Di kalangan para perantau, baik domestik maupun mancanegara, bisa dipastikan rata-rata pasti sudah akrab dengan Terminal Purabaya atau yang lebih populer disebut Terminal Bungurasih. Secara, terminal yang terletak di luar perbatasan Surabaya ini merupakan titik bongkar-angkut penumpang dari beragam perlintasan. Baik untuk jurusan jarak dekat (bus kota, angkot, dan shuttle bus bandara), menengah (antar kota dalam provinsi/AKDP), dan jauh (antar kota antar provinsi/AKAP).
Sedikitnya, per hari ada sekitar 28.000 penumpang yang hilir-mudik dan kurang lebih seribu armada beroperasi selama 24 jam non stop. Wagelaseh! Ha yo nggak heran jika terminal ini disebut-sebut sebagai terminal tersibuk di Indonesia (malah ada yang bilang se-Asia Tenggara). Meski secara kualitas dan kelengkapan sarana-prasarana, Terminal Bungurasih masih kalah jauh sama Terminal Tirtonadi di Solo. Tapi, ya jelas sangat-sangat jauh lebih baik dari Terminal Purbaya di Semarang, yang katanya merupakan terminal teriuh di Jawa Tengah.
Tapi, bukan itu yang akan saya uraikan. Mengingat Terminal Bungurasih memiliki ekosistem yang sangat padat, kayaknya kita perlu membekali diri dengan beberapa pengetahuan dasar tentang ke-Bungurasihan. Terlebih bagi Anda yang sama sekali belum pernah dan baru saja mau melakukan perjalanan dengan rute pemberhentian di sana. Ini penting bagi kemaslahatan umat dan negara Anda pribadi.
Sebagai basis terminal di perbatasan kota metropolitan, Surabaya, Terminal Bungurasih ini keras banget, Lur. Sudah nggak terhitung jumlah korban pencopetan, penipuan dengan model gendam (hipnotis), dan entah kasus-kasus kriminal apalagi. Oleh karena itu, berikut adalah hal-hal yang sepatutnya Anda hindari jika kebetulan berada di Terminal Bungurasih, lebih-lebih jika Anda sendirian:
Jauhi orang yang mengiba-iba minta bantuan
Serius, hati-hati kalau Anda bertemu orang-orang yang mendekati dan memohon uluran tangan dari Anda. Itu hanya modus. Karena mereka sebenarnya adalah komplotan penipu dengan jurus andalan berupa gendam (hipnotis).
Biasanya, mereka akan memantau pergerakan orang-orang yang turun dari bus dari jarak jauh. Setelah ketemu target yang dirasa cocok—seringnya sih, orang-orang yang kelihatan jalan atau duduk sendirian—mereka akan mendekati si target tersebut, untuk kemudian mengiba-iba minta bantuan.
Modusnya beragam. Ada yang pinjem duit buat ongkos pulang karena tasnya baru saja hilang. Ada juga yang pinjem hp buat menghubungi keluarganya di rumah karena dia kesasar. Agar nggak dicurigai, mereka biasanya pakai janji bakal mengembalikan duit atau mengganti pulsa yang sudah dia pinjem.
Nah, kalau si target sudah terlena, baru dah tuh mereka mengeluarkan jurus gendam. Alhasil, si target bakal linglung, sementara barang-barangnya sudah pindah ke tangan komplotan tersebut. Pas si target sadar, tahu-tahu dia sudah nggak megang apa-apa lagi.
So, jangan sega-segan buat menolak atau lebih baik berpaling dan menjauh saja kalau ketemu orang-orang ini. Upayakan untuk mendekat ke kerumunan orang karena mereka ini modelnya setengah maksa, jadi nggak sungkan-sungkan pula membuntuti Anda sambil merengek-rengek. Mereka nggak akan berani melanjutkan aksi kalau Anda berada di antara orang banyak.
Hati-hati dengan para calo
Hal ini mungkin juga berlaku di terminal mana pun. Tapi, yang jadi pembeda, calo-calo di Terminal Bungurasih ini orangnya brutal-brutal, Lur. Mereka nggak bakal sungkan-sungkan menggelandang calon penumpang yang dijumpainya jika target harian mereka belum terpenuhi.
Oke, Anda mungkin sudah cukup bekal pengetahuan untuk menghadapi para calo. Tapi, untuk kasus di Terminal Bungurasih…. Jadi gini, jangan pikir bentuk penolakan atau bahkan nyuekin saja para calo yang ngasih tawaran itu sudah opsi yang paling solutif. Sebab, di Terminal Bungurasih, urusannya nggak sesedarhana itu.
Mereka ini sensitif banget, Lur. Kalau penolakan Anda membuat mereka tersinggung, lebih-lebih kalau Anda cuek dan sok budek gitu, waaahhh selain pisuhan Anda juga bakal diludahi. Itu masih paling mending. Sebab, dari informasi yang saya dapat, ada yang sampai dilempar batu dan bahkan digelandang buat dihajar. Ngeri pokoknya.
Saya nggak tahu sih, gimana caranya menolak yang nggak bikin tersinggung. Tapi, yang sering saya lakukan pas di Terminal Bungurasih, saya biasanya akan bilang sambil pasang wajah ramah kalau saya sudah punya tiket (walaupun belum). Agak ruwet memang menembus barikade calo di Terminal Bungurasih. Tapi, yang jelas, Anda harus lebih berhati-hati.
Jangan pesan ojek online untuk menjemput
Persaingan antara ojek online dan ojek pengkolan di area Terminal Bungurasih memang sangat ketat. Ya iya, Rek, wong lahan basah, og. Bahkan dulu pas awal-awal ojek online beroperasi, sering terjadi bentrok antara cak-cak ojek pengkolan dengan cuk-cuk ojek online. Secara, ojek pengkolan kehilangan penumpang karena mayoritas lebih memilih menggunakan jasa ojek online yang ongkosnya relatif lebih murah.
Saya kasih gambaran. Untuk tujuan ke daerah kos saya, Wonocolo (belakang kampus UINSA), ojek pengkolan memasang tarif Rp20 ribu-Rp25 ribu. Sementara kalau menggunakan jasa ojek online, saya cukup merogoh kocek antara Rp9 ribu-10ribu saja. Ha yo nggak heran jika orang-orang lebih milih pakai jasa ojek online.
Ketegangan antar dua kubu ini nggak berlangsung lama karena kemudian disepakati pembagian wilayah. Di mana ojek online hanya boleh mengantar calon penumpang dan tidak diperbolehkan mengangkut penumpang dari dalam area terminal. Sedangkan ojek pengkolan memiliki kuasa penuh atas seluruh titik di dalam Terminal Bungurasih yang luas itu.
Nah, untuk itu jangan sekali-kali Anda memesan ojek online untuk menjemput Anda di dalam terminal, ya. Kalau drivernya tahu aturan, pasti dia bakal menolak. Tapi, kalau driver anyaran yang nggak tahu apa-apa, bisa berabe urusannya. Ketahuan ada jaket atau helm ijo-ijo masuk area terminal jemput penumpang ya bisa babak belur tuh dikeroyok ojek pengkolan se-terminal. Kan kasihan, Lur. Kadang gitu si driver dan si pemesan bakal disidang ramai-ramai di pangkalan mereka, diinterogasi dan diintimidasi, sambil sesekali dikamplengi.
Sumber gambar: Akun Twitter @agusirwanto
BACA JUGA Menguak Kebenaran Sosok Sabda Palon dan Naya Genggong dan tulisan Aly Reza lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.