Tapi ya gitu, deh. Tiap tahun jadi resolusi, tiap tahun pula gagal dilaksanakan. Duh, ini saya banget. Hehehe. Padahal, berbagai rencana sudah disusun demi memenuhi resolusi yang satu ini. Sudah download macam-macam video diet sukses yang rencananya mau ditiru. Lah, kok tetap saja jarum timbangan geser ke kanan terus.

Oleh karena itu, mulai tahun ini realistis saja, deh. Coret diet dari daftar resolusi tahun baru. Sebagai gantinya, buat resolusi pola makan sehat. Lah, bukannya sama saja? Eits, beda dong, Mylov! Wong mudik sama pulang kampung saja beda, masak saya mau nyebut diet dan pola makan sehat beda nggak boleh?

Begini, ketika kita bicara mengenai diet, yang ada di otak kita adalah menurunkan berat badan. Artinya, fokus kita adalah berat badan. Pokoknya gimana caranya biar berat badan turun! Nah, kalau pola makan sehat, yang kita perbaiki adalah pola makannya. Misal, kita termasuk golongan ABG alias Awan Bengi Gorengan, atau secara harfiah berarti siang malam makan gorengan, nah pola makan seperti itu yang harus diubah. Boleh saja makan gorengan, tapi dibatasi maksimal 2 potong per hari. Begitu juga dengan konsumsi gula dan garam. Sebagai gantinya, kita bisa mulai memasukkan makanan-makanan baik nan sehat ke dalam tubuh seperti buah, sayuran, dll.

Perkara berat badan nantinya jadi turun berkat pola makan sehat ya itu adalah bonus. Yang terpenting adalah kita sedang berusaha menyayangi tubuh dengan memberikan makanan-makanan sehat tersebut~

#2 Lebih produktif

Resolusi untuk jadi lebih produktif di tahun berikutnya juga termasuk resolusi yang sebaiknya nggak perlu ada. Percuma punya keinginan untuk lebih produktif kalau bangun masih siang, main HP setiap saat, Netflix-an terus, nonton drakor nggak ada rem, endebre-endebre.

Ganti saja resolusimu, jangan bilang pengin jadi lebih produktif, tapi lebih kuat bilang “nggak.” Saat ada keinginan buat rebahan, bilang nggak. Saat pengin scrolling timeline media sosial lebih lama, bilang nggak. Pokoknya kata “nggak” ini harus tertanam erat di sanubari yang terdalam. Tapi, kata “nggak” ini hanya berlaku untuk hal-hal nggak berfaedah loh, ya… Jangan sampai pas Emak nyuruh beli micin di warung malah dijawab, “Nggak!” Ya nggak gitu juga, Sis~

#3 Punya pacar

Resolusi yang satu ini kadang bikin saya nggak habis pikir. Kok ya ada orang yang punya resolusi punya pacar? Lah gimana cara mewujudkannya? Apa lantas main tembak saja bagi yang cowok? Terus, yang cewek main terima saja kalau ada yang nembak? Apa gimana, sih? Herman saya… Punya pacar kok pakai target? Memangnya situ sales?

Hal ini juga berlaku dengan persoalan menikah. Kalau resolusinya mau lebih membuka diri sih masih masuk akal. Tapi, kalau menikah? Sebentar, nggak sesederhana itu, Mylov. Menikah itu soal menemukan jodoh, dan jodoh adalah salah satu rahasia Sang Pencipta. Lah kok kita berani-beraninya pasang target kapan menikah?

Sebagai orang yang sudah menikah, saya mau bilang bahwa menikah itu nggak sesederhana seperti: aku suka kamu, kamu suka aku, terus menikah. Nggak gitu. Pasangan kalian kelak, haruslah orang yang benar-benar kalian kenal sifatnya. Dan tentu saja, harus berdiri di atas restu orang tua. Itu penting, lho. Secinta apa pun kamu padanya, seklepek-klepek apa pun kamu dibuatnya, selama orang tua nggak merestui, pikirkan ulang. Jangan sampai gara-gara resolusi, restu cuma jadi tulisan di undangan pernikahan kamu saja. Karena restu yang seperti itu, hanya berujung pada amplop kondangan yang besarnya paling Rp 30 ribu!

Selain itu, saya kasih tahu nih yaaa. Ada satu kalimat bijak yang bagi saya makjleb banget bunyinya kira-kira begini, “Kita nggak bisa memilih terlahir dari keluarga yang bagaimana, tapi kita bisa memilih dengan siapa kita akan menghabiskan hidup.” Artinya, jangan sampai gara-gara punya resolusi menikah tahun ini, kalian jadi asal pilih pasangan. No, no, no. Big no!

Terus gimana, dong? Ganti saja lah. Resolusi kok menikah? Gantiin Mas Seto jadi Raja Cabe, itu baru resolusi!

BACA JUGA 3 Alasan Sebaiknya Nggak Usah Nonton Drakor ‘True Beauty’ atau artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version